O4. Jauh sebelum ini

57 16 1
                                    

Hari Kedua Masa Orientasi Siswa dipenuhi oleh beberapa siswa siswi angkatan baru yang kini sedang baris berbaris di lapangan. Hendak lanjut bermain game yang diadakan panitia MOS.

Padahal siang ini lumayan terik.

Sedangkan pinggiran lapangan dipenuhi oleh siswa dua angkatan yang diwajibkan untuk hadir, memeriahkan acara. Acara apanya kalau yang difokuskan hanya murid angkatan baru saja.




Sebenarnya jika alasan seperti itu mana mau sekolahan ramai begini, persis seperti hari pertama MOS. Yang hadir hanya guru, OSIS, Murid angkatan baru dan beberapa siswa angkatan atas yang malas di rumah.

Namun hari ini berbeda, sekolah kedatangan hampir seluruh murid tiga angkatan. Katanya hari ini pengumuman kelas baru sudah di pasang. Itu sebabnya para siswa kelas 11 dan 12 berbondong-bondong datang untuk melihat kelas yang akan menjadi markas mereka selama setahun kedepan.

Karena angkatan kedua baru memulai kelas penjurusan, itu sebabnya rata-rata sorakan heboh berasal dari siswa yang senang karena berhasil masuk ke kelas yang mereka inginkan.

Sedangkam sisanya dari mereka hanya, ya sudahlah yang penting punya kelas.

Salah satu cowok segera merapat, merangkul teman dekatnya. Mereka tertawa receh sambil melompat-lompat kegirangan seperti suporter bola yang habis menonton kemenangan tim kesayangannya.

Keduanya segera menyingkir setelah terdorong oleh gerombolan siswa lainnya yang saling berebut untuk melihat pengumuman pembagian kelas tahun ajaran baru.

"Gue kira elo isi angket IPA, anjir." Kata cowok berbadan besar itu.

Cowok berbadan tiang itu segera menyingkir. Kini jadi berjalan bersebelahan dengan santai. Jaga image dihari pertama ketemu degem katanya.

"Gue isi angket IPA anjir, keknya testnya yang bikin gue masuk IPS. Mau ngamuk gue, tai." Katanya sudah misuh misuh tidak terima.

"Ada gue, anjir, gak seneng lu ketemu gue?" Tanya cowok itu sudah berlagak manyun. Geli. Yang selanjutnya malah diladeni oleh cowok tinggi itu.

Keduanya jadi diam, cowok tinggi itu segera menarik badan temannya agar segera menatap kearahnya, "Tapi, sepertinya kita harus pindah kelas."

Cowok berbadan besar itu mengernyit, ada apa?

"Kelas IPS 2 isinya ganteng semua, terutama aku."

Seperti yang kalian duga, cowok berbadan besar itu segera menampol sahabatnya. Jijik katanya.

"Nyingkir atau baku hantam aja di lapangan sekalian caper sama degem."

Iya, siswa siswi baru tengah bermain game di tengah lapangan sambil sesekali berteriak heboh.

Radeva Emmanuel, cowok itu menggeleng, "KAGAK. Gue mau tidur di ruangannya Teh Anis. BYE." Jawabnya segera berlarian menuju UKS.








Cowok itu-Radeva- langsung saja melengos masuk ke dalam UKS yang agak tertutup. Ia membungkuk kecil lalu berjalan mendekat kearah meja penjaga sambil tersenyum sinting.

"Pagi Teh Anis." Sapanya kepada penjaga UKS yang memang lebih akrab dipanggil Teh Anis karena usianya yang sebenarnya tidak jauh sekali dari anak-anak sekolah ini, paling hanya beda 4-5 tahun.

"Mau ghibah? Teteh lagi ganti puasa." Katanya lembut sambil melirik pemuda dihadapannya.

Cowok itu menggeleng lalu agak tertawa kecil, "Pusing, Teh, mau teh aja tapi teteh yang buatin, teh anget ya, Teh."

Cewek itu hanya tertawa lalu bangkit dari duduknya, mau membuat teh hangat untuk pasien gadungannya.

"Tiduran aja di paling pojok, tapi jangan berisik, tadi ada yang lagi PMS." Katanya mengingatkan sebelum akhirnya masuk ke ruangan tempat yang merupakan dapur kecil UKS.

Cowok itu berjalan kecil lalu mengintip setiap bilik yang hanya dibatasi gorden berwarna emas. Hari ini tidak ada pasien yang terlihat berisik, berarti memang hari ini hanya diisi oleh pasien yang benar-benar sakit. (Re: siswa siswi biasa pura-pura sakit agar bisa istirahat atau hanya sekedar numpang WiFi kepala sekolah yang memang letaknya di sebelah UKS.)

Ia mengintip lagi sebelum akhirnya terdiam melihat siswi cantik tengah tertidur lelap diatas ranjangnya. Pipinya agak memerah mungkin karena kepanasan, aura kalem cewek itu benar-benar membuat hatinya teduh. Tidur saja cantik, apalagi kalau tidak.

Teh Anis datang membawa teh hangat yang diminta oleh Radeva. Cowok itu melirik segera menerimanya.

"Jangan diganggu, tadi dia misuh-misuh ditelpon, kayaknya efek PMS."

Cowok itu diam, segera menutup rapat-rapat gorden tersebut lalu menarik penjaga UKS itu agak pelan, segera menjauh.

"Kalem gitu mukanya."

Teh Anis meletakan teh hangat pesanan Radeva ke atas meja, "Teteh denger jelas, kok. Pas teteh bawain tehnya dia lagi telponan sambil marah marah." Jelas wanita itu sungguh-sungguh.

"Kenalin dong, teh, tipe gue banget ini mah." Kata cowok itu agak melebihkan ucapannya, "Nanti kita buat strategi biar ceritanya gue pahlawannya dia." Lanjutnya sambil bergaya sok keren.

Lantas wanita itu sedikit mendelik, "Urusin dulu utang di kantin baru menelin cewek, udah tahun ajaran baru, Mbak Dian belum balik modal." Jelasnya sambil menyebut nama salah satu penjual makanan di kantin sekolahnya.

"Teteh jadi laper," Lirihnya setelah mengingat bagaimana bentukan kantin sekolahnya, "Kamu beli bakwan sama chiki yang dulu sempet kamu bawain buat teteh, ya, nanti teteh traktir permen karet."










"Teteh kan puasa."

Wanita itu membulatkan matanya, "Astagfirullah!!" Dengan segera ia menatap sarkas cowok di depannya ini, "Kamu, sih."

"Kok aku?"

"Selama teteh puasa mending kamu jangan ke UKS dulu ya, auranya jadi beda."

Cowok itu jadi manyun, agak kesal karena dilarang numpang ngadem di UKS.

"Emang auranya sekarang gimana?" Tanyanya polos selanjutnya ia jadi ikut membulatkan matanya, "Oh jadi maksud teteh itu aku setan?"

"Tega teteh." Drama ala Radeva pun dimulai, "Jangan cari aku lagi, kita mulai sekarang jauh-jauhan saja untuk sementara atau mungkin selama-lamanya. Jangan rindu, biarkan waktu yang mengatasinya nanti." Ujarnya segera berpamitan, ia melangkah menuju pintu UKS.

Ia melirik lagi, "Jangan rindu Tetehnda."

[Filosofinya, jika Kakanda untuk penyebutan kakak. Maka untuk menyebut teteh akan berubah menjadi Tetehnda.]




"Lebay, dev."

"Kit ati aku teh, serius."



Cowok itu jadi teringat sesuatu, "Upah permen karetnya?"








"Jangan balik selama-lamanya aja."




...

Bubble Gum (Lucas Yuqi) -hiatusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang