Bab 1 : Insiden & Dunia Baru

2.2K 236 6
                                    

Choi Soobin, mahasiswa perfilman yang hidup mandiri di Seoul. Sekalipun tidak kekurangan suatu apapun, tekadnya untuk menghasilkan uang sendiri patut dipuji.

Malam itu, ketika ia baru saja pulang dari tempat kerja, sebuah kecelakaan menimpanya. Kecelakaan kereta, membawanya melewati ruang dimensi hingga terhempas di sebuah dunia asing yang tak ia kenali.

Ia terbangun di atas sebuah ranjang berukuran cukup besar untuk 3 orang dewasa, tentu saja, ia terbangun di sebuah kamar. Kamar itu bernuansa hitam, putih, dan abu. Tertata rapi dan bersih di setiap sudut, wewangian yang menenangkan juga menyerbak, sangat lembut. Melihat keadaan itu, Soobin berkesimpulan bahwa pemilik kamar ini adalah orang yang benar-benar rajin dan berhati lembut.

Soobin berusaha untuk bangun, seketika itu juga rasa sakit yang teramat sangat menyerang punggungnya. Ia mengerang tertahan tanpa sadar, disusul seorang wanita berpakaian pelayan yang sangat rapi memasuki kamar tersebut. Terpaksa, Soobin berbaring lagi.

"Tuan Steve, anda sudah sadar? Apakah masih sakit? Dimana?" Pelayan itu memberi pertanyaan beruntun. Soobin bingung tentu saja, anehnya ia mengerti bahasa yang digunakan pelayan itu. Ia menunjuk dirinya sendiri dengan linglung.

"Aku Steve?" Tanya Soobin. Pelayan itu mengangguk. Lagi, Soobin terkejut karena ia pun lancar dengan bahasa yang pelayan itu gunakan.

"Saat Tuan jatuh dari Gunung Tanpa Puncak 3 hari lalu, keluarga ini tidak sengaja menemukan Tuan. Keadaan Tuan sangat parah dan hampir tidak bernafas, bahkan nadi dan jantung Tuan berdetak sangat lambat." Pelayan itu menjelaskan dengan hati-hati, Soobin semakin bingung mendengar penjelasan sang pelayan.

"Lalu, bagaimana aku selamat?" Soobin bertanya lagi, ia memperhatikan kembali seisi kamar.

"Tuan Ben menolong anda, ia adalah putra tunggal keluarga ini, keluarga Abighail dari klan Blood Luna. Karena Tuan Muda Ben bingung memanggil anda apa, jadi dia memberi Tuan nama Steve. Tuan Muda Ben memanggil setiap penyembuh terbaik dari setiap klan, dan dia berhasil menemukan seorang penyembuh yang bisa mengobati Tuan Steve hingga pulih." Pelayan itu menjelaskan lagi. "Ah, biar saya panggilkan Tuan Ben." Saat itu juga, sang pelayan undur diri.

Tidak lama terdengar suara knop pintu yang dibuka disusul langkah kaki ringan yang lembut, tampak seorang pemuda bertubuh sedikit lebih pendek dari Soobin. Wajahnya kecil dengan hidung bangir, rambutnya yang berwarna abu terang tertata rapi, fitur wajahnya menunjukkan bahwa ia adalah pemuda polos yang ceria dan aktif.

Pemuda cantik yang tak lain adalah Ben itu berdiri sedikit jauh dari Soobin, tampak malu-malu. Samar-samar, Soobin mencium aroma manis yang tidak begitu menyengat tapi cukup membuatnya mabuk.

"Mmm, karena aku tidak tau namamu jadi aku memanggilmu Steve. Keberatan?" Ben bertanya malu-malu, Soobin tersenyum dan menggeleng sembari menjawab 'tidak' dengan suara kecilnya.

"Kenapa berdiri jauh sekali?" Kini Soobin yang bertanya. Mendengar pertanyaan itu, Ben tampak gelisah.

"Aku tidak bermaksud buruk atau apa, tapi... Steve... Kamu itu Alpha." Jawab Ben sembari menggaruk tengkuknya. Apa? Alpha? Kira-kira begitulah pemikiran Soobin saat ini. Atau kita panggil saja Steve?

"Alpha?" Dengan lemah, Steve bertanya. Ben mengangguk lagi dengan imutnya.

"Kamu serigala Alpha, aku serigala Omega. Kata mama, aku tidak boleh berdekatan dengan Alpha." Jawab Ben lagi, dengan polosnya menatap Steve. Oh, Steve mengerti sekarang, ia berada di dunia Omegaverse dan dirinya adalah serigala Alpha. Sekilas, ia terkekeh membuat Ben bingung.

"Jadi, kamar siapa yang ku tempati ini?" Steve bertanya lagi.

"Hum? Ini salah satu dari 20 kamar tamu di salah satu paviliun keluarga Abighail. Para pelayan rajin membersihkan setiap hari, jadi jangan khawatir kalau ada yang kotor atau hal menjijikkan lainnya." Perlahan, Ben berjalan sedikit mendekati Steve dan duduk di salah satu sofa dekat ranjang.

Setelah menyamankan posisi duduknya, Ben mulai bercerita.

"Keluarga Abighail itu pemimpin klan Blood Luna dari dulu hingga seterusnya, jadi wajar kalau keluarga kami punya banyak paviliun dan setiap paviliun ada 20 kamar. Karena jika ada acara atau apapun dengan klan Blood Luna sebagai tuan rumah, pasti akan diadakan di kediaman keluarga Abighail selaku pemimpin klan.

Klan Blood Luna adalah klan terkuat kedua setelah klan Màvros Wolf yang dipimpin keluarga Christian. Di posisi ketiga ada klan Byal Fang yang dipimpin keluarga Raphael dan Gabriel. Mmm, bukan pemimpinnya yang dua, tapi salah satu keluarga akan jadi pemimpin dan satunya akan jadi wakil. Berbeda dengan klan lain yang pemimpin dan wakil berasal dari satu keluarga, tradisi klan Byal Fang sedikit berbeda tapi menarik." Ben bercerita panjang lebar sementara Steve pun setia mendengarkan.

"Ben? Kamu dimana?" Suara seorang pemuda mengalun lembut dari luar kamar.

"Kak Troye, aku disini!" Sahut Ben dengan riang, tak lama tampak pintu dibuka dari luar memperlihatkan sosok yang mirip dengan Ben. Steve sempat mengira mereka kembar.

"Eh, Tuan Steve sudah sadar? Apa lukanya masih sakit?" Pemuda yang dipanggil Troye itu menghampiri Steve tanpa khawatir sebab ia Beta. Beta tidak memiliki aroma seperti Alpha dan Omega, juga tidak bisa mencium aroma khas Alpha dan Omega. Dengan hati-hati ia membantu Steve duduk kemudian memeriksa luka di punggung Steve.

"Aku sudah baik-baik saja, hanya luka di punggungku sedikit agak mengganggu." Jawab Steve sambil menyamankan duduknya.

"Tenang saja, Tuan. Dua hari lagi luka Tuan akan sembuh. Ah iya, perkenalkan, saya Troye Michael. Pengasuh Ben sejak dia kecil." Troye memamerkan cengiran khasnya yang lucu.

"KAKAK BUKAN PENGASUH, TAPI KAKAKKU!" Ben tidak terima Troye menyebut diri sendiri sebagai pengasuhnya sebab bagi Ben, Troye adalah sosok seorang kakak yang selalu dia idamkan. Steve dan Troye hanya terkekeh kecil.

.

Waktu menunjukkan pukul 2 siang. Steve baru saja selesai makan dan akan beristirahat ketika teringat sesuatu.

"Sistem? Sistem!" Steve mencoba memanggil sistem persis seperti di komik yang ia baca, nihil, sistem itu tidak muncul. Hingga beberapa kali ia coba hasilnya tetap sama.

Steve mulai lelah, tapi ia bertekad akan mencoba lagi esok karena ia pikir mungkin sistem sedang terkena kendala. Ia kemudian menyamankan posisi dan tertidur pulas.

.

Tok tok tok!

Pintu ruang kerja Sandi diketuk dari luar. Sandi yang asik berkutat dengan dokumennya segera mempersilahkan pengetuk itu untuk masuk.

"Kak, sedang sibuk sekali?" Ah, itu Kai, ia mengintip dari balik pintu. Sandi terkekeh sambil berkata "Tidak." pada Kai. Mendengar jawaban itu, Kai memasuki ruangan dengan langkah girang.

"Kenapa? Dimana Jesi?" Tanya Sandi, senyum tak pernah lepas dari wajahnya.

"Hiiiih, nenek lampir itu sedang sibuk dengan tes ramuannya." Kai menjawab asal sambil duduk di sofa.

"Siapa nenek lampir?!" Suara seorang perempuan menggema di udara.

"Tuh, kan! Baru aja dibilangin!"

"Sopan, ya, manggil kakaknya nenek lampir!"

"Kak Sandi, toloooooong!"

"Kembali, heh!"

"Ahahaha, astaga kalian ini...!"

To Be Continued

.
.
.

Fyuh~

Krisarnya ditunggu, terima kasih sudah membaca 😁😁😁

It's Not System (YeonBin AU) - [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang