Super Jin!

423 59 2
                                    

Kalian tahu anakku Kim Seokjin?

Yang memiliki wajah tampan itu.

Hahaha, narsis ya aku? Seperti anaknya, karena aku ibunya.

Sebagai seorang ibu, aku tentu akan memiliki kebanggaan tersendiri memiliki anak tampan dan baik sepertinya. Meski dia anak kedua di keluarga kami, tapi Seokjin bisa tumbuh menjadi seorang anak yang sangat perhatian dan penuh pengertian.

Dia selalu memilih mengalah jika bermain dengan teman-temannya, padahal usianya masih sangat dini untuk bisa dikatakan memiliki pola pikir dewasa.

Saat ku tanyai, Seokjin selalu menjawab "Seokjin ingin seperti Hyung, baik dan punya banyak teman!"

Ternyata kakaknya lah yang menjadi sumber motivasi. Aku tentu terharu. Dulu ketika aku dan suami tahu keluarga kami akan memiliki satu lagi malaikat kecil, kami selalu memberi pengertian pada si kakak.

Kasih sayang dan perhatian tentu tak pernah kami beda-bedakan. Kami pernah meminta kakak Seokjin untuk mengajak adik kecilnya mengobrol ketika masih bayi dulu.

"Tapi dia masih bayi, apa dia akan mengerti Eomma?"

Ku jawab tentu ia mengerti karena mereka adalah kakak beradik. Untungnya hal yang kami takutkan tak terjadi. Seokjin sangat disayangi oleh kakaknya, bahkan menurutku kakak Seokjin lebih menyayangi Seokjin daripada denganku atau ayahnya.

Dulu pernah sekali, karena tak mau membuat salah satu bersedih, mereka membagi sekeping coklat yang besarnya bahkan tak seberapa. Seokjin bersikukuh tidak mau memakan coklat itu sendirian, ia akhirnya benar-benar membagi si coklat agar bisa dimakan dua orang.

Aku mengetahui hal itu, ketika mereka tengah saling mengalah di dapur. Hanya sedikit mengintip.

Aku sangat bersyukur karena kedekatan kedua anakku. Mereka tidak perlu diperingatkan secara keras agar menghormati satu sama lain.

Dan hari ini, seperti biasanya setiap tahun.

"Eomma, sebaiknya aku memberi kado Seokjin apa?"

Ini kakak Seokjin, sudah 11 tahun. Kim Min Seok.

"Apa ya? Apa Minseok punya ide?" tanyaku.

Minseok, ia mengedipkan matanya berkali-kali persis seperti Seokjin ketika berpikir. Ah, ini salah satu sifat suamiku.

"Aha! Minseok punya ide Eomma!" lantas tubuh putraku yang bongsor itu mendekat dan mulai membisik pelan-pelan.

Setelah mendengar idenya, aku tersenyum. "Baik, kita cari kado untuk Seokjin besok. Arachi?"

"Araa!"

Tahun ini Seokjin tidak mengadakan pesta ulang tahun dengan Papa kesayangannya, Sihyuk Oppa. Oppa bilang dia ingin sekali, tapi perusahaan tempatnya bekerja adalah sebuah agensi musik. Dan boyband yang tengah ia naungi sedang mengadakan konser. Mau tak mau, Oppa hanya bisa sekedar mengucapkan selamat lewat telepon besok.

Dan karena itu juga Seokjin sempat bersedih, ia sudah terbiasa menghabiskan waktu dengan Sihyuk Oppa. Wajar jika Seokjin sangat sedih.

Hari Rabu ini. Seokjin mengundang si kecil Jungkook main ke rumah. Meski usia mereka terpaut jauh tapi Jungkook terlihat nyaman bermain bersama Seokjin dan Minseok. Aku jadi merasa punya bayi lagi. Jungkook mirip sekali dengan Seokjin. Aku seperti melihat wajah bayi Seokjin dulu.

Keesokan hari, seperti yang sudah aku dan Minseok rencanakan. Kami akan mencari kado untuk Seokjin. Anak sulungku itu dengan semangat menggandeng tanganku menuju lemari pendingin.

The DalbangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang