Tiga belas...

178 35 6
                                    


Setelah selesai dengan perdebatan kecil di antara kakak beradik itu, akhirnya rembulan dan Aldo berjalan melangkahkan kaki mereka berdua beriringan masuk kedalam rumah keluarga Winata untuk menuju ke ruang kerja Winata, untuk membahas perihal pamitnya rembulan siang ini yang sudah di buat janji dengan Hema papanya, sebelum keberangkatannya ke Semarang kemarin sore, sebelum akan kembali terjadi drama keluarga lagi yang akan menyulitkan dirinya sendiri pada akhirnya.

"em,, lan?" tanya Aldo membuka obrolan.

"Ya? Kenapa ko?" jawab rembulan menoleh tersenyum ke samping kanannya, dimana Aldo terus berjalan santai menatap arah matanya kedepan dengan sesekali menundukkan kepalanya ke bawah.

"Maaf ya, aku nggak pernah bisa jadi sosok yang selalu jagain kamu pas saat-saat, kamu lagi drop down kayak gini" keluhnya sembari menghela nafasnya berat.

"Loh, kok gitu ngomongnya. Ko Aldo nggak ada salah apa-apa kok sama bulan." jelas rembulan dengan tersenyum bingung.

Aldo menghentikan langkahnya di dekat tangga menuju lantai dua. Dimana jarak menuju ruangan kerja papanya berada yang tidak begitu jauh dengan posisinya yang berdiri menghadap penuh kearah rembulan yang juga menghentikan langkahnya dengan menatapnya bingung meminta penjelasan.

"Kok berhenti? ada apa ko?"

"Aku bener-bener ngerasa nggak enak aja sama kamu lan." jelasnya menatap rembulan sedih.

"Hah? Maksudnya ap—?"

"Bagiku, kamu termasuk orang terdekatku juga lan. Tapi aku nggak tau kenapa, kalo aku deket sama kamu, aku jadi sungkan aja buat terbuka banyak sama kamu" jelas Aldo menundukkan kepalanya menahan pilu, "Padahal kita kenal udah, kebilang agak lama. Dan liat kondisi kamu kayak gini, aku cuma bisa minta maaf sama kamu tanpa bisa berbuat lebih yang sekiranya bisa bantu kamu jadi jauh lebih aman seharusnya, lan." ujarnya lagi menjelaskan yang masih menundukkan kepalanya sembari menghela nafasnya berat.

Rembulan menarik sudut bibirnya tersenyum sembari terkekeh kecil, menatap Aldo di hadapannya mencoba mengerti maksud ucapannya yang terbilang berbelit itu dengan menghela nafasnya dalam-dalam.

"Ya ampun ko Aldo...ini tuh nggak ada sangkut pautnya dengan salah atau tidaknya, sama ko Aldo atau siapapun itu kok.." rembulan mengusap kedua lengan Aldo meyakinkan juga menguatkan.

Aldo menengadah menetap rembulan di hadapannya dengan tersenyum sembari terkekeh kecil menatapnya itu.

"Maksud kamu lan?"

"Iya, maksud aku,, dari ucapan merasa bersalah, juga minta maaf ko Aldo barusan itu, nggak ada sangkut pautnya dengan hal apapun yang emang harus di khawatirkan soal aku, gitu loh ko." jelas rembulan menatap Aldo meyakinkan. "Aku baik-baik aja, dan aku yakin bisa jaga diriku dengan baik kok. Percaya deh,"

Aldo menatap rembulan lekat dengan mencoba mencari sisi bohong dari ucapan rembulan yang terlontar baru saja yang Aldo tau bahwa rembulan itu pasti sedang menahan rasa sesaknya dengan getirnya yang coba di tutupi dengan senyuman manis seperti biasanya di hadapannya dengan santainya itu.

Tapi, pada akhirnya gagal juga karna Aldo malah menjadi teralih menatap setiap lekuk wajah rembulan yang manis dan cantiknya  sampai terkejut ketika suara rembulan berhasil membuatnya kembali kedalam kenyataannya detik itu juga.

"Ko Aldo?"

"Eh, sorry-sorry, gua—"

"Nggak apa-apa kok. Aku ngerti. Anyaway, aku temuin om Winata dulu ya, ko. Sampai sini aja ya, nganterin nya. nggak apa-apa kok, terima kasih banyak sebelumnya ya ko." ujar rembulan menatap Aldo dengan tersenyum.

Nyata. Dekat. Lekat.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang