DTM - 8

1.7K 246 2
                                    

Di luar hujan deras. Akankah ada yang datang?

Hampir satu jam Taehyung berada di ruang klub dance seorang diri. Khusus hari sabtu ini, pertemuan rutin dimulai lebih sore, pada pukul 5. Sebenarnya sebelum dia masuk ke ruang klub, beberapa orang keluar, menyapanya dan berpamitan untuk mengikuti kelas. Memang, selain mengambil kelas dan jam yang berbeda, klub dance di fakultas ekonomi juga terbuka untuk fakultas lain sebab untuk tingkat universitas belum tersedia. Entah malas mengurus pendiriannya atau memang tak banyak yang memiliki minat dalam dance.

Tidak ada yang menduga mengenai cuaca. Kapan hujan akan mereda pun tidak ada yang tahu. Meski begitu, Taehyung yakin jika anggota klub dance lainnya akan tetap datang karena besok adalah hari di mana penyeleksian akhir sebelum masuk klub, jadi sore ini akan ada persiapan akhir sekaligus memberikan penilaian sementara dari tahap sebelumnya. Rata-rata dari mereka bilang akan datang sebelum pukul 5 yang artinya masih ada waktu sekitar lebih dari satu jam lagi.

Lalu khusus hari ini, para calon anggota diperbolehkan menggunakan ruangan untuk latihan hanya sampai pukul 12 siang. Lebih dari itu dikosongkan untuk mempersiapkan acara esok yang akan dimulai dari pagi. Kecuali satu kelompok yang diperbolehkan menggunakan ruangan sampai pukul 5 sore atau setelah pukul 9 malam. Tidak lain, mereka adalah Jeon Jungkook dan Seo Hyejin. Setelah Hyejin menjelaskan panjang lebar mengenai kondisinya dan memohon, akhirnya anggota menyetujui dengan syarat.

Yah, Taehyung tidak tahu kapan mereka akan datang. Apakah mereka memilih untuk berlatih sore atau malam. Tapi ketika mendengar suara petir yang menggelegar sampai membuatnya terkejut, dia tidak yakin jika mereka akan datang—

Taehyung dikejutkan lagi dengan pintu yang tiba-tiba terbuka lebar membuat dinginnya angin langsung menyapa tubuhnya yang dilapisi kaos berlengan pendek.

Seseorang berdiri di tengah-tengah pintu. Sambil menyandarkan telapak tangan kirinya pada pintu, laki-laki itu terlihat sedang menstabilkan nafas. Tubuh besarnya basah kuyup hingga air menetes dari rambut hitamnya.

"Oh, Taehyung hyung? Selamat sore."

"Jangan hanya berdiri di sana, Jungkook! Cepat masuk lewat samping dan mandi! Ada pakaian ganti di lokerku."

"Hahaha baiklah. Aku mandi dulu."

Bisa-bisanya dia masih tertawa? Padahal jika dia berlama-lama dalam kondisi seperti itu bukankah akan mudah terserang demam? Lalu bagaimana dengan besok? Taehyung menggelengkan kepala tak mengerti dan menahan kesal karenanya.

Beberapa menit berlalu, Jungkook masuk ke ruangan melalui pintu belakang. Untungnya pakaian Taehyung yang disimpan di loker memiliki ukuran besar sehingga terlihat pas di tubuh Jungkook. Kini penampilannya nampak segar meski dengan rambut yang masih berantakan, dan.... basah? Jujur, bagian itu mengganggu Taehyung.

Secara tak acuh, Jungkook duduk tak jauh dari Taehyung dan mengeluarkan handphone yang terbungkus plastik. Karena pemberian temannya sebelum ke sini, benda canggih itu tak basah sedikit pun. Kini dia hanya tinggal memberitahu partnernya bahwa dia sudah ada di ruang klub.

Sementara Taehyung yang menahan kesal sedari tadi akhirnya meledak juga. Apa benar Jungkook tidak memerdulikan seleksi masuk besok?

Kekesalan itu Taehyung tumpahkan dengan segera mengambil handuk kering dari loker dan langsung duduk di depan Jungkook. Tanpa menunggu ijin, dia menggosok rambut Jungkook yang basah dengan handuk di tangannya.

Jungkook yang terkejut tiba-tiba mengangkat kepala dan menatap Taehyung yang tengah serius mengeringkan rambutnya. "H-hyung? Apa yang kau lakukan?"

"Mengeringkan rambutmu. Kau bisa sakit setelah pulang dari sini, bodoh! Kau memang ingin gagal ya?!"

"Terima kasih sudah menghkwatirkanku, hyung. Tapi aku tidak mudah sakit."

"Hmph!"

"Maksudku hyung, apa kau tidak apa-apa? Meski secara tidak langsung, tapi kita—"

"Diamlah! Aku sedang berkonsentrasi."

Benar, Taehyung tengah berkonsentrasi untuk merasakan apa benar kini dia tidak merasakan tubuhnya yang tiba-tiba merinding atau gemetar jika bersentuhan dengan orang lain namun tidak dengan Jungkook. Meski benar telapak tangannya terhalang handuk, tapi tetap fakta bahwa dia menyentuh Jungkook tidak salah.

Taehyung tidak tahu jika Jungkook bisa sangat patuh. Tapi mengetahui lelaki itu lebih sibuk dengan ponsel di tangannya, membuat rasa kesal kembali meluap. Memang sedang menghubungi siapa sampai tidak memperdulikan dirinya sendiri?!

"Seharusnya kau mengurus dirimu dulu, Jungkook!"

"Aku hanya memberitahu Seo Hyejin kalau aku sudah di sini."

"Oh."

Merasakan usakan Taehyung yang semakin kasar membuat Jungkook bingung. Ditambah ekspresi lelaki itu yang terlihat tak senang.

"Hyung?"

Taehyung tetap diam, sementara Jungkook menghela nafas. Jungkook tak tahu kenapa Taehyung nampak marah. "Hyung, kemarin Seo Hyejin memintaku untuk menjemputnya dulu di gedung 2 sebelum ke sini karena kita selesai di jam yang sama tapi aku lupa jadi dia memarahiku. Karena hujan deras, entah kenapa aku hanya ingin cepat sampai sini karena aku pikir hyung pasti sudah ada di sini."

Seperti yang dikatakan, Jungkook hanya ingin cepat sampai di ruang klub. Memikirkan Taehyung seorang diri di saat cuaca seperti ini, membuatnya teburu-buru.

"Hm.... Begitukah? Lalu? Apa kau akan keluar lagi untuk menjemputnya?"

"Ya, jika itu—"

"Tidak usah. Kau menyimpan nomor Hoseok, kan? Dia juga ada di gedung 2. Minta padanya untuk ke sini bersama Seo Hyejin."

"Baiklah."

Diam-diam Taehyung tersenyum. Tentu saja dia tidak mau kehilangan kesempatan yang sudah ditunggu sejak kemarin. Di saat Jungkook tengah mengirim pesan pada Hoseok dan Seo Hyejin, dia memikirkan bagaimana untuk memulai.

"Jungkook, bisa kau sentuh tanganku?"

"A-apa?" Jungkook tak yakin mengenai apa yang didengarnya barusan, tapi melihat Taehyung mengulurkan tangan kanan padanya, tak mungkin telinganya bermasalah.

"Tidak apa-apa. Aku ingin menguji sesuatu."

Ragu-ragu, Jungkook menyentuh punggung tangan Taehyung dan perlahan berakhir dengan menggenggamnya. Beberapa saat keheningan menyelimuti mereka selama adu tatap berlangsung. Jungkook menunggu reaksi Taehyung dengan perasaan cemas, sementara Taehyung yang tak menampakkan ekspresi spesifik mendadak tersenyum cerah dan berseru.

"Ternyata benar!"

"Benar?"

"Ya. Saat orang lain menyentuhku, tubuhku akan gemetar. Bahkan jika kontak fisik itu lebih dari memegang tangan, rasa takut akan muncul dengan sendirinya hingga terkadang aku bisa merasa mual. Itulah kenapa aku tidak terlalu senang saat orang lain menyentuhku. Tapi saat kita bersentuhan saat itu bahkan sekarang, aku tidak merasakan semua itu, Jungkook."

Jungkook terdiam setelah mendengar penjelasan Taehyung. Sejujurnya dia tidak tahu harus berkata apa karena kata-kata itu sulit dipercaya. Tapi jika memang benar seperti itu—

"Aku tidak tahu kenapa, tapi aku sangat yakin tentang itu sekarang." Taehyung mengangkat tangan Jungkook yang lain dan meletakkannya untuk menangkup pipi kirinya. Tanpa ragu, Taehyung menutup mata dan menyandarkan wajahnya ke telapak tangan besar itu. "Seperti saat ini, tidak ada perasaan yang membuatku tidak nyaman saat kau menyentuhku. Bahkan telapak tanganmu terasa hangat, Jungkook."

Ah. Jungkook merasa pemandangan di depan matanya membuatnya gila. Meskipun apa yang Taehyung katakan benar, bagaimana bisa lelaki itu bertingkah tanpa adanya kewaspadaan?

Ini berbahaya.

Don't Touch Me! || KookV ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang