O6. Si Juminten

50 14 0
                                    

Cowok itu tertawa agak keras, menyahuti tawa temannya yang lebih dulu terdengar sambil memukuli meja dengan heboh.

Galang, cowok itu masih terus bercerita sambil mempraktikan pergerakannya. Cowok itu seketika menjadi ikon di bangku kantin, sedangkan yang lain hanya ikut tertawa atau sekedar nyeletuk receh.

Bukannya melanjutkan ceritanya, cowok berbadan besar itu jadi memerhatikan seseorang sebelum akhirnya menunjuknya, "Eh, itu si Juminten bukan?" Tanya Galang jadi salah fokus setelah melihat seorang siswi yang tengah berbicara serius di salah satu meja kantin yang letaknya agak pojok.

Dengan cepat, satu meja jadi melirik, ikut memandangi siswi cantik yang tengah berbicara itu. Semua kembali melirik, mengangguk membenarkan pertanyaan Galang.

Radeva masih menatapnya, Juminten siapa? Siapa Juminten? Kalau tidak salah ingat, itu bukannya cewek yang hampir bertabrakan dengannya saat di perpustakaan. Jadi namanya Juminten?

"Kemarin pertama kalinya gue liat dia, anak baru?" Tanya Leo menimbrung. Ia sangat penasaran dengan siswi itu karena tidak pernah sekalipun mereka saling berpapasan.

"Kalau enggak salah gue pernah liat waktu MOS, pas hari terakhir disuruh kritik kinerja panitia, nah dia yang maju. Nyalinya gede bener." Sahut Bisma seakan kagum dengan cewek itu.

"Njir, tipe gue kalau gitu mah."

Siapa lagi kalau bukan Galang. Yang lainnya hanya mendelik lalu bersorak tidak setuju.

Radeva jadi ikut penasaran, "Namanya Juminten?"

Yang lain mengedikkan bahunya, "Si Cece becandain Galang, dia bilang namanya Juminten."

Cowok itu hanya mengangguk-angguk saja, tidak peduli.

Bisma membulatkan matanya, teringat sesuatu. Mungkin bisa jadi informasi yang penting sebagai bahan gibah mereka.

"ANTEKNYA ANIN."

"Anin anak IPA?" Tanya Galang, "IPA 5, kan? Mantan elo waktu kelas sepuluh?" Bisma menangguk, membenarkan pertanyaan Galang.

"Bentar deh," Sahut Leo agak menggantung, "Jangan-jangan anteknya Bu Ajeng."

Yang lain jadi agak terkejut, sedikit tidak percaya apabila cewek lugu macam si Juminten itu jadi antek BK. Karena biasanya rekrutan guru BK adalah anak-anak yang berwajah tegas dan punya aura meluluhkan. Dia mah malah kebalikannya, diluluhin sama tersangka.

"Dev, elo kan beberapa hari yang lalu dikejer sama mata empat," Ujar Leo sambil menyebutkan anak PD yang menggunakan kacamata, maksudnya adalah Bella. "Waktu kelas sepuluh yang ngurusin kasus elo kan dari kakak kelas, gengnya si Anin, terus dilanjutin sama Anin, dan kali ini elo diurusin sama si mata empat yang emang anteknya Anin juga. Dan si mata empat beberapa hari ini engga pernah ngejer lo, jangan-jangan kasusnya dioper lagi?"

Bisma dan Galang mengangguk-angguk semangat, setuju akan penjelasan Leo. Radeva masih diam, berusaha menimang penjelasan Leo. Sebenarnya masuk akal juga, namun bisa jadi hanya kebetulan. Eh, meski bagaimanapun juga tetap saja penjelasan Leo masuk akal.

Lagi pula si mata empat sudah jarang muncul di hadapannya, persis seperti kakak kelasnya dulu sebelum mengoper kasusnya kepada Anin. Apa ini artinya cewek itu adalah penanggung jawabnya sekarang?

Seketika kejadian saat di perpustakaan terulang lagi di memori cowok itu. Ia jadi ingat ketika cewek itu bilang kalau ia terkenal diantara adik kelas. Apa mungkin sebenarnya cewek itu mengenalnya karena harus mengambil alih kasusnya sehingga mencari tahu tentangnya?

Pantas saja cewek itu jadi kaget setengah jiwa lalu berusaha menutupi nametagnya dengan buku yang ia peluk. Kenapa cowok itu tidak sadar dan malah ngefanboy sendiri karena ucapannya soal ia yang terkenal?

Bodoh.

Tapi tetap saja, ini adalah KONSPIRASI.

Radeva juga tidak habis pikir ternyata cewek itu terlalu mencolok untuk mengelabuhinya. Sudah tertebak dengan mudah, untung saja teman-temannya cerdik.

"Perlu gue labrak?" Tanya Radeva tidak sabaran. Tidak terima juga jikalau memang benar cewek itu yang kini akan mengejarnya sambil membawa list hukuman yang harus ia kerjakan.

Ketiganya refleks menggeleng, "Ntar makin panjang urusannya sama PD, lagian masih dugaan doang." Balas Leo tidak setuju, mewakilkan Bisma dan Galang yang malah jadi fokus menghabiskan baksonya. Daripada keburu masuk kelas.

Radeva jadi tidak semangat, ia segera menunduk. Menghabiskan bakso yang ia pesan dengan lahap. Lapar juga habis gibah.

Tapi cowok itu jadi teringat sesuatu, nama cewek itu siapa.










Bubble Gum (Lucas Yuqi) -hiatusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang