Dari semua menu yang ada di kafetaria fakultas, Taehyung paling suka menu olahan daging. Sayangnya, porsinya terlalu sedikit karena bagian lauk di dalam piring yang tersedia tak memungkinkan mengambil sesuka hati. Tetap, Taehyung sangat menikmati makan siangnya yang damai.
"Sunbae-nim, boleh aku duduk di sini?"
Taehyung mendongak dan menemukan Jungkook yang entah datang dari mana berdiri di sebelah mejanya, menunggu jawaban. "Ya, silahkan."
"Terima kasih, Kim Taehyung sunbae-nim."
Taehyung mengangguk sebagai jawaban. Setelah hari itu, Jungkook beberapa kali menghubunginya melalui chat untuk membicarakan mengenai partner dance-nya. Mendengar hal itu sejujurnya agak menyedihkan. Bisa jadi karena partner yang tidak bertanggung jawab, seseorang yang memiliki kemampuan dance seperti Jungkook bisa gagal dalam seleksi masuk. Bagi Taehyung pribadi hal itu amat sangat disayangkan jika harus kehilangan seseorang yang duduk di depannya ini. Karena itu dia berusaha mencari cara agar Jungkook bisa tetap lolos semisal partnernya tidak bisa diharapkan sampai akhir.
"Sunbae-nim, kenapa makananmu masih banyak?"
"Hanya sayuran yang tersisa."
"Oh, kau tidak suka sayuran?"
Bukan tidak suka, hanya saja sayuran hari ini bukan seleranya. Yah, Lelaki berusia 23 tahun ini cukup pemilih.
"Ambil ini." Dengan sumpit, Jungkook memindahkan semua daging di piringnya ke piring Taehyung yang hanya tersisa bumbu di bagian lauk seharusnya terletak. "Kau harus makan yang banyak, sunbae-nim."
"Apa ini? Apa ini semacam sogokan agar aku memberikan nilai yang bagus padamu?"
"Hahaha kalau kau menganggapnya begitu. Tapi sunbae-nim, aku sangat berterima kasih atas saran-saranmu. Dua hari ini aku dan Seo Hyejin berlatih bersama. Bahkan hari ini kami sudah berjanji untuk kembali berlatih bersama."
"Begitukah? Aku senang mendengarnya."
Mengetahui kabar itu, mungkin Taehyung tak harus lagi mencari cara cadangan untuk meloloskan Jungkook. Itu cukup memusingkan sebenarnya.
"Lalu sunbae-nim, bolehkan aku meminta sesuatu?"
"Apa itu?"
Jungkook terlihat malu dan ragu-ragu untuk mengatakannya. Tapi dia ingin agar hubungannya dengan Taehyung tidak terlalu kaku. Entah seniornya itu akan setuju atau tidak, dia akan mencoba membicarakannya lebih dulu. "Ekhm, sunbae-nim, bolehkah aku berbicara informal padamu?"
Informal? Taehyung memikirkannya sejenak. Mengingat kejadian hari itu yang mau tak mau harus diakui kebenarannya, yang entah kenapa juga masih ada keraguan, dia ingin memastikannya kembali. Tapi jika tiba-tiba menyentuh Jungkook, bisa jadi dia akan dianggap sebagai orang aneh atau mesum. Lagipula dia tidak bisa sengaja menyentuhnya di tempat umum atau rumor lain akan menyebar. Selain itu bukankah alasan kenapa dia tidak bisa menyentuh Jungkook tanpa alasan dikarenakan tidak adanya kedekatan yang cukup di antara mereka? Apakah ini sebuah kesempatan?
"Ekhm, baiklah."
Jungkook tersenyum cerah dan lega sekaligus setelah permintaannya diterima dengan begitu mudah. "Jika begitu kau juga bisa bicara lebih santai padaku, Taehyung hyung."
Ah, hyung? Bukankah itu lebih dari secara informal yang dikatakan Jungkook? Tapi bukankah sudah cukup dekat untuk bisa menyentuh Jungkook dan menyakinkan dirinya? Yah, baiklah.
"Bukankah aku juga lebih muda darimu, hyung?"
"Ah, ya, aku lihat dari formulir pendaftaranmu. Usia kita berbeda dua tahun."
"Benar! Kalau begitu coba panggil namaku, hyung."
"Apa? Kenapa tiba-tiba harus memanggil namamu?"
"Agar kau terbiasa." Tak hanya senyum, Jungkook juga memberikan tatapan pada Taehyung seperti anak kecil yang ingin dituruti keinginannya untuk membeli mainan.
Uh, Taehyung diam sesaat. Melihat juniornya memohon dengan cara seperti itu membuatnya mengalah. "Ekhm, Jeon, Ekhm, maksudku Jungkook~"
Jungkook terlihat sangat senang namun dia belum merasa puas. "Hyung, lain waktu bolehkan aku menelponmu?"
"Apa?"
"Maksudku, jika aku ingin bertanya seputar klub. Bukankah akan lebih jelas?"
"Oh, silahkan. Tapi jika kau hanya ingin mengatakan omong kosong, aku tidak akan mengangkatnya seperti yang lain."
"Benarkah?"
"Kau tahu, aku orang sibuk?" Taehyung menekankan setiap kata dalam kalimatnya membuat Jungkook justru diam-diam menahan tawa karena nada yang terdengar. "Biasanya aku akan memastikan lebih dulu sebelum obrolan berlanjut."
"Seperti apa?"
"Kau akan tahu setelah mencoba menelponku."
Jungkook mengangguk mengerti. Detik berikutnya, ponsel yang berada di saku celananya sudah berada digenggamannya. Dengan cepat, dia mencari kontak seseorang dan menekan tombol call.
"Eh, apa ini?" Taehyung melihat ponselnya yang berada di atas meja bergetar. Melihat Jungkook tersenyum polos, dia menghela nafas lelah seraya menepuk jidak. Anak ini gila.
"Hyung, aku ingin tahu."
Benar-benar! Dengan enggan, Taehyung mengangkat benda pipih miliknya dan menempelkan di sisi telinga. "Ada apa, Jungkook?"
"Hanya ingin mendengar suaramu, hyung."
tut.
"Eh, kenapa dimatikan?"
"Aku bilang jangan bicara omong kosong, Jungkook!"
Taehyung menggeram kesal dan mengabaikan tawa Jungkook yang terdengar sangat renyah. Dia memilih memasukkan potongan daging ke dalam mulutnya. Bak keajaiban, makanan itu membuat kejengkelannya hilang sebab kini dia merasa seperti tengah berada di surga. Memang sangat enak. Sayangnya tak berlangsung lama karena Jungkook kembali mengganggunya.
"Oh, hyung! Beberapa hari lalu aku melihat Hoseok Sunbae-nim menunggumu di luar kelas. Tumben dia tidak memanggilmu?"
"Itu karena dosenku masih di dalam, bodoh!"
"Jika itu aku, aku akan tetap berteriak agar dosen itu cepat keluar."
"Dasar anak kurang ajar!"
Lagi, Jungkook tertawa. Melihat Taehyung kesal entah kenapa membuatnya makin bersemangat untuk menggodanya.
"Hm, aku jadi penasaran. Apa kau juga seperti itu jika sedang menunggu Hoseok Sunbae-nim?"
"Tidak, tidak pernah. Teknologi kan sudah canggih, untuk apa disia-siakan."
"Kau benar. Aku kira kau malu untuk berteriak dan melambaikan tangan seperti Hoseok Sunbae-nim."
"Apa?!" Taehyung merasa tingkat kekesalannya sudah di ambang batas. Hal itu mendorongnya untuk mengangkat tangan kanannya dan melambai pada Jungkook. "Hei, lihat ini! Jungkook! Cepat keluar, Jungkook- ah~"
"Jungkook tidak dengar karena duduk di bangku paling belakang."
"Hei, Jungkook-ah! Jungkook-ah! Jungkook-ah~ pokoknya aku akan mengulanginya terus sampai kau keluar." Taehyung mengakhirinya dengan tangan kirinnya yang terkepal di udara sebagai tanda semangatnya yang tengah membara.
Segera, Jungkook menutup mulutnya dan memalingkan wajah menahan tawa. Sisi Taehyung yang seperti itu, Jungkook ingin lebih sering melihatnya. Imut. Imut sekali.
"K-kau tertawa? Kau sedari tadi sedang mengerjaiku, ya?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Touch Me! || KookV ✓
Fanfiction[COMPLETE] Taehyung tidak menyukai kontak fisik apalagi jika itu lebih dari sentuhan tangan. Tapi kenapa dengan Jungkook berbeda? "Aku tidak tahu kenapa, tapi aku sangat yakin tentang itu sekarang." Taehyung mengangkat tangan Jungkook yang lain dan...