Bab 17 : Mengintai Sejak Lama

755 134 14
                                    

Ben menatap penuh selidik pada Troye, sebab sejak semalam pemuda itu terlihat senyum-senyum sendiri. Curiga kakaknya itu dirasuki sesuatu, maka pagi buta begini Ben membawanya ke taman belakang. Demi Tuhan, udaranya dingin sekali. Sementara Troye malah bingung, atas alasan apa Ben menyeretnya kemari di pagi buta?

"Katakan, siapa kamu?!" Tanya Ben dengan nada marah yang lucu. Troye menunjuk diri sendiri dengan bingung.

"Aku? Aku Troye, siapa lagi memangnya?" Tanda tanya besar di kepala Troye terlihat jelas.

"Jangan bohong! Keluar dari tubuh kakakku, cepat!" Ben mencengkeram kerah Troye dan mengguncangnya.

"Astaga, Ben, kau sedang apa?" Troye panik, ia merasa mual karena diguncang. "Aku tidak dirasuki apa-apa, hei!" Dengan sedikit usaha, Troye berhasil menghentikan Ben.

"Habis, kakak senyum-senyum sendiri dari semalam? Ada apa?" Ben manyun, ia kembali duduk di bangku dan merapatkan kain hangatnya.

"Ah, i-itu... Mm- Aku hanya mimpi indah saja." Jawab Troye canggung.

"Mana ada mimpi indah tapi senyum-senyumnya dari sebelum tidur? Tidak mungkin, kan, kakak bermimpi dengan mata terbuka?" Ben menyangkal, Troye terkejut menyadari bodohnya jawabannya tadi. "Haa! Kakak berbohong! Ayo ceritakan, ada apa?"

"Sepertinya aku menemukan mate-ku, Ben."

.

Entah kenapa Steve merasa lemah pagi ini, ia ingin beraktifitas tapi tubuhnya serasa ditindis beban ratusan kilogram, sangat berat. Kepalanya juga terasa pusing, keringat dingin tidak berhenti mengucur. Ia ingin membangunkan Daniel, tapi bersuara saja dia tak mampu. Beruntungnya tepat saat itu Daniel terbangun, ia mengucap selamat pagi dan mengecup dahi Steve lembut. Biasanya Steve akan membalasnya dan tersenyum hangat, tapi kali ini Steve hanya diam menatapnya.

"Soobin, ada apa?" Daniel mengecek suhu tubuh Steve, normal. Tapi anehnya Steve berkeringat dingin. Dengan panik Daniel segera mencuci wajahnya, ia berganti pakaian asal dan pergi keluar bermaksud memanggil penyembuh pribadi Keluarga Christian. Tidak lama, ia kembali dengan seorang wanita paruh baya yang tampak anggun dan penuh tata krama. Ia baru 3 tahun bekerja pada Keluarga Christian.

"Maaf jika saya lancang menyentuh Tuan Steve, saya boleh memeriksa Tuan, kan?" Tanya wanita itu ramah setelah duduk di samping Steve, Steve mengangguk lemah dan membiarkan wanita itu menyentuh tangannya. Keseriusan tergambar jelas di wajahnya ketika memeriksa nadi Steve, sementara Daniel menunggu dengan khawatir di sofa kamar itu.

Beberapa lama kemudian, wanita tabib itu selesai memeriksa. Daniel segera menghampiri dan menanyakan keadaan Steve.

"Tidak ada yang aneh dengan tubuhnya, semua baik-baik saja. Tapi kenapa dia seperti ini?" Raut wajahnya menandakan kebingungan, Daniel semakin panik.

"Bagaimana bisa tubuhnya baik-baik saja padahal dia tampak sakit!" Daniel tidak berniat berkata kasar, ia hanya tidak sadar dan panik terhadap keadaan Steve. Wanita itu berdiri, dengan senyuman ramahnya kembali menjelaskan kondisi Steve. Mau tak mau, Daniel percaya pada ucapan tabib itu. Wanita tabib itu tidak sepenuhnya berbohong tentang keadaan Steve. Pemuda itu baik-baik saja secara fisik, tapi jiwa dan energi hidupnya mulai melemah. Tentu saja, diserap oleh Daniel tanpa keduanya sadari.

Tabib segera berpamitan dan keluar dari kamar itu, ia mengeluarkan sesuatu dibalik lengan bajunya, sebuah surat berisi keadaan Klan Mávros Wolf sekarang dan tentu saja tentang Daniel dan Steve. Benar, wanita itu mata-mata dari Wilayah Barat yang menyamar sebagai tabib pribadi keluarga Christian. Surat itu terbang dengan sendirinya sepertu burung menuju Wilayah Barat, wanita itu tersenyum misterius dan segera berlalu dari sana.

.

Kepulangan Sandi disambut meriah oleh keluarga Raphael dan Gabriel. Semakin riuh saat Sandi mengatakan ia menemukan Luna-nya di Klan Blood Luna.

"Tidak percaya ada yang mau dengan orang kutu buku seperti Kak Sandi." Ujar Jesi, dihadiahi jitakan Kai.

"Heh! Harusnya beri selamat, bukan mencibir!" Omel Kai, berakhir keduanya adu mulut sementara Sandi hanya terkekeh melihat tingkah kedua adiknya. Sementara sepupu-sepupunya, ibunya, dan bibinya tampak senang karena Sandi sudah bertemu Luna-nya.

"Dari klan mana dia?" Tanya Nyonya Gabriela.

"Dari Klan Blood Luna, Bu. Troye Michael." Jawab Sandi, senyum tak luput dari wajahnya.

"Klan besar!" Heboh sepupu-sepupunya. Sementara Nyonya Sworvskie dan Nyonya Gabriela kembali memeluk Sandi berkali-kali karena senang.

.

Steve berencana akan mengunjungi Ben bersama Daniel, persiapannya sudah selesai, ia bahkan membawakan beberapa bingkisan oleh-oleh khas klan Màvros Wolf. Sedang asik menyiapkan hadiah, sebuah panah melesat ke arahnya, menyerempet bahu Steve yang berakibat luka. Semua orang disana terkejut, Daniel segera memerintahkan para pengawal berpencar dan memeriksa sekitar sementara ia membawa Steve masuk ke mansion.

"ADA PENYERANGAN! ADA PENYERANGAN!" Teriak salah satu pengawal. Segera, semua prajurit bersiap-siaga dengan senjata masing-masing.

"Masuklah, obati lukamu dan beritahu yang lain bahwa wilayah Mávros Wolf diserang." Ujar Daniel, Steve mengangguk dengan sebelah tangan memegangi bahu. Tidak sakit, tapi lengannya mulai mati rasa. Tanpa bertanya lagi, Steve berlari memasuki mansion dan mulau memberitahu yang lain tentang penyerangan. Daniel kembali keluar, ia mencabut anak panah yang menancap di dinding luar tandu tempat dimana Steve meletakkan hadiah untuk Ben.

Dengan seksama ia memperhatikan panah itu, warnanya hitam pekat dengan ukiran aneh. Setelah mengetahui panah itu berasal darimana dan racun yang ada di dalamnya, kemarahan Daniel memuncak. Ia mematah anak panah itu menjadi dua dengan satu tangan, tidak peduli jika tangannya terluka dan terinfeksi racun.

"SERIGALA BARAT KEPARAT! TIDAK PUAS MENGHANCURKAN TEMPAT TINGGALKU DAN MEMBUATKU KEHILANGAN SEMUA ORANG YANG KUSAYANG, KALIAN SEKARANG INGIN MENGHANCURKAN KELUARGA BARUKU?!" Teriak Daniel penuh amarah. Tak tanggung-tanggung, ia menguarkan sepenuhnya aura dominan yang ditujukan pada musuh, matanya berkilat bak api yang berkobar ganas, wajahnya tampak dingin tak tersentuh.

"DANIEL, ADA APA?!" Justin menghampiri, masih raut kebingungan.

"Kak, ayo bekerja sama memusnahkan serigala wilayah barat. Bajingan-bajingan itu tidak akan berhenti sebelum ditumpas hingga ke akarnya." Ujar Daniel dingin. Justin baru mengerti, wajahnya yang tadi bingung kini tidak berbeda dengan Daniel. Dipenuhi nafsu membunuh dan membantai yang kuat, keduanya mengangkat senjata masing-masing dan memindai keberadaan musuh kemudian membunuh mereka entah dengan pedang, tombak, atau anak panah.

"MATI SAJA KALIAN SEMUA, SIALAN!" Amukan Daniel tak terbendung. Segala macam umpatan dan kata kasar yang ratusan tahun hidupnya tak pernah ia ucapkan, kini meluncur mulus dari bibirnya. Sementara tangannya sibuk menebas dan menusuk disana-sini bersama Justin.

"Daniel! Justin! Berhati-hatilah!" Suara Jay menyapa indra keduanya. Daniel dan Justin menoleh bersamaan, menemukan Jay kan menaiki tandu untuk melarikan diri bersama yang lain. Kedua pemuda itu mengangguk sebelum akhirnya kembali fokus pada penyerangan.

"KALIAN TIDAK SENDIRI!" Tuan Christian pun ikut turun ke medan tempur dengan sebuah pedang besar pusaka peninggalan turun-temurun keluarga Christian.

"Akhirnya ketemu juga!"

To Be Continued

.
.
.

Sudah mau end nih, atau mau tambahan epilog? :v

It's Not System (YeonBin AU) - [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang