06 ; Tired

333 73 25
                                    

≻─ ⋆ ─≻

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

≻─ ⋆ ─≻

Akhirnya, sekolah selesai juga. Jujur hari ini gue merasa cape banget.

Bawaannya ingin langsung rebahan aja di kasur sambil baca buku.

Gue langsung rapih rapih dan keluar kelas. Di luar rame banget, biasa deh semuanya juga pasti pada buru buru mau pulang.

Berjalan di koridor, gue mendapatkan tatapan dari banyak orang, membuat gue sedikit risih

Gue menoleh ke belakang gue. Hahaha ternyata ini penyebabnya.

Jasuke dengan tebar pesonanya sedang berjalan di belakang gue.

Di saat itu juga gue merasa seperti menghalangi jalan untuk mereka.

Dengan cepat gue minggir dan mengasih mereka jalan.

Mereka berjalan melewati gue seraya menatap ke arah gue

Gue merasa seperti di judge dari ujung kepala sampai ujung kaki. Apalagi Sunghoon yang masih menatap gue tajam sampai dah lewat di depan pun. Gue heran banget kenapa.

Kali kedua Sunghoon menatap gue seperti itu. Sekarang, sama tadi saat di kantin. Gue mencoba meyakinkan diri gue lagi kalau bukan maksudnya untuk menatap gue seperti itu.

Dengan begitu, gue berjalan menuju halte bus, pulang ke rumah.

─ ☽ ─

"Sena!" Sesaat buka pintu rumah, gue langsung disambut dengan suara mama.

"Halo ma" gue menghela nafas

"Sini kamu" perintah mama

Gue dengan malas berjalan menuju ruang tengah dimana mama berada.

Gue tau... Dari nada bicara mama, dia akan marah. Gue bisa apa?

"Jelasin ini ke mama" mama menunjukkan hp nya ke gue. Di situ tertera nilai ulangan sekolah yang di share di grup orang tua.

Gue hanya tersenyum tipis, bener kan? Apa kata gue... Gue hanya berharap jangan sekarang... Gue merasa lelah banget hari ini.

"Jelasin apanya ma-"

"NILAI KAMU SENA! KENAPA BISA 98?! MAMA DAH SUSAH PAYAH NYARIIN TUTOR BUAT KAMU CUMA BUAT DAPET NILAI 98?!!"

Gue memejamkan kedua mata gue. Dah biasa gue di marahin mama kaya gini. Dari kecil mama selalu marahin gue kalau nilai gue tidak sesuai ekspetasinya.

"Tapi itu nilai paling tinggi di kelas ma...." jawab gue pelan, ingin cepat pergi dari sini.

"Mama ga peduli sena! Percuma kalo nilainya ga maksimal" bentak mama beranjak dari tempat duduknya jalan menuju hadapan gue.

Gue hanya bisa menunduk.

"Ini pasti kamu ga fokus gara gara buku buku kamu itu ya? Apa perlu mama singkirkan hah!? Kamu kayanya mama liat kerjaannya baca buku mulu"

"Awas ya sena, mama ga akan takut buat singkirin semua buku kamu-"

"MA, PLIS MAMA INI KENAPA SIH"

"Mama ga pernah peduli sama aku, mama ga tau apa aku ini capek banget abis sekolah aku butuh istirahat ma pls... " jawab gue dengan lelah.

"UDAH DEH GA USAH NGEBANTAH SENA, JUSTRU MAMA BEGINI KARENA MAMA PEDULI SAMA KAMU"

"Peduli? Mama peduli sama aku?! Ma... Kalau mama beneran peduli sama aku mestinya mama tanyain gimana hari-hari aku, elus rambut aku, kasih aku semangat. Tapi apa? Pulang-pulang aku malah di bentak sama mama. Ma... Pls...." suara gue mulai terdengar tidak seimbang, gue beneran menahan air mata yang mengancam untuk keluar di depan mama.

"Ma... Sena capek ma..." Gue berlari menuju kamar gue, menguncinya

Ya... Beginilah kehidupan gue, gue ga ngerti kenapa nilai sebegitu pentingnya buat mama. Menurut gue, nilai ga semestinya menjadi tolak ukur untuk kesuksesan

Dan papa? Dia jarang ada di rumah. Papa suka keluar negeri buat kerja. Gue di rumah biasanya hanya dengan mama. Paling papa pulang setahun hanya beberapa kali.

Iya, gue anak tunggal. Kalo ditanya gue sering merasa kesepian? Jawabannya pasti iya.

Tapi gue punya mereka. Hanya mereka yang selalu ada buat gue di kehidupan gue ini. Suasana hati gue bisa langsung tenang hanya dengan melihat mereka.

Malam ini gue nyelinap keluar rumah lagi untuk bertemu dengan mereka, iya mereka, bintang.

Jalanan sepi banget. Gaada siapa siapa. Sejuknya angin malam menghembus ke arah gue. Gue memasukan tangan gue kedalam kantong jaket. Suasana kaya gini, gue suka.

Sesampainya di taman. Gue duduk di ayunan yang sama seperti 10 tahun yang lalu waktu gue umur 8 tahun.

Ga kerasa udah 10 tahun aja. Gue berayun pelan... Menatap ke langit, bertemu dengan mereka.

"Hai... Ini gue seperti biasa, Sena" gue tertawa kecil.

"Hari ini... Bisa di bilang bukan hari yang terbaik" gue mulai bercerita.

"Gue dimarahin mama tadi pulang sekolah, ya gapapa si gue dah biasa di marahin mama"

"Tapi hari ini gue juga merasa lega... Karena baru pertama kali dalam hidup gue...

...gue ngebalas mama"

"Gue gatau mesti bahagia atau merasa bersalah, tapi yang pasti... gue merasa lebih lega sekarang"

"Gue terus berandai, sampai kapan mama bakal berhenti marahin gue hanya karena nilai? "

"jujur gue capek... "

......

Diam... Gue hanya berayun pelan. Setetes air mata berhasil keluar dari mata gue. Gue ga mau nangis, air mata ini keluar dengan sendirinya

"Sejak kapan gue jadi cengeng... "

Gue berhenti berayun. Mengambil waktu untuk menarik nafas dalam, berusaha untuk tidak menangis lagi.

"Udah... nangis aja ga usah di tahan" gue mendengar suara seorang laki-laki.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
➶ sparks || Park Sunghoon [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang