empat belas cenah.

227 39 10
                                    

"Ma! Mam—"

"Panggil kakak sama adek-adek mu ya do! Kumpul di ruang keluarga sekarang juga." ujar Meila yang sudah memasuki lift yang perlahan menutup dengan terdengar nada penuh perintah di setiap katanya itu.

"Lho! Tap—"

Aldo yang masih terengah dengan nafasnya yang baru saja berusaha lari menyeimbangi langkah kedua perempuan yang di sayanginya itu, berakhir membuatnya kembali terdiam sejenak menatap lift yang menutup rapat begitu saja, lalu mengusak kepalanya kesal.

"Ada apa lagi sih sebenernya?" runtuk Aldo kesal, memutar langkahnya kembali berjalan cepat ke arah ruang kerja papanya, dengan berharap mendapat jawaban baik perihal kejadian apa yang baru saja terjadi yang belum Aldo ketahui sebelumnya.

klek's.

Pintu ruangan kerja papanya terbuka lebarnya lebih dulu sebelum Aldo menekan handle pintu ruangan papanya itu, untuk di bukanya.

"Pah" panggil Aldo ketika menatap papanya, yang baru saja keluar dari ruangan kerjanya dengan menatapnya bingung.

"Ya? Kok Kamu malah disini do?" tanya Winata sembari mengehela nafasnya kasar.

"Harusnya aku, yang nanya duluan sama papah." tukasnya menatap Winata lekat.

Winata yang mendengar ucapan Aldo yang masih dengan nafas terenggahnya itu, mengalihkan sikap gugupnya dengan membenahi letak kacamatanya sejenak yang berakhir hanya berdiri di depan pintu luar ruangannya terdiam menatap putra bungsunya dalam diam.

"Itu kenapa mama sama bulan, kok—"

"Panjang cerita kalo di jelasin sekarang do." ujar Winata memutus ucapan tanya Aldo putra tengahnya itu.

"Ya kalo nggak cerita, gimana mau—"

"Udah. Kamu nggak usah banyak tanya. Mending kamu sekarang, panggil kakak-kakakmu sama adik mu, buat kumpul di ruang keluarga sekarang. Karna, ada yang mau papa bicarain penting sehabis papa dari atas." jelas Winata yang berjalan mendorong pelan tubuh aldo putranya perlahan, sambil menarik pintu ruangannya untuk di tutupnya kembali rapat.

"Loh? Ini ada apa to sebenernya pah?" tanya Aldo yang berjalan mundur perlahan bingung menatap Winata papahnya lekat. "Di suruh kumpul di ruang keluarga itu—"

"Udah lah do. Intinya, apa yang barusan papa bilang kamu lakuin sekarang. Karna papa mau siap-siap dulu. Dan nanti kamu juga bakal ngerti maksud dan tujuan papa kumpulin kalian semua itu karna apa. Oke?" ujar Winata menjelaskannya lagi, lalu tersenyum menatap Aldo putra tengahnya itu, dengan menepuk bahu kirinya yang langsung melangkahkan kakinya menuju lorong dimana lift rumahnya berada.

"Pah, pah! Tapi, kan—"

Aldo yang bingung harus bagaimana lagi berkata menanyakannya apa yang sebenarnya terjadi baru saja itu, mau tidak mau akhirnya Aldo mengalahkan egonya saja dan langsung kembali pergi melangkahkan kakinya cepat, menuju teras taman belakang, yang juga terdengar suara gaduh ramai akan suara tawa yang berasal dari ketiga kakaknya dengan satu orang adiknya itu yang saling bergurau bahagianya dengan berkumpul bersama.

^^
"Huh!" lenguh Aldo yang baru saja tiba-tiba datang, dengan nafas terengahnya, yang membungkukkan badannya sejenak mengatur nafasnya itu.

Fanya, Gefan, Gerald juga Jason, yang berada duduk di sofa teras taman belakang menoleh menatap Aldo dengan tertawa, akibat gurau Gerald yang langsung meledek menatap Aldo adik tengahnya itu dengan santainya.

"Ngapa dah tu coba dateng-dateng ngos-ngossan gitu?" Ledek Gerald dengan masih ada sisa tawanya. "maraton lo do?" ujarnya lagi meledek gurau.

"Lagian kenapa sih ko, pake acara lari-larian segala? Gabut lo ya?" terka Jason menyauti yang masih terkekeh geli menatapnya.

Nyata. Dekat. Lekat.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang