21. Cemara Ular Nayera

34 6 21
                                    

"Udah dari selesai jam istirahat dia gak mau balik ke kelas. Roti yang kamu beliin juga gak disentuh sama sekali. Teteh mau buatin surat dispensasi juga gak mau katanya pengen bolos." Kata Teh Anis berbicara santai dengan cewek bermata empat itu, siapa lagi kalau bukan Bella.

Teh Anis segera membuka makanan ringan miliknya, menawarkannya pada Bella kemudian memakannya sedikit-sedikit.

Bel pulang sudah berbunyi sekitar lima menit yang lalu, tapi Cemara tidak sekalipun turun dari ranjangnya. Sebenarnya Teh Anis sangat khawatir dengan keadaan Cemara, apalagi mereka memang dekat satu sama lain.

"Tadi sebelum jam istirahat kedua Radeva mampir ke sini lagi, dia nanya Cemara ada di sini apa enggak."

Bella membelalak, lalu memajukan wajahnya, "Terus Teteh jawab apa?"

"Teteh bilang gak ada, habis itu dia pergi." Jawabnya kemudian mengunyah chikinya lagi.

Bella mengendus, sebenarnya Bella sama sekali tidak bisa melihat siapa yang salah. Baik Cemara maupun Radeva hanyalah korban. Jika memang pada akhirnya Cemara berpacaran dengan Radeva dan Irzhy datang sebagai orang ketiga, itu juga urusan mereka kenapa anak-anak di sekolahnya malah berlebihan menanggapinya.

"Teteh sebenarnya curiga kalau Radeva suka sama Cemara."

Bella melirik, menatap Teh Anis lekat-lekat. Pantas saja Cemara sangat suka di UKS dan berbincang dengan Teh Anis. Kepribadiannya yang terlihat seperti Kakak dan penyayang seperti Ibu yang membuat orang-orang jadi lebih suka curhat dengannya.

Teh Anis kemudian melanjutkan, "Tapi kalau mereka pacaran Teteh gak setuju."

Mulut cewek itu jadi membelalak, bukannya Teh Anis itu sering dibilang sebagai Kakak kandung Radeva. Apalagi dia dekat sama Cemara, bukannya malah lebih pantas untuk didukung?

"Jangan kaget dulu. Gini, Radeva gak pernah deket bahkan cerita apapun tentang cewek ke Teteh, Cemara orang pertama. Bayangin kalau semisal mereka jadian, siapa yang bakalan tersiksa? Mereka belum jadian aja, Cemara udah tersiksa begini."

Bella jadi mengangguk paham. Ternyata alasan dibalik hebohnya berita ini ya karena Radeva sendiri yang tidak pernah memerlakukan orang lain spesial. Jadi kalau ada orang yang berhasil mengubah Radeva, satu sekolah jadi terpancing.

Cewek itu memerbaiki kacamatanya, melirik kearah ranjang. Takut kalau Cemara tiba-tiba terbangun.

"Teh, Sebenernya aku tahu kalau Kak Radeva enggak sebrengsek itu."

"Hm?"

Teh Anis jadi menegak, menatap Bella serius. Cewek ini kenapa lagi? Padahal anak PD rata-rata kesel banget kalau udah bahas Radeva. Keinginan untuk nampol cowok itu udah ada di level atas. Apalagi mereka gak kenal sisi asli Radeva. Kenapa Bella malah seakan kenal dekat dengan Radeva?

"Sebenernya ada banyak yang aku tahu." Kata cewek bermata empat itu membuat Teh Anis makin penasaran, "Aku gak bisa bantu apa-apa, sebelum kasusnya aku pegang, bukti emang terus ngarah ke Kak Radeva. Gak ada cara lain selain hukuman. Paling aman daripada dapet poin."

"Kamu tahu itu darimana?"

Bella terkekeh kecil, tersenyum miring. Orang-orang hanya tahu bahwa cewek itu unggul karena kecantikan wajahnya. Tetapi mereka salah. Ada banyak yang tidak bisa dilakukan jika mengandalkan visual semata.

"Teh Anis pasti kenal Devan kan?"

Seketika wajah Teh Anis berubah, awalnya masih agak biasa menanggapi ocehan cewek ini. Belum sempat bertanya mengenai apapun, keduanya langsung menoleh kearah ranjang. Mendengar suara agak berisik dari arah sana.

Bubble Gum (Lucas Yuqi) -hiatusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang