"Tada!" Bulan tersenyum lebar seusai membuka tutup tempat bekal nya.Nasi goreng yang masih panas tampak menggiurkan dilihat, Mark tersenyum melihatnya.
Mark lantas merogoh kolong mejanya, meletakkan tempat bekal berukuran sama dengan milik Bulan di atas meja. Bulan mengernyit heran, tidak tahu bahwa laki-laki itu juga membawa bekal.
"Kamu bawa bekal juga?" Tanya Bulan, Mark hanya meresponnya dengan senyuman.
Tangan laki-laki itu sibuk membuka tutup bekalnya, sementara Bulan memandang Mark kecewa.
"Kan aku udah bilang aku bawain bekal buat kamu juga." Bulan mendorong pelan bekalnya ke arah Mark, "liat nih. Bekalnya banyak banget masa aku habisin sendiri—"
"Tada!" Seru Mark tersenyum lebar, sama seperti Bulan tadi saat menunjukkan bekal makanan untuk mereka berdua.
Bulan terdiam memandang yang Mark bawa, tidak tahu harus meresponnya bagaimana intinya ia takjub.
"Aku buatin telur mata sapi! Lumayan kan?" Tanya Mark masih tersenyum, memandang telur mata sapi buatannya juga Bulan bergantian. Ia menunggu tanggapan Bulan yang masih memandang dengan takjub.
Bulan menutup mulutnya tidak percaya, "jadi ini alasan kamu enggak mau aku buatin telur mata sapi?"
Mark menggangguk semangat sebagai jawaban.
"Anjay!" Lucas datang setelah menarik kursi mendekat, memerhatikan telur mata sapi yang ia ketahui buatan Mark.
"Beneran masak telur mata sapi nih, bro?!" Tanya Lucas tak percaya sekaligus takjub, Mark memasang wajah bangganya.
Lucas mengacungkan kedua jempol nya, menepuk bangga pundak Mark. Bagaimana tidak bangga? Yang ia tahu ia dan Mark itu sama. Sama-sama tidak pandai masak.
Awalnya ia ragu saat laki-laki itu subuh-subuh buta mengabari tanpa basa-basi dan alasan kalau ia tengah membuat telur mata sapi. Menjengkelkan sebenarnya, apalagi cara memberitahunya dengan menelepon tiba-tiba. Lucas yang masih mau berkelana di dalam mimpi terpaksa bangun hanya untuk mendengar laporan Mark yang tidak masuk akal.
Akan tetapi lihatlah ia sekarang, ia seperti seorang ayah yang bangga saat melihat telur mata sapi buatan Mark hasilnya tidak mengecewakan.
"Kalau gitu aku bagi nasi gorengnya ke tempat bekal kamu, ya." Kata Bulan semangat, dibalas anggukan tak kalah semangat juga oleh Mark.
Yeri dan Yuqi masuk ke dalam kelas, keduanya datang dengan nasi bungkus dari kantin seperti biasa.
Mereka menarik kursi, duduk bergabung dengan Bulan, Mark, dan Lucas yang sudah menyatukan dua meja agar leluasa mereka makan bersama di dalam kelas.
"Cie yang bawa bekal untuk berdua." Ledek Yuqi menyadari Bulan tengah membagi nasi goreng miliknya pada Mark.
Bulan tidak hirau, gadis itu fokus membagi bekalnya.
Mark pun tidak hirau dengan godaan dari Yuqi, laki-laki itu memilih fokus tersenyum memerhatikan Bulan.
Yeri berdecak pelan sembari menggelengkan kepalanya, "payah banget pada bucin sampe diledek aja tuli."
Alis Lucas terangkat keduanya. Ia yang tengah mengunyah makanannya berhenti hanya untuk menanggapi Yeri, "mau juga, Yer?"
"Apa?" Tanya Yeri mengernyit penuh tanya.
"Dibucinin." Jawab Lucas enteng, kembali melanjutkan mengunyah makanannya.
Yuqi tertawa mendengar dialog Yeri dan Lucas, "ini rencana nya Lo mau modusin Yeri apa gimana?"
Lucas mengedikkan kedua bahunya, "gak usah ketawa. Ketawa Lo kayak orang cemburu."
Bukannya tersinggung, tawa Yuqi makin terdengar lebih nyaring dari yang tadi.
Yeri menggelengkan kepalanya memilih untuk mulai menyantap makanannya.
"Kalau gue pacaran sama Yeri, gue pacaran sama Lo juga kok, Qi." Kata Lucas terdengar merayau, laki-laki itu menyuap kembali mulut lebarnya dengan sesendok penuh nasi.
"Jadi berlima gak ada yang jadi nyamuk. Tenang, gue main adil."
"Anjing lo." Kata Yeri menendang tulang kering Lucas di bawah meja, sampai empunya mengaduh sakit.
"Pantesan jomblo. Niatnya suka selingkuh." Kata Yuqi mencibir Lucas pelan.
Bulan dan Mark yang sedaritadi menyimak setelah cukup menikmati dunia nya berdua tertawa pelan menanggapi.
Bulan menyuapkan sepotong kecil telur mata sapi buatan Mark ke dalam mulutnya, memandang laki-laki yang tengah menunggu responnya itu takjub.
"Telur mata sapi kamu enak, loh."
Mark tersipu malu sebab dipuji. "Padahal aku baru ini buatin itu." Katanya malu-malu, Bulan tersenyum lebar kembali menikmati telur mata sapi buatan Mark. Bedanya, ia mengikutsertakan nasi goreng buatannya.
"Kamu baru ini buat aja enak gini. Gimana kalau sering?"
Lucas, Yeri, dan Yuqi merotasikan bola mata setelah memandang keduanya asik berbincang. Dunia benar-benar serasa milik berdua, melihat senyum Bulan juga Mark siapapun juga akan tahu kalau keduanya itu sedang kasmaran.
"Jadi aku udah cukup kan, Lan?" Tanya Mark mengundang kernyitan di kening Bulan.
"Cukup apa?"
"Jadi pemimpin hidup kamu."
"BANGSAT LUCAS!" Pekik Yuqi melengking, mengusap wajahnya dan seragamnya yang basah karna laki-laki itu.
"LO KENAPA NYIMBUR GUE SIH?!"
"SALAHIN MARK ANJING! NGALUSNYA NGADI-NGADI BANGET?!"
"KOK GUE?!"
Bulan dan Yeri menggeleng kecil, menundukkan kepalanya malu melihat kekacauan yang dibuat ketiganya. Untung saja mereka tidak berada di kantin. Untung mereka menikmati makanan mereka di dalam kelas.
Sekarang tidak tahu siapa yang mesti disalahkan. Lucas yang kaget tiba-tiba menyembur Yuqi atau Mark yang bikin Lucas kaget karena omongannya.
•••
Kaget ini belum di update, padahal tadi udah di update🙄🙄🙄
Dyu makin lama nih kayaknya update. Lagi chaos banget ngatur ini itu.
Maaf yaaa😭😭😭😭😭
KAMU SEDANG MEMBACA
Sementara | Mark Lee✔️[Completed]
Fiksi Penggemar-'kisah sementara yang diharapkan lama.' Untuk Mark Lee- Dyudyu, 2020