Saat ini Bunda Raya berada di ruang inap Vandra bersama dengan Om Rusdi. Semalam ia diserang dengan dua kabar yang tidak mengenakan. Kabar pertama datang dari Rozel saat laki-laki itu pulang ke rumah dengan kemeja putihnya yang sudah dipenuhi darah. Ternyata laki-laki itu habis membawa Hanna ke rumah sakit karena luka di pelipis gadis itu. Rozel bercerita jika hal itu terjadi karena perseteruan di antara Vandra dan Hanna. Lalu kabar kedua datang setelah tak berapa lama kemudian Om Rusdi menelepon Kakek, mengatakan jika Vandra terluka di kamarnya.
Bunda Raya bisa menarik kesimpulan mungkin dua hal ini terjadi karena ada kaitannya dengan putra semata wayangnya itu. Tapi apa masalahnya? Setahu Bunda Raya, Rozel dan Hanna sudah putus. Karena terakhir kali Bunda Raya menanyakan kabar Hanna ke Rozel, laki-laki itu hanya memasang wajah nanar. Tidak mungkin kan dua gadis itu bertengkar karena kembali memperebutkan Rozel?
Sekarang baik Bunda Raya maupun Om Rusdi hanya diam menatap Vandra yang sedang memperhatikan pintu ruangan.
Wajah Om Rusdi masih terlihat tegang dan juga syok. Jelas saja, siapa orang tua yang tidak syok saat mendapati anaknya hendak melakukan percobaan bunuh diri? Bahkan Bunda Raya pun sempat syok, apalagi saat melihat perban di pergelangan tangan dan leher gadis itu.
"Bunda ..." panggil Vandra.
"Ya, sayang?"
"Rozel marah ya sama Vandra? Dia nggak mau masuk ke ruangannya Vandra."
Bunda Raya bergumam panjang. Jujur ia bingung dan tidak tahu.
"Hmm, kayaknya Rozel lagi nyari minum deh," sahut Bunda Raya.
"Bunda boleh tolong panggilin Rozel nggak? Vandra mau ditemenin Rozel," pinta Vandra.
Menatap sekilas pada Om Rusdi yang masih membatu, Bunda Raya mengangguk pelan. Wanita itu lalu bangkit dari kursinya.
"Sebentar ya, Bunda panggilin dulu."
Bunda Raya kemudian keluar dari ruang inap Vandra. Ia merogoh ponsel di tasnya untuk menelepon Rozel, mencari keberadaannya. Namun putranya sama sekali tidak menjawab panggilan. Saat Bunda Raya memutuskan pergi menuju kantin rumah sakit, Rozel mengirimkan pesan bahwa laki-laki itu sedang berada di depan rumah sakit. Bunda Raya langsung menghampiri Rozel ke sana.
Matanya menangkap anak laki-lakinya itu sedang merokok bersama beberapa orang yang tidak dikenalnya.
"Rozel," Bunda Raya berjalan mendekati Rozel, membuat laki-laki itu mematikan rokoknya yang tinggal setengah.
Rozel memberikan kode kepada Bunda Raya untuk menjauhi tempatnya karena banyak sekali asap rokok. Bunda Raya paham dan kembali mundur, ia menunggu Rozel yang mendekatinya.
"Kenapa, Bun?"
"Kamu kenapa nggak mau masuk ke ruangannya Vandra? Dia nyariin kamu."
Rozel memalingkan wajah, menatap ke arah jalanan. "Rozel males. Alasan Rozel ke sini juga cuma buat nganter dan nunggu Bunda aja."
"Kamu marah sama Vandra ya, sayang?"
"Siapa sih yang nggak marah saat ngeliat orang yang kita sayang disakitin sampai segitunya? Jelas Rozel marah. Vandra bahkan nggak merasa bersalah atas sikapnya, dia nggak minta maaf sama Hanna, dia justru malah merasa dirinya itu sebagai korban di sini."
"Tapi sekarang Vandra lagi butuh kamu, sayang. Bunda paham kamu marah sama Vandra, tapi Bunda mohon seenggaknya kamu bisa bersikap baik dulu untuk sekarang. Vandra lagi sakit, sayang."
"Dia sakit juga karena ulahnya sendiri." Kata Rozel. "Rozel udah sering bersikap baik ke Vandra, Bun. Saking baiknya Rozel ke Vandra, Rozel sampai nyakitin orang yang Rozel sayang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hanzel
Fiksi RemajaHanna atau Vandra? Mungkin itu adalah pilihan yang sulit bagi Rozel. Rozel sangat menyayangi Hanna sebagai pacarnya, ia juga menyayangi Vandra sebagai sahabatnya. Namun semua perhatian yang Rozel berikan kepada Vandra jauh melebihi kata sahabat. Hi...