"Kamu mendadak banget, Mark." Kata Bulan tak sanggup menyembunyikan keterkejutan nya.Mark hanya diam, laki-laki itu menunggu balasan Bulan.
Bulan menunduk, mengalihkan pandangannya dari netra Mark yang sedaritadi terus terkunci kepadanya.
Apa Mark tidak tahu tingkahnya itu telah membuat gadis ini salah tingkah?
Terdengar helaan napas dari Mark, membuat Bulan sedikit melirik ke arahnya. Bulan tidak tahu apa yang dipikirkan Mark saat ini. Dari segi raut wajah, laki-laki itu sukar ditebak.
"Aku enggak tau ini waktunya pas atau belum." Kata Mark sesaat setelah menghela napas. Laki-laki itu mengulas senyum, "aku enggak mau telat ngerasain ini. Aku mau bahagia sama kamu seenggaknya selagi bisa."
Kening Bulan mengernyit. Ada yang tersirat dari ucapan Mark barusan menurutnya, namun untuk bertanya ia masih enggan melakukan. Ia merasa belum waktunya.
Mark mengamit tangan Bulan, menggenggam tangan gadis itu masih dengan seulas senyum.
"Aku belum balas perasaan kamu, tapi kamu udah genggam tangan aku aja. Seakan-akan aku punya perasaan yang sama."
Alis Mark terangkat sebelah. Bukannya melepas genggaman tangannya dan merasa tersinggung, Mark justru mengeratkan genggamannya dan mengangkatnya seakan menantang.
"Aku enggak butuh balasan dari kamu, karna kamu emang punya perasaan yang sama, sama kayak aku."
Bulan menatap Mark tidak percaya. Mulutnya terbuka membuat Mark terkekeh geli, "kenapa kaget gitu?"
"Aku gak tau kamu se-pd itu." Kata Bulan menggeleng kecil, "kamu yakin banget aku suka sama kamu juga."
"Emang kamu enggak suka sama aku?" Tanya Mark, Bulan diam seakan berpikir.
Mark berdecak pelan, melepas genggaman tangan mereka membuat Bulan menatapnya penuh tanya. Kaget lebih tepatnya.
"Kenapa?" Tanya Bulan, Mark enggan menjawab justru memfokuskan perhatiannya pada panggung yang berada dipuncak nya saat ini.
"Ngapain pegangan kalau enggak suka." Cibir Mark pelan, namun masih dapat Bulan dengar dengan jelas.
Bulan terkekeh geli, "kalau pegangan berarti suka?"
Mark memilih mendelik daripada menjawab.
Bulan mengulas senyum, mengamit tangan Mark dan menggenggamnya. Mark kini menoleh ke arahnya, memandang dengan alis terangkat.
"Ini jawaban aku." Kata Bulan masih tersenyum, "pegangan ini, jawaban aku suka enggak nya sama kamu." Katanya memperjelas, senyum Mark terbit setelahnya.
"Kamu gemes banget, sih?" Mark mengusap kepala Bulan singkat dengan tangannya yang bebas.
"Cie yang udah pacaran." Kata Jeno menyenggol pelan lengan Bulan.
Bulan menoleh, lantas berdecak pelan. "Pacaran apa, sih?"
"Idih?" Jeno tersenyum miring, "emangnya gue gak liat Lo sama bang Mark uwu-uwuan di lapangan, kak?"
"Mana ada ih!" Satu tamparan mendarat keras di lengan Jeno dari Bulan.
Jeno meringis segera mengusap lengannya yang baru saja menjadi korban.
"Ngaku aja lah, kak. Yang liat juga bukan cuma gue." Jeno lalu menunjuk Jaemin dan Renjun yang asik bercengkrama di pojok panggung, "tuh, mereka juga liatin kalian kok, tadi."
Bulan mengerucutkan bibirnya kesal, malu dan salah tingkah bercampur jadi satu. Ia tidak tahu harus memberi reaksi bagaimana, ia tidak menyangka disebanyak siswa yang berada di lapangan ia dan Mark masih saja tertangkap beberapa mata.
"Kita cuma temenan, kok." Kata Bulan mencicit pelan, membuat Jeno menatapnya dengan alis terangkat.
"Ah, masa?"
Bulan mengangguk tegas, "kita emang cuma temenan. Kita gak punya hubungan apa-apa."
Kening Jeno mengernyit sempurna, "bukannya kalian sama-sama suka? Tadi aja kalian pegangan tangan kayak dunia milik berdua aja."
"Ya sama-sama suka emang hubungannya harus apa? Lagian, pegangan tangan juga bukan acuan untuk jadian."
"Tunggu!" Jeno mengangkat tangan, memberi gestur pada Bulan untuk berhenti bicara. Laki-laki itu masih mengernyit, berpikir akan sesuatu.
Bulan menggigit bibir bawahnya. Ia memandang penuh tanya, "kenapa?"
"Ini maksudnya kalian enggak punya hubungan—maksudnya sama-sama suka tapi cuma temenan?"
"Ya—iya." Bulan mengangguk tanpa ragu, "memang kalau sama-sama suka kita harus apa? Biarpun temenan, yang penting saling tau kan kalau sama-sama suka? Yang penting, kita udah tau perasaan satu sama lain, kan?"
"Wah!" Jeno menggeleng tidak percaya, menutup mulutnya yang terbuka. Ia tidak percaya dengan ucapan yang baru saja Bulan lontarkan.
"Gue enggak tau kalau jalan pikiran Lo kayak gini, kak."
"Kayak gini gimana?"
"Ya kayak gini. Apalagi Lo perempuan. Baru ini gue nemu perempuan yang punya pemikiran kayak Lo tentang hubungan, enggak minta kepastian atau peresmian gitu."
"Ha?"
Jeno berdehem, melangkah mendekat pada Bulan yang sungguh tidak mengerti apa yang daritadi Jeno bicarakan.
"Kalau Lo gini terus, kak. Lo bakal makan hati mulu. Gue sih, ingetin aja ya. Lagian, mana tahan sih hubungan tanpa kejelasan gitu. Minimal komitmen, lah."
Bulan diam, gadis itu memandang lurus ke depan sembari menyerap maksud ucapan Jeno barusan.
Tangan Jeno terangkat, jari telunjuknya menunjuk di seberang. Ada sosok Mark yang tengah bercanda gurau dengan Naeun. Bulan terus diam sambil memerhatikan.
"Seandainya mereka lebih dari sedeket itu, Lo enggak punya hak buat cemburu, kak. Lo cuma temen dia walaupun dia suka sama Lo."
Ucapan Jeno itu tanpa permisi mengambil fokus dan perhatian Bulan. Kini banyak hal menyerang pikiran gadis itu, entah tentang hubungannya hari ini atau kemungkinan-kemungkinan yang akan datang.
Yang pasti ini tentang hak kedepannya.
•••
Update lagiiiii💚💚💚💚
Semangat yaaa jangan sakit!
💚💚💚💚💚💚
KAMU SEDANG MEMBACA
Sementara | Mark Lee✔️[Completed]
Fanfiction-'kisah sementara yang diharapkan lama.' Untuk Mark Lee- Dyudyu, 2020