BARALUNA || 14

11 1 1
                                    

"Kalo misalnya ada masalah tuh diselesaiin baik-baik, jangan langsung pergi nyelonong kayak gak punya pasangan."

—BaraLuna—

。。。

Bara mengucek-ngucek matanya dan meringis karna kepalanya sangat sakit, mungkin efek mabok semalam. Ia juga merasa bingung, kenapa dia berada di apart miliknya.

Ia mengedarkan pandangannya, ia melihat Luna sedang tertidur sambil memeluknya membuat Bara diam tanpa niatan bergerak. Ia jadi teringat perlakuan Luna padanya yang membuatnya benar-benar sakit hati.

Dan karna mengingat itu semua Bara akhirnya menepis tangan Luna yang berada di perutnya. Luna pun terganggu lalu membuka matanya, dan ia melihat sosok Bara yang berwajah dingin dan mengerikan, beda sekali dengan Bara yang Luna kenal.

"Bara udah-"

"Cepet pergi dari apart Gue, Gue gak liat wajah Lo ada di apart ini lagi," Bara beranjak dari kasur setelah memotong ucapannya. Dan ucapan Bara yang menyayat hati Luna. Apa Se fatal itu keslahan Luna, hingga Bara benar-benar membencinya.

"BARA TUNGGU." Teriak Luna dari dalam kamar. Tapi Bara melanjutkan mengenakan sepatu dan pergi dari Apart terlebih dahulu.

"Hiks-emang Luna salah banget ya, sampai Bara bener-bener marah sama Luna?"

Setelah menangis karna melihat tingkah laku Bara, Luna pun bergegas menuju kamar mandi dan mandi terlebih dahulu sebelum pergi ke kediamannya.

Di jalan, Bara sedang menuju ke markas Elang. Ia ingin melupakan sejenak masalahnya dan berkumpul-kumpul dengan sahabatnya.

Markas Elang sudah terpampang jelas didepan matanya. Ia kemudian masuk dengan tatapan datar dan mata yang tajam, seperti jika ada seseorang yang menyentuhnya sedikit, habislah dia di tangan lelaki itu.

Joni menghampiri Bara yang baru saja duduk di kursi panjang, "Dari mana aja? Semalem kok gak bisa dihubungi?" Bara tak menghiaruakan ucapan Joni, ia menyesap kopi yang entah milik siapa.

"Etdah buset, kopi gue itu. Kalo mau tinggal bikin."

"Bacot lu Stev!" Bentak Bara, Steven hanya diam mematung mendengar Bentakan Bara.

"Lu napa Bar, Murung aja keliatannya, ada masalah?" Vasta menanyai Bara dengan pertanyaan yang bertubi-tubi, membuat kepala Bara tambah sakit rasanya.

"Diem dulu deh Vas, gue kesini mu cari ketenangan!"

Vasta yang mengerti posisi Bara saat ini hanya tersenyum kecil lalu pergi dari hadapan laki-laki yang sedang kacau itu. Dan disusul oleh Inti Elang yang lain.

"Anjing !!" Teriak Bara frustasi melihat notification WhatsApp dari Bunda Luna, dan ia segera bergegas pergi dari markas. Mengenakan motor hitamnya ia membelah jalanan yang sepi, mungkin karna mendung yang tebal. Sungguh aneh tapi nyata, tadi sebelum Bara pergi menuju Markas cuacanya baik-baik saja, tapi kini malah mendung luar biasa.

Mencari ruangan itu bukan hal yang mudah, harus banyak bertanya, kalo masuk sembarangan pasti bakal malu. Itulah yang sedang Bara lakukan, mencari ruangan Luna tapi tak kunjung ketemu, entah dimana ruangan itu sekarang.

"Sus, disini ada yang namanya Kirana Aluna?" Tanya Bara pada suster penjaga Ruang Resepsionis.

"Tunggu ya, kami cari-"

"CEPETAN SUS! GUE GAK BUTUH YANG NAMANYA TUNGGU!" Teriak Bara membentak suster Dihadapannya. Susternya pun merasa takut dan sesegera mungkin mencari nama Luna di layar Komputer.

Setelah menemukan ruangan Luna, suster langsung memberi tau Bara, dan Bara sesegera mungkin mencari ruangan itu tanpa ada ucapan trimkasih.

"Ruang VIP cempaka putih 02"

Ruangan yang Luna tempati sudah ada didepan kepala Bara. Bara langsung masuk dan ternyata sudah ada orang, dan lagi-lagi ada laki-laki yang bersama Luna Kemaren.

Luna tak menghiraukan, ia sekarang hanya butuh penjelasan dari mamah Luna. "Luna kenapa Bund, Kok bisa gini hah?" Badan kokoh Bara tiba-tiba melosot dan juga menangis karna kabar Luna yang sangat memperihatinkan.

beberapa luka serius menetap di tubuh mungil milik luna, semua orang tak tega melihat keadaan luna. "bund jawab!" 

mamah Luna hanya menunduk tak berani membuka suara, semua diam membisu.Pertanyaan Bara hanya angin lalu menurut mereka, menengok ke arah Bara pun mereka tidak ada yang berani.

"kenapa lo semua diem hah? bisu? Masih bisa bicara kan? kalau masih, kenapa nggak jawab pertanyaan gue? GUE TANYA SEKALI LAGI LUNA KENAPA ANJING !" Emosi Bara sudah memuncak, sudah tak bisa di kendalikan lagi. Jika bisa pun itu karna Luna.

"Bar, tenang. Luna kuat, dia enggak lemah. Luna kecelakaan gara-gara mau ngejar lo, tapi luna gak liat sekitar, dan akhirnya truk nabrak dia. untung truknya gak cepet. Gue gak tau kalau truk itu cepet, mungkin nyawa luna gak tertolong." ucap Frisly - teman sekelas luna juga sahabat Luna. 

"fak ! ini semua gara-gara gue, gue gak becus jaga luna." lirih Bara merasa ia telah gagal  menjaga Luna, ia marah gara-gara hal sepele yang tak perlu di ributkan. 

Bara egois? ya memang Bara egois membuat Luna berbaring lemah di atas brangkar, dengan selang yang menempel di sekujur tubuhnya dan alat-alat yang sangat mempusigkan mata. 

"sabara Bara ini udah takdir, kamu gak usah nyalahin diri kamu sendiri. Luna pasti kuat,  hiks" bunda Luna mencoba menenangkan Bara tapi tak membuat Bara tenang, ia malah menangis. 

Bara mendekatkan diri ke berangkar Luna, tiba-tiba tubuh luna kejang-kejang dengan hebat. "Luna kenapa? "

"panggil dokter cepet anjir !" 

"Luna, liat aku lemah gara-gara kamu kaya gini, hiks"

"Luna, kamu janji gak bakal ninggalin aku kan? kamu udah janji bakal sama aku terus sampe mereka manggil kita kakek nenek, jangan nyerah ya. Kamu harus kuat demi aku, bunda, dan orang yang sayang sam kamu. Aku selalu di samping kamu, jadi jangan takut buat kembali."



Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 10, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BARALUNA•ELANG[on going] [BB SERIES 03]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang