Sebelas deh.

184 34 2
                                    


******

"Ko! Jelasin dulu maksud lo apa hina-hina adek lo sendiri pagi-pagi gini HAH!" teriak Aldo yang masih terus mengejar Gerald sembari menuruni anak tangga satu persatu dengan cepatnya.

"Bodoamat! Suka-suka gua!" Sahut Gerald tak mau kalah dengan tawa terbahak.

"Anjir! Ko! Berhenti nggak lo!"

"Ogah!"

"Ko Gerald apaan sih! Woi!"

Gerald yang lebih dulu sampai di ruang makan dekat dengan pantry yang sudah ramai akan kumpulnya seluruh keluarganya yang sedang sarapan pagi itu. Dengan pedenya, Gerald langsung berdiri di belakang bangku papanya bersembunyi, mencari pembelaan dari papanya Winata yang sedang duduk bersampingan dengan mamanya Meila.

"Pah! Tuh! Si Aldo kumat tu pah!" Adu Gerald dengan nafas terenggahnya juga terkekeh.

"Ck! Apaan sih orang ko Gerald duluan yang— eh, bulan"

Aldo yang tadi nya gesit mengejar Gerald kakaknya menjadi terhenti diam dan gugup akan sosok rembulan, yang ternyata sudah terduduk dengan manisnya, di meja makan bersama dengan anggota keluarganya.

"Hallo ko Aldo. apa kabar?" Sapa rembulan ramah sambil tersenyum.

Aldo gugup mengerjapkan matanya berulang kali. "Ba-ba-baik. Lo...udah, mendingan ya?"

Gerald yang menatap Aldo bersikap gugup itu, langsung tanpa basa basinya kembali tertawa terbahak lagi dengan kencangnya di belakang bangku papanya, melihat ekspresi juga kelakuan Aldo adik keduanya itu yang sedang posisi melting situation.

"Iya, udah jauh—"

"Jhahahaha... gugup bos?? HAHAHAHAA..." teriak Gerald jahil dengan masih tertawa terbahak yang semakin menjadi.

Aldo menolehkan tatapannya sengit ke arah Gerald yang terus menertawainya tanpa rasa bersalah itu.

"Heh! Urusan gua sama lo belom kelar ya ko!"

Meila juga Winata yang sejujurnya, sudah tahu gelagat dari Aldo putra tengahnya perihal persoalan rasa gugupnya akan hadirnya rembulan di meja makan pagi ini, dimana keberadaan rembulan yang sudah siuman dan membaik kondisinya dari kejadiannya semalam, berakhir dengan hanya menanggapinya terkekeh geli.

"Udah sih! kok, jadi pada ketawa gitu." Ketus Aldo, kesal yang, langsung menarik kasar kursi di sebelah Meila mamanya untuk ia duduki.

Meila menatap Aldo putranya tersenyum lalu, mengusak kepala Aldo yang berkeringat itu dengan gemas.

"Udah, udah....mau sarapan aja kok pake kejar-kejaran dulu, kayak anak TK sih."

"Ya abisnya...Ko Gerald tu,,hobi—"

"Aaaakkk!!! Koko!!"

Suara teriakan amira gemas melihat kedua omnya yaitu, Gerald yang sempat kejar-kejaran dan berakhir Aldo menahan malunya dengan terduduk di bangku sebelah Meila mamanya, karna adanya sosok rembulan yang hadir di meja makan pagi ini. Berakhir mampu membuat semua orang di meja makan menjadi teralihkan tatapannya ke arah dua bocah kecil amar dan amira keponakannya.

Aldo langsung teralih tersenyum menghentikan ucapannya dengan mamanya, lalu, melambaikan tangannya ke arah amira juga yang menatapnya senang dengan berteriak riang.

Rembulan tersenyum melihat interaksi yang sangat hidup pagi ini. Ia, merasa seperti sedang dalam posisi keluarganya beberapa tahun yang lalu, sebelum kata hancur yang hadir mulai menguasai segala kebahagiaannya karna pilihan bundanya beberapa tahun yang lalu bersama dengan keluarga besar Hema Wirawan, papa sambungnya.

Nyata. Dekat. Lekat.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang