prolog

7 1 0
                                    

"Bukan salah kita kepada siapa hati ini berlabuh dan bukan kehendak kita akan jatuh pada siapa perasaan ini tertangkap, perasaan cinta itu begitu suci dan mewah, cinta adalah keberkahan yang tuhan berikan untuk kita.."

Suasana dalam gereja begitu tenang ketika pastur sedang memberikan khotbahnya, tema kali ini tentang cinta yesus pada umatnya dan umat kepada sesama.

Jungkook terdiam menatap jauh entah kemana, dia sedikit mendengarkan lebih banyak merasa terganggu dengan apa yang diucapkan oleh pastur didepan sana. Jungkook Devan Hadiutomo sedang bersembahyang dengan kedua orangtuanya setiap minggu pagi hingga siang, Ia melirik bunda yang meremas tangannya lembut dan tersenyum hangat padanya. Ya jungkook balas tersenyum dan merasa tersentak kala suara pastur didepan semakin keras.

"... Semua Tuhan ciptakan berpasangan, tanpa terkecuali, baik dan buruk, tinggi dan pendek, dingin dan panas, air dan api, lalu wanita dan pria yang pasti akan saling menemukan takdirnya. Maka kita mengangkat tangan kita untuk berdoa pada Tuhan..."

Dan Jungkook mengangkat tangannya dengan begitu berat.

...

"Ayah mau ajak kamu makan siang di resto kenalan ayah"

Jungkook mengernyitkan dahinya, "Kan Taehyung udah nunggu aku dari tadi yah-"

"Ya diajak, ayah juga gak tega liat dia panas-panasan nungguin kamu setiap hari minggu begitu."

Jungkook ketawa kecil, "Padahal aku udah suruh gausah, tapi tetep aja."

"Bagus dia anak baik, sana keluar duluan ayah susul bunda kamu dulu."

Jungkook mengangguk dan lari kecil keluar gereja, matanya mengedar mencari sosok yang selalu setia menunggunya selesai beribadah.

Taehyung Ibrahim Assaqaf, cowok ganteng yang duduk sambil minum es kelapa. Mata mereka bertemu dan senyum tampan dari sosok yang dicari muncul, jungkook mendekati dan ikut duduk disebelahnya.

"Mau es kelapa ga?"

"Engga, tapi ayah ajak makan siang, kamu ikut ya."

"Boleh, tapi aku solat dzuhur dulu."

"Belum sembahyang kamu? Aku kira udah."

"Belum adzan- nah Alhamdulillah, yaudah aku solat dulu, kalau kamu mau duluan sok aja, nanti aku susul."

"Aku nunggu aja, ayah aku kasih tau."

"Yaudah, sebentar ya."

Usapan lembut di kepala dan lari kecil Taehyung menjadi pemandangan setiap kali cowok itu akan pergi sembahyang, jungkook tersenyum dan beranjak menghampiri ayah dan bundanya memberitahu kalau Taehyung sedang beribadah.

Makan siang di restoran yang Taehyung tau berkelas ini, sering kali ia diajak oleh ayahnya jungkook selaku orang penting di gereja mendapat jamuan dari jemaat yang lain. Pernah menolak tapi setelahnya ia dilarang main ke rumah jungkook, dan lebih baik taehyung menerima semua tawaran dari ayah lelaki gemas yang sedang memisahkan sayur di piringnya. Taehyung tersenyum kecil dan dengan sengaja memasukkan kembali sayur kedalam piring Jungkook, mendapat delik kan tajam dari mata bulat bukannya takut Taehyung malah tersenyum makin lebar.

"Kookie, makan yang bener kamu jangan pilih-pilih, liat tuh Taehyung aja makannya bener." Ucap wanita cantik dengan wajah mungil, Jieun Arum menatap Jungkook sedikit jengkel.

"Lagian bunda pesan makanan aku yang ada sayurnya, kan aku gak suka."

"Sayur tuh bikin sehat, makan nih kayak aku." Ucap Taehyung sambil memasukkan sayur kedalam mulutnya dan di kunyah perlahan.

"Susah Tae kamu kasih contoh ke kookie, kayak kasih tau bayi. Ngeyel" sahut ayah Jungkook, Seojoon Hadiutomo

"Ayah sama bunda aku bukan sih? Aku loh anaknya bukan Tae..."

"Males ah bunda punya anak susah makan sayur kayak kookie"

"Hih iya ini aku makan sayurnyaa"

Semua tertawa pelan, dan perbincangan ringan juga canda tawa hangat yang menjadi pengisi dikala siang itu.

...

"Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam, kok sendiri kamu mas, jungkook nya mana?"

Taehyung menghampiri uminya dan mencium punggung tangan wanita cantik berhijab itu, meletakkan bungkusan makanan yang dipesan orang tua Jungkook untuk ia bawa pulang.

"Jungkook nya gak bisa nginep, besok neneknya dateng. Ini mi, dari bundanya Jungkook, enak tadi Taehyung udah cobain."

Umi hanya tersenyum dan mengangguk, "Yaudah nanti malem kamu temenin abi mu isi ceramah ya mas?"

"Pengajian bapak-bapak komplek mi?"

"Iya, syukuran lahiran anaknya irene sama suho. Gemes banget tadi pagi umi nengokkin, kecil mungil, pipinya kayak jungkook"

Umi tertawa gemas dan Taehyung tersenyum, "Pipinya tebel ya mi?"

"Iyakan jungkook begitu, dia tuh gak umi sangka bisa awet temenan sama kamu dari TK ya?"

Senyum Taehyung perlahan memudar tapi ia tersenyum makin lebar lagi, dan sedikit tertawa. "Ya bisa dong mi, kan Taehyung ganteng."

"Iya anak umi ganteng banget, mirip abi" tawa umi pelan.

Taehyung pamit ke kamar untuk sekedar beristirahat, ia melirik jam yang menunjukkan pukul setengah tiga siang, dan melirik bingkai foto di samping jam pada nakas di kamarnya. Foto dirinya dan jungkook yang tersenyum lebar berdua, masih mengenakan seragam merah putih anak SD, begitu masih lugu keduanya. Mata tajamnya melirik pada meja belajarnya, lebih tepatnya pada bingkai foto dua sisi yang keduanya berisi foto dirinya juga jungkook dengan seragam smp dan sma. Ya mereka sudah lama bersama, sejak kecil dan kini tumbuh dewasa.

Bukan hanya sekedar teman kecil, tapi sahabat dan teman karib yang saling ketergantungan satu sama lain. Dan selama itu pula rasa sayang antara teman berubah menjadi seorang yang memiliki perasaan lebih daripada seorang teman, melainkan kepada sosok yang istimewa dan begitu berarti. Perasaan tulus dan begitu besar tingkatannya daripada yang seharusnya, mereka mencintai satu dari yang lain tanpa melihat fakta bahwa keduanya berbeda namun sama dalam satu hal.

"Ya Allah, apa semua akan sama setelah mereka tau apa yang terjadi antara aku dengan Jungkook..."

Taehyung mengusap wajahnya dan menghela nafas pelan "Ya Allah, lindungilah hambamu."

...

Berat banget tau..

honet | taekookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang