33

18.1K 934 4
                                    

"Kakak gue kok lama ya, Jen?" Aira yang sedang duduk di sofa ruang tengah tampak celingak-celinguk menanti Hanna.

"Entah, biarin aja sih, ngapain lo tungguin gitu?"

"Takut nyasar."

Jena berdecak pelan. "Lo kata rumah Gavin istana? Paling juga kalau kakak lo nyasar ya nggak jauh-jauh dari sini."

Aira mencebik, ia lalu bersandar pada sofa. Tak lama kemudian Tante Gia datang membawa minuman dan juga makanan ringan yang ditaruh di atas nampan. Wanita itu lalu menaruh nampannya di atas meja.

"Nih dicemilin dulu, Gavin-nya kayaknya bentar lagi turun," ujar Tante Gia.

"Oh iya, makasih banyak, Tante," Jena dengan santainya mengambil satu jus kemasan yang disodorkan Tante Gia untuk ia minum.

Hal itupun membuat Aira hanya melongo menatap Jena.

"Aira, ayo diminum juga jusnya, boleh juga kalau mau langsung nyemilin keripik kentangnya," ucap Tante Gia pada Aira.

"I-iya Tante, Aira masih mau nunggu yang lain dulu aja. Masih ada tiga orang yang belum dateng soalnya," balas Aira.

"Ohh gitu," sahut Tante Gia. "Eh ini ngomong-ngomong kakak kamu masih di toilet ya, Aira?"

Kebetulan sekali, bersamaan dengan Tante Gia yang bertanya, Hanna datang ke ruang tengah dengan sedikit terburu-buru. Gadis itu seperti ingin kabur dari sesuatu.

"Panjang umur, baru aja Tante Gia nanyain Kakak," sahut Aira menoleh pada Hanna.

Hanna tersenyum kaku dengan tangan yang sibuk meremas ujung pakaiannya. Gadis itu kemudian mendekat pada Tante Gia. "Tante, makasih banyak udah mau minjemin toiletnya buat saya."

"Aduhh, nggak pa-pa kok, masa orang kebelet pipis Tante nggak pinjemin, nanti malah nyiksa yang ada."

"Oh iya kakaknya Aira ini namanya siapa?" tanya Tante Gia.

"Saya Hanna, Tante."

"Hanna? Loh namanya sama kayak nama pacarnya keponakan Tante."

"Oh ya?"

"Iya, sama banget namanya. Hanna pacarnya keponakan Tante huruf N-nya ada dua. Kamu ada berapa?"

"Dua juga, Tante," balas Hanna kaku.

"Ehh?? Bener-bener sama ternyata."

Hanna tersenyum meringis. "Maklum Tan, nama pasaran jadi ada banyak yang make hehehe," ia merutuki dirinya dalam hati. Sama lah, mereka aja satu orang.

"Bukan karena pasaran, tapi karena namanya bagus jadi banyak yang make."

"Ngomong-ngomong Tante tau karena Kakak ipar Tante sering banget nyeritain pacar anaknya ke Tante, makanya Tante jadi tau," lanjut Tante Gia. Hanna hanya merespon dengan senyumannya saja.

Tubuh dan pikiran Hanna jadi terasa tidak tenang saat tiba-tiba saja seorang laki-laki datang menghampiri ruang tengah yang mereka sedang singgahi.

"Siapa?" tanya Gavin yang meneliti Hanna dari atas hingga bawah.

"Ohh."

"Oh? Kamu emang kenal sama perempuan yang ada di samping Mama ini?" tanya Tante Gia pada Gavin.

"Dia yang ada di galeri hapenya Aira …"

"… di hapenya Rozel juga ada. Banyak lagi."

Mendengar jawaban Gavin membuat Aira seketika tersentak. Gadis itu terkejut.

HanzelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang