13. ApoCalypse

13 1 0
                                    

Semenjak kejadian itu, Rayen dan Seonggi tak lagi bertemu. Bahkan perayaan tahun baru Rayen tidak menghadiri atau merangkai acara apapun. Hanya terngiang dengan kenangan kejadian hari Natal yang berakhir Seonggi dan adiknya pulang cepat dari Villa meninggalkan Rayen yang menyendiri dengan Marc.

Kembali lagi bersama Rayen yang terdiam duduk di kursi ruangannya, pikirannya buyar kala mengingat peristiwa itu lagi. Rasa bersalah menyelimuti perasaanya, setiap dirinya ingin mendatangi tempat Seonggi, dinding hambatan semakin menghalanginya untuk bertemu dengan gadis itu.

Rayen hanya ingin meminta maaf pada gadis Lee, permintaan maaf lengkap dengan penjelasan bahwa dirinya tidak bisa bersama dengan Seonggi yang nanti bisa mengakibatkan kematian.

Rayen mengembuskan napasnya, menepis pikiran buruknya. Dia harus bertemu dengan Lee Seonggi. Diambilnya jam rolex yang terletak di meja, menghampiri sang asisten di ruangan sebelah.

“Marc. Ayo, kita pergi ke Shisho.”

“Eh? Baiklah-baiklah,” Marc keluar dari ruangan dan membuntuti Rayen yang melangkah dengan cepat.

Di sebuah kuil yang lumayan jauh dari kota, Rayen berjalan menuju Shisho. Marc menyamakan langkahnya dengan Rayen, melihat sang guru yang tengah menancapkan dupa.

Pemuda Sweiten itu membungkuk sopan, Shisho mengajaknya untuk meminum teh di dalam. Rayen menceritakan kejadian yang menghantui pikirannya selama pergantian tahun, tekadnya yang sudah bulat langsung memberitahu pada pria di depannya.

Shisho itu tersenyum setelah mendengar penjelasan Rayen, “Lakukan saja sesukamu, Ray---” Jedanya lalu meneguk teh di cangkir kecilnya.

“---itulah maumu,” Lanjut pria itu, Rayen menatap sengit Shisho di hadapannya sembari meletakkan cangkir di meja.

“Kamu adalah iblis paling biadab,” Mendengar itu, Rayen langsung berdiri dan keluar dari dalam kuil. Pergi menjauh meninggalkan Marc yang berusaha mengejarnya.

Marc mendesis kala sang atasan yang berjalan kaki, dirinya memasuki mobil dan mengendarai kendaraannya. Dilihatnya Rayen yang semakin cepat, dirinya tertinggal jauh di belakang.

Ditengah perjalanan, Marc melihat sesosok perempuan tengah menyeruput segelas kopi. Segera pria itu merogoh kantungnya, membuka ponsel kemudian menekan nomor sang atasan.

“Pak, maaf. Tadi saya tidak sengaja melewati kedai kopi, saya melihat nyonya Lee disana.”

“Bagus, Marc. Intai terus, berikan lokasinya padaku,” Telepon itu dimatikan, Marc mengembuskan napasnya pelan seraya memarkirkan mobilnya di pinggir jalan. Rayen berubah, kini sang atasan bukan lagi seorang manusia.

Rayen sudah berevolusi, Rayen lantas melihat lokasi yang dikirimi oleh Marc. Pemuda itu pun tersenyum menyeringai lalu menggunakan kekuatannya berteleportasi dan berakhir sampai tepat di depan wajah Lee Seonggi yang tengah menyeruput kopi.

Posisinya persisi di kursi kosong di hadapan gadis itu, Seonggi terkejut akan kehadirannya dan langsung menyemburkan kopi pada muka Rayen. Pemuda yang tadinya berlaga sok keren itu berakhir sial, Seonggi merasa belum puas kemudian mengguyur habis kopinya pada Rayen.

Gadis cantik itu langsung berlari keluar dari kedai, pun dengan Rayen yang mengejarnya dengan kekuatannya. Tetapi gadis itu berlari kearah kerumunan pejalan kaki.

Saat di lampu merah, Seonggi menerobos tanpa menunggu Rayen yang kapan saja bisa merauknya. Dirinya tidak menyadari kedatangan dua mobil dari dua arah yang berbeda, satu mobil segera menghindar.

Satu lagi tak terkendalikan, Rayen langsung menggantikan posisi Seonggi lalu menukar jiwanya dengan Sano. Rayen tertabrak, sedang Seonggi masih di tepi penyebrangan. Lantas gadis itu menutup mulutnya dan menghampiri Rayen.

Sano, kini terlahir kembali.

Rayen telah dibawa ke rumah sakit, dikabarkan koma oleh dokter pribadinya. Shisho mendatangi kamar milik Rayen, dan bertemu dengan Seonggi yang menjaga salah satu muridnya.

“Kalau Ray yang kau lihat itu bukanlah Rayen yang asli---Dia sengaja mengorbankan alternya yang membuat kekuatan itu menjadi lebih kuat dengan level maksimal hingga menukar jiwanya ke Sano,” Jelas pria itu seraya melirik Rayen.

“Jadi, sensei, ini gimana?”

Shisho mengangkat bahunya, “Entah, biarkan saja dia bermain di alamnya untuk sementara.”

“Oh iya, Lee. Aku punya tugas untukmu, temukan Sano. Dia pasti sudah hidup, dan Lee, jangan pernah bilang soal ini tentang Sano yang tidak pernah mati sebelumnya. Semua ingatan di masa lalu akan aku hapus, jadi Sano tidak pernah mati.”

••

Five Years Later

Seorang pemuda terbangun dari posisi berbaringnya, matanya bertemu dengan sosok Sano yang berada di dekatnya. Segera pemuda itu memeluk sang pujaan hati dengan erat.

“Aku ingin bersamamu disini,” Ucapnya.

“Aku ingin menikahimu, Sano..”

Sano melepas lingkaran tangan Rayen di pinggangnya, “Ray, jujur aku tidak tertarik dengan ajakanmu. Dan sekarang bukan waktunya kau disini bersamaku---”

Gadis itu perlahan berjalan menjauhinya, “Pergi menjauh, Ray. Aku tidak suka kamu disini, kamu bukan Rayen Van Sweiten.”

Tubuh kaku yang terbaring itu kini perlahan menggerakkan jari-jarinya, melirik seorang gadis yang tengah berbincang dengan gadis lainnya. Ia tak mendengar jelas obrolan mereka. Satu gadis menyadari kesadarannya, dengan cepat menekan tombol pemanggil di sisi ranjang.

Seorang dokter memasuki kamar VVIP miliknya, memeriksa Rayen yang terkejut melihatnya.

••

“Akhirnya tuanku sadar juga, tapi tidak segagah dulu, ya..” Lega Marc, dia lalu menelepon Seolla.

“Hey, honey. Om Ray sudah sadar, oh iya jangan lupa belanja ya, sayang. Kita masak bersama untuk om Ray nanti.”

“Iya, sayang. Habis kuliah, ya...” Seolla menutup teleponnya, Marc berjalan menemui Sano.

“Ayo, nyonya. Saya antar ke ruang admin, mari, nona Lee,” Ajaknya pada dua gadis yang menunggu di luar kamar.

Sedang Shisho hanya melihat Rayen yang tersadar dari kejauhan, “Welcome back, Rayen Van Sweiten. Do you want a blood?” Bisiknya.

END.

you gonna dieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang