14

625 71 7
                                    

*Typo bertebaran! happy reading

----------------------------------------------------------------

Jennie kini tengah memandangi wajah yang sangat ia rindukan, kemenangan berpihak padanya untuk kali ini, ia mengelus wajah berkeringan itu, mengulas senyum nya lembut.

"hari ini aku akan mendengarmu memanggil namaku lagi" kemudian ia mengecup tangan yang tengah di infus itu dan mletakkannya kembali.

ia bangkit keluar dari ruangan taehyung, dan melihat mark dan jaemin yang berdiri diluar ruangan dengan wajah tegas dan waspada.

"gomawo, tanpa kalian aku tidak akan mendapatkan kemenangan ini" mark tersenyum begitu juga dengan jaemin yang tersipu dengan ucapan manis jennie.

"nyonya jennie? putra anda sudah sadar dari masa kritisnya" seorang suster menghampirinya, ia segera berlari menuju ruangan ten, putranya sadar.

cklek~~
"ten!" jennie bergetar memanggil nama anaknya.

"kau sudah sadar, apa masih ada yang sakit? bilang ke bunda biar bunda suruh dokter obati ya" jennie begitu sigap , melihat itu mia mengulas senyum hangatnya.

"baiklah, ten sudah berada di kondisi stabil, aku akan keluar dulu"
blam!

kini hanya tersisa ten dan jennie.

"kenapa kau diam saja? apa mau minum? bunda akan ambilkan untuk ten ya? atau ten mau makan buah? ten lapar? bunda ambilkan makan ya?" ten tidak merespon ia hanya terus menatap jennie.

menatap bundanya lama, sudah berapa tahun dia tidak merasakan kehangatan seorang ibu, ini terasa begitu nyata bagi ten, bahkan ia tak pernah merasakan hal seperti ini sebelumnya, bundanya akan sibuk bekerja dan bepergian keluar negeri untuk menafkahinya, serta membiarkannya sendiri di rumah tanpa teman.

tes..

"kenapa menangis? ada yang sakit? mana yang sakit katakan ten" jennie jelas khawatir ketika ten menangis secara tiba-tiba.

"apa aku harus jatuh dan sakit dulu bunda?" ucapnya di sela-sela tangisnya.

"apa yang kau katakan??? kenapa ten harus jatuh dan sakit?" jennie kebingungan dengan apa yang dikatan oleh anaknya.

"supaya... supaya bunda terus memperhatikanku layaknya ibu yang lain lakukan pada anaknya" jennie terdiam.

ia memegang kedua pipi putranya , menatap mata sendu itu dalam.

"maaf..."

"maafkan bunda, bunda selama ini tidak pernah memperhatikan ten, bunda membiarkan ten menjadi anak yang dewasa pada usia 8tahun, bunda membiarkn ten sendiri dan gila akan kerja dan uang, bunda tidak bisa menjaga ten layaknya ibu kepada anak yang lainnya, maafkan bunda naak.... maafkan bundaaa"

jennie tertunduk dengan air mata yang terus keluar membasahi waajah cantiknya, sesak rasanya mendengarkan hal yang seeperti itu keluar dari mulut anaknya sendiri.

hug!
ten memeluk tubuh kecil jennie, dia merindukan bundanya, hanya itu yang dia rasakan, kekosongan dan sunyi, dia rindu kehangatan pelukan seorang ibu, dia juga iri ketika melihat teman-temannya menggandeng tangan ibu mereka masing-masing, harusnya dia juga bisa melakukannya, tapi jika dia bersikeras maka akan menjadi hal egois yang membebankan bagi jennie.

"bundaa ten kan sudah bilang hiks,, jangan diet bunda.. hiks hiks.. bunda semakin kurus" titah ten.

"maafkan bunda, bunda mengingkari janji, hah! baiklah , mari istirahat jangan menangis lagi ok?"

"bunda peluuk" jennie gemas sendiri dengan tingkah putraya.

"oke, bunda akan tidur disebalah ten dan tidur meluk ten , oke ayo tidur"

KIM TEN-IL (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang