"Na."
Hanna berpapasan dengan Rozel di depan pos satpam sekolah, gadis itu langsung menghampiri Rozel dan menutup payungnya saat sudah berada di bawah atap pos satpam. Sore ini langit sedang gerimis.
"Kenapa?"
"Aku tadi nyariin kamu di kelas, terus si Anggi bilang kalau kamu lagi keluar beli jajanan di minimarket ..." Rozel memperhatikan bawaan Hanna, satu kantong plastik putih besar berada dalam genggaman Hanna.
"Kamu beli jajanan segini banyak buat apa?"
"Oh ini, ini konsumsi buat anggota kelompok aku. Hari ini aku ada tugas kelompok," jelas Hanna.
"Ngerjainnya di sekolah?" tanya Rozel.
Hanna mengangguk. "Iya, katanya biar nggak buang-buang waktu. Oh iya, kamu pulang duluan aja, aku nanti dianter Anggi."
"Oh itu, aku emang ..." kalimat Rozel menggantung saat tiba-tiba Vandra dari jauh memanggil cowok itu.
Rozel dan Hanna menoleh bersamaan ke arah Vandra yang saat ini sedang berlari menghampiri mereka.
"Ih Zel! Dari tadi aku nyariin kamu juga, taunya ada di sini." Vandra datang dengan napas yang terengah.
Hanna terdiam meresapi kalimat Vandra. Seperti ada yang aneh dari kalimat yang diucapkan gadis itu.
Aku? Sejak kapan Vandra ngomong 'aku' ke Rozel?
"Sorry Van, gue lagi nyari Hanna tadi."
Vandra menatap Hanna sekilas, ia kemudian kembali beralih menatap Rozel. "Oh gitu. Sekarang udah ketemu kan? Ayo pulang Zel, keluarga kita kan hari ini ada acara makan malam bersama. Kita belum bantu Bibi buat nyiapin makanannya loh."
"Sebentar dulu, Van." Rozel menahan tarikan tangan Vandra pada lengannya.
"Na, aku pulang duluan ya sama Vandra. Hari ini aku ada acara makan malam sama keluarga Vandra di rumahnya."
Hanna diam menatap Rozel cukup lama, entah kenapa hatinya kini terasa sakit.
Suara rintik gerimis yang menjadi pengisi keterdiaman Hanna pun seperti tidak mampu mengganggu gadis itu.
"Oh gitu ... ya udah pulang gih." Hanna tersenyum seperti seorang ahli.
Mendengar ucapan Hanna membuat Vandra kembali menarik lengan Rozel. "Noh dia udah nyuruh kita pulang Zel, ayo pulang."
"Ya udah aku sama Vandra pulang ya." Hanna mengangguk menatap Rozel.
Belum sempat mereka melangkah, Rozel mengusap wajahnya pelan saat melihat langit yang masih gerimis.
"Van, lupa kalau masih gerimis. Gimana dong? Mau nunggu sebentar lagi nggak? Kalau nerobos, gue takutnya nanti lo sakit," ujar Rozel pada Vandra. Hanna hanya memperhatikan mereka dalam diam, tangannya menggenggam kantong plastik dan payung itu dengan erat.
"Nggak mau nunggu, Zel. Kita udah telat banget buat nyiapin makanannya."
Rozel diam tampak berpikir. Cowok itu kemudian mengeluarkan hoodie dari dalam tasnya. "Nih, lo pake hoodie gue, kepala lo tutupin biar nggak kena gerimis."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hanzel
Teen FictionHanna atau Vandra? Mungkin itu adalah pilihan yang sulit bagi Rozel. Rozel sangat menyayangi Hanna sebagai pacarnya, ia juga menyayangi Vandra sebagai sahabatnya. Namun semua perhatian yang Rozel berikan kepada Vandra jauh melebihi kata sahabat. Hi...