Keempat'e.

224 45 4
                                    


—//—//—//—

Perjalanan dari Jakarta menuju Bandung cukup lumayan melelahkan dengan hanya sekali berhenti di salah satu rest area, dan berakhir rembulan turun dari mobil untuk segera memenuhi kebutuhan hidupnya yaitu, sarapan yang terbilang menjelang sudah menuju waktu makan siang dengan beberapa penumpang yang lainnya itu.

Setelah selesai beristirahat sejenak, rembulan kembali memasuki mobil lalu melanjutkan perjalanan hingga sampai lah rembulan di depan gerbang rumahnya sebagai penumpang ketiga yang di antarnya dengan sisa 2 penumpang lain yang cukup menatap heran dengan rembulan dengan berbisik.

'orang mampu kok naik travel'

Namun, rembulan yang sempat mendengar sekilas pun hanya menundukkan kepalanya bersikap cuek saja seolah tidak mendengarnya, lalu mengalihkan kembali pandangannya ke arah tanganya yang sedang menggulung earphonenya dalam diam.

"Mbaknya yakin di perumahan ini tinggalnya?" tanya supir travel dengan sedikit berteriak.

Rembulan yang sedang menggulung earphone dan dimasukkan ke dalam sling bagnya pun menengadah menatap supir bingung.

"Maksudnya mas?"

"Iya, ini, maksud saya, apa mbaknya nggak salah alamat gitu?" tanyanya lagi heran tidak percaya.

Rembulan mengernyit bingung lalu, terkekeh menatap supir travel yang langsung membalas menatapnya mengernyit bingung akan jawaban ekspresi rembulan melalui kaca spion tengahnya.

"Pfftt.. kalo nggak percaya, turun in saya disini juga nggak apa-apa kok mas"

"Ya jangan lah mbak! Nanti saya yang kena tegur bos saya kalo nurun in penumpang sembarangan" keluhnya yang terus menoleh kanan kiri terperangah karna, design perumahan yang terbilang kawasan mewah dan elite dengan laju kemudi pelan.

Rembulan menarik ujung bibirnya tersenyum. "Nah, makanya itu, anterin saya sesuai sama titik alamat yang sudah saya kirim, udah deh, beres kan?"

"Hehe, iya mbak bener. Maaf lho sebelumnya kalo tersinggung, kalo saya nggak percaya sama mbaknya" ucap supir travel dengan berucap tidak enak hati.

Rembulan tersenyum menganggukan kepalanya mengiyakan. "Nggak apa-apa mas. Santai aja, lagian, nggak sekali dua kali saya di tanyain gini sama supir travel yang lain, setiap pulang ke Bandung hehe.."

Supir travel itu malu mendengar penjelasan rembulan penumpangnya yang seakan sedang menyindirnya dengan halus, lalu menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal dengan kikuk.

Rembulan yang menatap tanggapan sikap supir travel di depannya itu, tersenyum tipis lalu, mengalihkan pandangannya keluar jendela mobil menatap sendu akan perasaannya kali ini yang sama halnya buruk dengan moodnya semalam.

—//—//—

Mobil travel pun berhenti tepat di depan gerbang rumah bernuasa putih nan megah juga mewah itu, dan langsung satpam rumah rembulan bernama, mang Edi membuka salah satu pintu pagar rumah lalu, berdiri menatap curiga dengan mobil travel yang tiba-tiba berhenti tepat di depan rumah bosnya ini fikirnya.

Rembulan menekan tuas kursi tengah, lalu di dorongnya kedepan kursi itu dan berdiri dari duduknya untuk segera keluar dari dalam mobil elf travel ini dengan segera.

Nyata. Dekat. Lekat.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang