Kelie'ma.

232 44 3
                                    



•••••

Rembulan yang sudah mengambil kunci mobil pun, berbalik badan lalu segera, melangkahkan kakinya untuk keluar dari ruangan kerja hema papanya itu dengan membanting pintunya ruangannya kencang.

DEPH!!

Setelah menutup pintu ruangan papanya, rembulan segera berjalan terburu ke arah rak sepatu untuk mengambil sepatunya yang sempat di simpannya tadi, dengan berakhir menumpahkan tangisnya begitu saja, tanpa bersuara yang sesekali di usapnya kasar berulang kali.

Tin.
Tin.

Suara alarm kunci mobil terbuka berbunyi nyaring, dengan segera rembulan yang menenteng sepatu dan masih dengan menggendong ransel juga sling bagnya ini, langsung di bukanya pintu samping kemudi untuk di letakkannya barang bawaannya untuk segera melesat pergi detik itu juga.

Mang edi yang sedang bersantai berjaga di post dekat gerbang rumah keluarga rembulan, langsung berdiri menatap rembulan yang berlari terburu dengan menangis dan memasuki mobil sedan tuannya dengan tatapan bingungnya.

"aduh, kenapa lagi yah si neng bulan sampe nangis kitu?" keluhnya menatap mobil sedan yang sudah menyala mesinnya dan mulai melaju kearah luar pagar, lalu mang edi berlari terburu untuk membuka pagar rumah selebar-lebarnya.

Tin.

Rembulan menekan klakson mobil, dengan mang edi yang menatapnya tersenyum namun, tatapannya menunjukan kebingung akan sikap putri sambung dari tuannya itu.

"Hati-hati neng!!" teriak mang edi ketika mobil rembulan berbelok melesat cepat dari perkarangan rumah.

Rembulan mendengar sekilas teriakan mang edi untuknya, namun rembulan hanya mampu terdiam dengan kembali larut dalam tangisnya juga, berteriak suara kencang sesekali sebagai luapan emosinya kali ini, di dalam mobil seorang diri sepanjang perjalanan dari Bandung menuju Semarang.

******

Sepanjang perjalanan menuju semarang, mobil sedan yang di kendarai rembulan terbilang jarang sekali menginjakkan rem, dengan terus menancapkan gas dengan kecepatan yang di luar dugaannya sesuai dengan situasi emosinya saat ini.

Sampai-sampai rembulan juga, sudah tidak sadar bahwa berlalunya waktu tiga jam perjalanan dari bandung ini, rembulan tidak terasa bahkan sadari ternyata selama itu juga rembulan berlarut dalam kesedihannya itu tanpa memutar lagu seperti biasanya ketika rembulan sedang perjalanan jauh seorang diri.

Drrttt!!!
Drrttt!!!
Drrttt!!!

Ponsel rembulan terus berdering dengan getar berulang kali, dari dalam sling bag yang berada di bangku samping kemudinya itu.

"Ck! Siapa sih yang telfon astaga!" gerutu rembulan
kesal yang langsung mengarahkan stir mobil ke jalur kiri, untuk masuk ke dalam rest area di depannya.

Setelah masuk dalam rest area, Rembulan memarkirkan mobilnya lalu, menarik rem tangan dan mematikan mesin mobilnya dengan kesal.

Rembulan menghela nafas, lalu mengambil sling bagnya malas dan merogoh tasnya untuk di ambilnya ponselnya yang terus tidak berhenti berdering sedari tadi itu.

Nyata. Dekat. Lekat.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang