10

18K 963 11
                                    

Hanna duduk melamun di sebuah taman dekat sekolahnya. Sudah dua hari Rozel sama sekali tidak mengabarinya, mungkin memang bersama dengan Vandra terasa sangat menyenangkan ketimbang bersamanya. Bahkan tadi dua sahabat itu tidak masuk sekolah.

Ponsel dalam genggaman Hanna tiba-tiba saja bergetar. Tidak biasanya Bunda Raya-Mama Rozel meneleponnya di siang hari begini.

"Halo, Hanna."

"Iya halo Bunda. Kenapa ya, Bun?"

"Bunda denger katanya sekolah pulang cepet ya? Sekarang kamu ada di mana?"

Mendengar pertanyaan Bunda Raya sedikit membuat kening Hanna berkerut. Kenapa Bunda Raya menanyakan keberadaannya?

"Iya tadi sekolah pulang cepet karena guru-guru mau ada rapat penting, sekarang Hanna masih ada di taman deket sekolah. Emang kenapa ya, Bun?''

"Kalau gitu kamu bisa ke rumah Bunda nggak, sayang?''

Alis Hanna terangkat. "Ke rumah? Emangnya ada apa ya, Bun?"

"Rozel sakit, Hanna. Dia nggak mau makan sama sekali dari tadi pagi karena nunggu kamu dateng. Bahkan dia belum minum obat paginya sampai Bunda kesel liatnya."

"Rozel sakit, Bunda?" ulang Hanna. Ia sedikit terkejut mengetahui jika Rozel sakit, dan sepertinya Hanna tahu apa penyebabnya.

"Iya, karena kemarin malem Rozel pulang ke rumah sambil hujan-hujanan.''

Hanna menggigit bibir bawahnya, merasa tidak enak hati kepada Bunda Raya. Saat itu Rozel hujan-hujanan karena dirinya. Dan sekarang Rozel sakit juga karena dirinya.

"Ya udah, Bun, Hanna sebentar lagi ke sana."

"Oke, makasih ya, sayang. Vandra juga lagi ada di sini nih dari kemarin."

"Ah ... iya Bun. Kalau gitu teleponnya Hanna tutup ya."

Hanna menutup telepon sesaat setelah mendapat jawaban dari Bunda Raya.

Vandra dari kemarin ada di sana, dan Rozel nggak ngasih kabar kalau ternyata dia sakit.

Hanna tertawa dalam hati. Jadi siapa yang terlihat seperti pengganggu di sini?

Rozel sakit dari kemarin, cowok itu sama sekali tidak memberitahunya dan lebih memilih untuk memberitahu Vandra?

Cukup tahu jika pesan yang kemarin dikirimkan Vandra kepadanya adalah bentuk dari provokasi gadis itu.

***

"Akhirnya anak Bunda sampai juga," Bunda Raya berlari kecil menuju Hanna dengan masih mengenakan apron berwarna abu-abu tua.

Wanita itu memeluk Hanna gemas karena sudah hampir dua bulan mereka tidak bertemu. Hanna tersenyum kecil di pelukan Bunda Raya. Gadis itu kemudian salim setelah Bunda Raya melepaskan pelukannya.

"Oh iya Bunda, ini Hanna beli buah-buahan buat Rozel," Hanna menyodorkan sekantong plastik buah-buahan

"Aduh sayang, maaf jadi ngerepotin kamu. Makasih banyak ya,"

"Iya Bunda, sama-sama. Nggak ngerepotin sama sekali kok."

Bunda Raya tersenyum. "Oh iya, Rozel ada di kamarnya sama Vandra. Tapi sebentar ya, kamu tunggu Bunda selesai masak dulu biar ke kamarnya sekalian bawain makanannya Rozel."

"Hanna bantu masak boleh Bunda?"

"Ehh, nggak usah, sayang. Dapurnya berantakan, nanti yang ada kamu pusing ngeliatnya."

HanzelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang