Bulan menghela napas, sedaritadi ia berjalan di sepanjang koridor sekolah tapi dirinya belum juga mendapati sosok Mark.
Ia juga sempat mengecek di kantin. Tidak seperti kata Lucas, laki-laki itu tidak ada di sana. Bulan jadi curiga, jangan-jangan dia dikerjai oleh teman laki-lakinya itu.
Bulan menuju ke pinggir lapangan, gadis itu sempat membeli minuman penambah ion. Niatnya mau diberikan pada Mark jika keduanya bertemu, tapi tampaknya minuman itu akan Bulan nikmati sendiri.
Duduk di kursi pinggir lapangan. Sebab sekolah yang disibukkan beberapa hal, beberapa kelas tidak diisi oleh guru pengajar termasuk pula dengan kelas Bulan.
Hanya pada mata pelajaran pertama dan kedua, itupun tidak lama. Guru pengajar kompak memiliki kesibukan masing-masing.
Asik memandangi lapangan yang diisi beberapa siswa bermain bola basket dan voli, rambut Bulan yang tergerai tiba-tiba terbawa hembusan angin yang cukup kencang.
Tidak senang jika rambutnya nanti kusut, Bulan melepas ikat rambut dari pergelangan tangannya. Mengumpulkan rambutnya menjadi satu simpulan segera sebelum diterpa angin kembali.
Baru hendak mengikat rambutnya, ikat rambutnya tiba-tiba direbut seseorang membuatnya berjengit kaget dan menoleh ke belakang segera.
Suara tawa yang Bulan hapal terdengar, sosok yang dicari tengah menertawakannya.
"Ih! Mark!" Sentak Bulan keras, bibirnya mengerucut segera.
Mark masih mempertahankan tawanya, namun tidak seheboh tadi.
"Kamu ini hobi banget kaget, ya?"
"Ya gimana gak kaget? Tiba-tiba banget rebut ikat rambut aku."
Mark tertawa, namun perlahan melunturkan tawanya menggantinya menjadi senyuman manis.
Laki-laki itu mengarahkan kepala Bulan menghadap kedepan, mengambil alih rambut Bulan yang tergerai.
Laki-laki itu mengumpulkan rambut Bulan dalam genggamannya dengan telaten.
"Biar aku aja, Mark." Kata Bulan hendak mengambil alih, tapi Mark tidak membiarkan itu terjadi.
"Kamu nyariin aku, ya?" Tanya Mark dengan tangan sibuk bekerja di kepala Bulan.
"Siapa bilang? Kepedean banget."
"Jangan bohong gitu, ah. Makin keliatan banget nyariin kalau bohong gitu."
Bulan hanya menanggapi dengan dengusan pelan.
"Ada yang mau ditanyain, gak? Mumpung aku sempet nemuin kamu."
"Kamu udah makan?" Tanya Bulan langsung tanpa jeda.
Mark mengangguk, "udah. Barusan selesai makan."
"Dapet konsumsi?"
"Dapet dong, Lan."
"Enak?"
"Lumayan. Masih enak masakan kamu soalnya."
"Gombal."
Mark terkekeh pelan, bersamaan ia selesai mengikat rambut Bulan.
"Rapi gak, sih?" Tanya Mark memerhatikan hasil karya nya saksama.
Bulan meraba rambutnya, mencoba menilai. "Gak ada yang ketinggalan rambutnya. kayaknya sih, rapi."
Mark menghela napas lega, mengambil tempat di sebelah Bulan.
Bulan sedikit bergeser memberi ruang.
"Ini air ion siapa?" Tanya Mark memerhatikan botol di tangannya, memandang keheranan.
"Minum aja." Suruh Bulan tersenyum, "itu punya aku, tadi aku beli di kantin."
Mark menganggukkan kepalanya, membuka botol minumanya segera. Ia meminum beberapa tegukan.
"Oh iya." Bulan tiba-tiba teringat akan sesuatu, membuat Mark menolehkan kepalanya memandang penuh tanya.
"Kamu tadi makan dimana? Kata Lucas dia ketemu kamu di kantin."
"Ah—iya." Mark membenarkan, "tadi emang ketemu Lucas di kantin, tapi enggak lama karna dia langsung ke kelas."
"Makan dimana? Kok aku enggak ketemu kamu?"
"Aku ke kantin cuma lewat aja. Aku sebetulnya mau ke belakang sekolah buat ngecek kerjaan anak-anak di sana."
"Makan dimana?" Tanya Bulan, mengulang pertanyaan sebelumnya yang belum dijawab.
"Makan di belakang sekalian." Jawab Mark. "Konsumsinya dibagiin pas aku ada di belakang, jadi aku makan di belakang bareng anak-anak."
"Kamu langsung makan, kan?"
"Maksudnya?"
"Pas dibagiin konsumsi, kamu langsung makan kan? Enggak pake nunda-nunda karna kerjaan kamu masih banyak?"
Mark tersenyum, menganggukkan kepalanya. "Enggak kok, Bulan." Katanya menjawab lembut.
"Kita panitia semua dari awal sepakat. Ah, enggak. Di bawah kepemimpinan aku semua sepakat dari awal, kalau waktunya makan ya makan. Isi tenaga dulu, baru kerja kemudian."
Bulan mengangguk-anggukkan kepalanya paham, "bagus, deh."
"Udah semua ditanyain nya?" Tanya Mark, Bulan berpikir sebentar.
"Sejauh ini sih, cuma itu."
"Se-khawatir itu kamu sama aku?"
Bulan hanya berdecak kesal, memukul lengan laki-laki itu pelan. Mark tertawa kemudian.
"Gantian aku, dong."
Kedua alis Bulan terangkat, "gantian apa?"
"Nanya-nanya tentang kamu." Kata Mark yang lalu melanjutkan, "emang yang bisa khawatir itu cuma kamu?"
Bulan tersenyum simpul menanggapi. "Tanya aja."
"Oke." Mark menganggukkan kepalanya, "kamu udah makan?"
Bulan mengangguk, "Udah barusan."
"Makan apa?"
"Makan bekal aku. Tadi pagi sempetnya cuma masak nasi goreng."
"Wah, pasti enak tuh. Jadi pengen."
"Besok mau aku bekalin sekalian?"
"Gapapa?"
"Gapapa, kok."
Mark mengangguk, "oke. Boleh juga."
"Udah nanya nya?"
Mark menggeleng segera, "tadi makan nya sama siapa?"
"Sama Yeri sama Yuqi. Oh iya, tadi ada Lucas juga ikut di kita. Tapi enggak makan, cuma minta makanan Yuqi."
"Yah, cemburu nih, sama Lucas." Kata Mark menghela napas, wajahnya dibuat sedih.
"Cemburu karna dia makan makanan Yuqi?"
"Bukanlah." Mark menggeleng tegas, "cemburu karna bisa liat kamu makan maksudnya."
Bulan berdecak pelan. "Ngaco!"
"Terus, terakhir nih nanya nya sebelum aku balik kepanitiaan lagi."
"Apa?" Tanya Bulan penasaran.
Senyum Mark mengembang, mata mereka saling bertatapan.
"Kamu punya rasa yang sama kayak aku, gak?"
•••
Udah bisa dibuka dong yang ini update nya hehehehe
KAMU SEDANG MEMBACA
Sementara | Mark Lee✔️[Completed]
Fanfiction-'kisah sementara yang diharapkan lama.' Untuk Mark Lee- Dyudyu, 2020