12.

657 75 10
                                    

Jangan lupa vote dan komentar
⚠️ Typo bertebaran ⚠️
Happy reading

-----------------------------------------------------------




"Bunda ten lelah" gumam ten dalam tidurnya.

Jennie malam ini memutuskan untuk berada di kamar putranya, dia ingin menemani ten tidur, wajah ten pucat akhir-akhir ini, membuatnya khawatir dengan kesehatan anaknya.

"Ten.. kenapa tidak pernah bercerita dengan bunda? Kau tahu bunda khawatir hmm" jennie berbicara sendiri.

Ya ten sudah terlelap, dia terus bergumam lelah dalam tidurnya.

"Bertahan ya bunda akan membawa ayah sampai kepada ten" jennie tersenyum simpul, mengecup punggung tangan ten.

"Jika bunda ceroboh maafkan bunda.."

"Jika bunda egois maafkan bunda.."

"Bunda benar-benar ibu yang buruk ya?..."

Jennie menunduk, mengusap pipinya yang basah akibat tetesan air matanya yang mulai berjatuhan, dia merasa gagal menjadi sosok ibu bagi anaknya sendiri.

"Hiks.. bunda ini ibu macam apasi? Ibu yang tidak berguna dan gila bekerja, maafkan bunda ya nak.. hik maafkan bundaa"

Jennir menangis di tepi ranjang ten , menangis membuatnya lelah hingga perlahan dia mulai tertidur.

********

Pagi ini udara di luar begitu dingin, ten mengenakan mantelnya, dia segera mengikuti sekolah online sembari memakan bubur yang telah jennie masak.

Kini dia sendirian lagi di rumah, jennie kembali dengan kesibukannya.

Tes...
Lama-lama ten sepertinya biasa saja dengan kondisinya, darah yang keluar dari hidungnya, dia mengelapnya.

Tak.lama darah itu semakin banyak, membuatnya sedikit kualahan.

"Jika aku mati... Bagaimana dengan ayah dan bunda? Mereka akan merasa kehilangan kedua kalinya setelah michela" gumam ten.

Dia nampak berpikir.

"Oh iya! Aku juga belum tahu apa penyakitku kan? Baiklah..." Dia membuka ponselnya, mencari nama dr.yerin disana.

Dan....
Tuuuuutttt...

"Halo?"

"Halo?! Ten!! Aku benar-benar khawatir kau belum sembuh kenapa kabur begitu saja?!" Omel yerin.

"Hahah maafkan aku"

"Bagaimana keadaanmu?" Tanya yerin karna merasa suara ten serak.

"Ayo cepat jawab! Jangan diam dasar anak nakal, kau tahu?! Betapa aku khawatir ayo cepat katakan" oceh yerin.

"Begini... Aku mimisan setelah datang kemari" akhirnya ten membuka suara.

"Apa?!! Bagaimana bisa diam saja, aku sudah menduga ini, ten..keadaanmu cukup serius.."

"Ya aku tahu"

"Dengar ini, pergilah ke dokter yang ada di sana, belilah daun sirih...

"Untuk apa sirih?" Tanya ten memotong ucapan yerin.

"Ya? Anak ini, ikuti saja apa yang dokter katakan, minun air rebusan dokter sirih itu ya setiap pagi dan malam, jangan lupa ke dokter!!" cerewet yerin.

KIM TEN-IL (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang