Enam belassh ...

42 14 1
                                    

"Take care bulan! Papa, mama!" Teriak Fanya melambaikan tangannya ke arah mobil alphard berwarna hitam legam itu, yang perlahan melesat pergi meninggalkan pekarangan rumah mewah keluarga Winata dengan perlahan menuju tujuan bandara soetta dengan suasana hening sepanjang perjalanan tanpa musik dari radio mobil yang biasa terputar begitu saja seperti biasanya ketika berada dalam sepanjang perjalan.

...

Satu setengah jam akhirnya rembulan, Winata juga Meila akhirnya sampai pada tujuan mereka di bandara soetta di waktu sore, yang bersiap untuk segera check in, dan terbang menuju Bandung di waktu sore dengan segera.

"Barang-barang kamu sudah semua kan lan?" tanya Meila mengingatkan.

Rembulan menoleh tersenyum menatap Meila dengan ramah menganggukkan kepalanya mengiyakan. "Udah semua kok tante. Aku cuma bawa barang sedikit juga kok ini"

Meila tersenyum menanggapi dengan menganggukan kepalanya ramah. "Ya sudah kalo gitu."

"Sudah ya pak."

"Oke mang, trimakasih ya. Saya titip anak-anak di rumah," ucap Winata menepuk pundak supirnya ramah.

"Siap, aman pak!" Kekehnya menjawab. "Hati-hati di jalan pak, buk, neng, saya pamit dulu."

"Iya mang, makasih ya! Hati-hati di jalan," balas Meila menyahuti.

"Baik bu, mari" pamitnya yang langsung melesat persegi dari area parkir bandara hari itu.

"Oke, kita check in dulu." ajak Winata merangkul istrinya dengan menarik satu koper sedang miliknya dengan istrinya.

"Ayo bulan," ajak Meila meraih tangan rembulan untuk di genggamnya,

Rembulan tersenyum mengangguki lalu, menerima uluran tangan Meila yang menggengam tangan kanannya dengan erat dan berdiri beriringan di samping kirinya, dengan hati sangat senang juga sedikit merasakan desiran pilu yang sudah lama rembulan inginkan namun tidak tersampaikan sampai detik ini, namun Tuhan seakan baik hatinya mampu mengabulkan keinginan rembulan melalui Meila bukan dari bundanya seperti yang di harap-harapkannya setiap harinya dalam doanya.

•••

Setelah melakukan check in tiket dan penimbangan barang bawaan untuk di bagasi pesawat akhirnya selesai dengan baik juga cepat. Lalu, Meila, Winata juga rembulan akhirnya kembali melanjutkan langkah mereka menuju gate yang dituju sesuai dengan pemesanan tiket online yang di pesan Winata hari itu, sembari sesekali saling berbincang ringan dengan Winata yang sesekali membuat candaan ringan agar suasana tidak saling tenggang dan canggung.

🍂

Bandung,
Bandara Husein Sastranegara.

"Tadi jujur aja, mama sempet panik loh pah, pas ada turbulance.. astaga.. udah sebut Tuhan aja bawaannya sama minta maaf sebanyak-banyaknua ke semua nama keluarga, mama sebut semua deh saking paniknya tadi tuh pah.." keluh Meila berjalan menuju Baggage Claim area.

"Hahaha... kayak baru pertama kali aja loh kamu ini mah," Winata terkekeh. Merangkul istrinya Meila dengan sayang, lalu mengusap bahunya memenangkan.

"Hish! Namanya juga panik pah," sewot Meila menyikut Winata suaminya sembari terkekeh pelan,

"Hahahaa.. iyaiya.." sahut Winata masih terkekeh geli menggelengkan kepalanya.

Rembulan yang baru saja menggendong tas punggungnya menoleh ke arah Meila juga Winata dengan tersenyum senang. Cukup menjadi pendengar di antara mereka berdua mampu membuat rembulan sedikit bernostalgia seperti dijaman ketika bundanya bersama dengan ayahnya dulu sebelum bercerai, yang selalu bersikap harmonis di depan umum seperti Meila dan Winatanya contohnya saat ini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 17, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Nyata. Dekat. Lekat.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang