Ketiega.

235 44 4
                                    


—//—//—//—

Rembulan memasuki kamarnya, lalu menutup pintu kamarnya kembali dan di kuncinya dengan, berakhir tangisnya yang rembulan tahan sedari tadi menjadi pecah begitu saja.

"Hiks... bun.. rembulan kangen sama bunda... hiks.." lirihnya tersendu pilu.

Rembulan menangis dan menjatuhkan dirinya di atas ranjangnya dengan menangis sekencang-kencangnya yang berposisi tengkurap di atas ranjangnya dan menenggelamkan wajahnya di atas bantalnya yang sebentar lagi akan berubah menjadi sembab juga sedikit bengkak memerah di pipinya akibat tangis sendu yang terlalu lama itu.

~~~~
Waktu terus bergulir dengan cepat. Sampai pada akhirnya rembulan menangis hingga terlelap begitu saja di dalam kamar kostnya seorang diri.

TOK!
TOK!
TOK!

"Bulan! Rembulan!" teriak seseorang dari luar kamarnya dengan keras.

Rembulan yang masih terlelap pun, menjadi terbangun karna terkejut akan suara teriakan yang memanggil namanya juga suara ketukan keras di pintu kamarnya itu.

"Ck! Siapa sih ganggu banget!" keluh rembulan mengerjapkan matanya, lalu terbangun dan duduk di sisi pinggir ranjang, dengan masih terasa sesenggukan akibat tangisnya siang tadi juga mengumpulkan nyawanya sejenak.

Drrttt!!!
Drrttt!!!
Drrttt!!!

Suara dering ponselnya terdengar begitu nyaring, lalu rembulan menoleh ke sekelilingnya mencari ponselnya yang ternyata masih berada di dalam tas selempangnya yang terjatuh di bawah lantai ranjangnya itu.

"Hah... pasti kak Darel" ucapnya malas lalu mengambil ponsel yang berada di dalam tasnya yang terjatuh di lantai dekat ranjanganya.

Perlahan rembulan membuka tasnya lalu, di ambilnya ponselnya itu yang sudah menyala terang layar nya dengan menampilkan nama si penelfon yang sudah rembulan duga sebelumnya.

Rembulan menghela nafasnya berat. "Nah, bener kan, kak Darel. Apa gue bilang"

Rembulan menengadah, menatap pintu kamar yang terus saja di ketuk sesekali dengan mengabaikan ponsel yang terus berdering dan di letakkannya ponselnya di atas meja kerja yang masih berantakan itu.

"Iya! okeoke! Sebentar kak!" teriak rembulan sedikit bersuara parau dari dalam kamarnya.

Rembulan berdiri dari duduknya di sisi pinggir ranjangnya malas, lalu membuka pintu kamarnya yang sempat di kuncinya itu.

Klek's!

Rembulan menunjukan wajah sembab dengan tersenyum tipis menyapa Darel yang menatapnya panik.

"Ada ap—"

"Lo kem— loh! Kok sembab gitu mukanya? Lo abis nangis ya?" tanya Darel penuh selidik.

Rembulan menatap Darel malas. "Ck! Apaan sih"

"Hayo! Ngaku aja sih lo, ab—"

"Elah, kak gue ngantuk. Lo ngapain si ke kamar gue malem-malem gini?" ucap rembulan kesal.

Darel yang awalnya ingin mendesak rembulan perihal dandanannya yang di lihatnya cukup berantakan itu, berakhir mengalah saja untuk mengerti situasi rembulan pun pasrah lalu, menganggukan kepalanya mengerti.

Nyata. Dekat. Lekat.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang