13

14.3K 803 1
                                    

Keadaan Rozel memang masih belum pulih total, tapi sekarang ia sudah bisa berkeliling di dalam rumahnya. Ruang tamu kini menjadi tempatnya beristirahat setelah ia puas berjalan dari kamar ke halaman belakang untuk sekedar olahraga ringan. Rozel bersandar pada sofa dengan ditemani sepiring buah pir-yang sudah dipotong kecil-kecil oleh Bunda Raya sebelum wanita itu pergi menemui seseorang-di tangannya.

"Den, ada temen-temennya Den Rozel dateng ke rumah," ujar bibi yang bekerja di rumah Rozel. Wanita paruh baya itu datang dari pintu depan.

"Siapa Bude?" tanya Rozel yang kemudian menaruh piring yang berisi pir di meja depan sofa.

"Non Vandra sama dua cowok, Bude nggak tau siapa namanya. Tapi pernah ke sini. "

Oh, Rozel sudah menebak siapa yang datang, pasti dua anak itu anggota Ravendio. Mungkin itu Bian, Edgar atau Ndaru-Johan tidak mungkin karena cowok itu selalu membawa mobil. Dan hanya mereka yang pernah ke tempatnya.

"Rozel, lo kenapa nggak di kamar?" suara itu menginterupsi percakapan Rozel dengan Bude. Vandra sudah tiba di ruang tamu dengan diikuti Bian dan Ndaru di belakangnya.

"Gue lagi nyari suasana aja, bosen di kamar terus," ujar Rozel.

"Tapi udah mendingan, kan?" Vandra memastikan.

"Udah," balas Rozel yang kemudian melirik pada Ndaru dan Bian. "Gue kira lo nggak bakal jengukin gue."

"Gila lo ya? Biarpun lo udah bikin rahang gue memar kemarin-kemarin, tapi lo tetep temen gue, sialan." Ndaru duduk di sofa yang bersebelahan dengan sofa yang diduduki Rozel.

"Eh, Yan, buahnya kasih Bude aja tuh. Sini lo duduk, nggak capek apa berdiri?" ujar Ndaru pada Bian yang sibuk memegang kantong plastik berisi buah yang tadi mereka beli di kios buah pinggir jalan.

"Iya sini Den biar Bude bawa ke dapur."

"Enggak usah, Bude. Kita sama-sama ke dapur aja gimana?" usul Bian.

Bude tampak bingung dengan kalimat Bian, namun wanita paruh baya itu urung menggeleng. "Oh Aden juga mau ke dapur?"

"Iya dongg, saya mau nemenin Bude aja," goda Bian.

"Ah Aden mah gombal. Ya udah kuy kita ke dapur, biar sekalian Bude buatin minuman."

"Wih! Udah jadi anak gaul aja nih Bude, ngomongnya pake kuy-kuy segala. Ya udah kuy atuh."

Bian kemudian mengikuti Bude yang sudah berjalan lebih dulu ke dapur. Namun yang mengejutkan, cowok itu juga menarik tangan Vandra secara tiba-tiba, membuat gadis itu terpekik kaget.

"Ih! Lo apa-apaan sih narik gue? Gue mau duduk juga," gerutu Vandra yang risih dengan tarikan Bian pada tangannya.

"Duduknya entar-entaran aja. Lo kan cewek, bantuin Bude bikin minum lah."

"Bude aja bisa sendiri, kenapa gue harus bantu? Bilang aja lo mau deket-deket sama gue kayak gini."

"Dih pede, pede, terserah lo mau ngomong apa, yang penting sekarang lo harus ikut gue ke dapur," Bian melanjutkan tarikannya, membuat Vandra yang sedari tadi memberontak kini hanya pasrah mengikuti cowok itu dengan wajah kesal. "Ih Bian!"

Bian sebetulnya sedang memberikan ruang kepada Rozel dan Ndaru agar dua orang itu bisa kembali seperti biasanya. Walaupun tadi Ndaru sudah bersikap santai tapi Bian menyadari jika suasana yang terjalin di antara mereka terasa begitu canggung.

Selepas Vandra dan Bian pergi ke dapur, suasana sedikit terasa canggung bagi Rozel. Cowok itu melirik sekilas pada Ndaru yang nampak santai-santai saja.

HanzelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang