11. Tragedi Dessert Box

40 12 0
                                    

"Permisi..." Ujarnya sambil terus mengetuk pintu rumah tersebut.

Hari ini pekerjaan cowok itu banyak sekali, dari pagi ia harus keluar rumah terus. Membeli ini, membeli itu, mengantar ini dan mengantar itu. Ibunya beberapa minggu yang lalu mulai membuka lagi bisnis kue kering kecil-kecilan di rumahnya. Katanya bosan.

Sebelum-sebelumnya ia tidak sesibuk ini. Mungkin karena hari ini adalah hari libur, itu sebabnya sang Ibu menyuruhnya untuk membantu mengantar pesanan dan membeli bahan yang kurang. Lumayan untuk menambah uang sakunya.

"Permisi..."

Tiba-tiba pintunya terbuka lebar, di hadapannya berdiri wanita yang langsung menyapanya dengan senyuman hangat.

Cowok itu ikut tersenyum lalu mengangkat plastik berisi pesanan kue kering wanita itu.

"Ibu Citra?" Tanyanya ramah yang kemudian diangguki oleh sang pemilik nama.

"Ojol?"

Cowok itu tertawa kecil lalu menggeleng, "Bukan, saya anaknya Ibu Ratna." Katanya yang seketika membuat Citra agak malu.

Dengan cepat wanita itu menariknya untuk duduk sejenak karena ia harus mengambil uangnya dulu. Awalnya cowok itu menolak, namun wanita itu terus memaksa karena merasa tidak enak.

"Oh iya, ini lagi free dessert box. Pengenalan menu baru." Katanya kemudian meletakan pesanannya keatas meja di ruang keluarganya tersebut.

Entah mengapa wanita itu jadi fangirlin sendiri, mungkin karena makanan gratis.

Padahal Citra sudah melangkah menuju kamarnya, namun diurungkan karena ia ingin mencicipi bagaimana rasa makanan gratisan itu.

Ia langsung melangkah ke dapur, membawa minuman untuk cowok itu.

"Gak usah repot-repot, Tante."

Wanita itu tersenyum, "Tante mau cicipin dulu rasa dessertnya, kalau enak mau pesan lagi buat stok."

Cowok itu mengangguk kemudian menyeruput teh hangat itu setelah beberapa kali dipaksa oleh pemilik rumah.

"Ini ibu kamu yang masak?" Tanyanya setelah selesai mencicipinya. Citra langsung meletakan kembali dessert itu di atas meja.

Cowok itu menggeleng, "Kalau kue kering buatan Ibu tapi kalau dessert ini buatan Kakak. Jadi sekalian perkenalan ke pelanggannya Ibu. Kalau satu selera jadinya bisa pesan lagi." Katanya kemudian diam sejenak, "Enak?" Tanyanya karena tidak mendapat respon apa-apa dari wanita tersebut.

"Enak, tante suka. Ada rasa lain?"

Cowok itu mengangguk, "Menunya nanti aku kirim lewat whatsapp. Bisa pesan lewat sana juga."

"Hebat ya, satu keluarga bisa masak, hasilnya enak-enak juga. Kalau kamu ikutan?"

Cowok itu tertawa kecil, "Aku jadi ojeknya aja, Tante, lumayan nambah uang dompet."

Wanita itu jadi kagun dengan sosok di hadapannya. Tutur katanya sopan, ramah, baik juga dan mau menolong Ibunya.

"Anak tante yang bungsu suka banget masak, tapi hasilnya hancur. Aduhhhh, kalau ditinggal di rumah sendirian, dapur bisa meledak gara-gara dia masak." Kata wanita itu bersungguh-sungguh membuat cowok itu mengangguk-angguk saja.

"Sekarang anaknya lagi ngambek sama Tante, udah dari kamis kemarin. Anaknya sulit diatur, emang kadang penurut kalau minta tolong ini itu, tapi kalau dia kesinggung atau moodnya rusak itu susah, langsung ngambek, marah-marah, paling parah dia suka nyiksa kakaknya kalau kesel abis digangguin kakaknya. Anak Tante serem banget."

Wanita itu segera pamit hendak mengambil uang, meninggalkan Radeva sendiri yang masih diam tak bergeming. Untung anaknya tidak muncul saat ini, kalau iya mungkin cowok itu sudah jadi samsak pribadinya.

Tidak lama berselang cowok itu akhirnya memutuskan untuk bermain ponselnya sejenak sekalian menunggu tuan rumah untuk membayar pesanan kue keringnya ini.

Ia mengecek aplikasi chatnya. Ada pesan masuk dari salah satu group chat, teman-temannya mengajak untuk berkumpul sore ini. Tepat di rumah tuan muda Leo.

Sebenarnya Radeva bisa saja langsung menuju rumah Leo setelah mengantar pesanan, tapi cowok itu mendadak malas sendiri untuk pergi lagi. Lebih baik bersantai di rumah, apalagi kakak tersayangnya punya banyak persediaan dessert box untuk promosi usahanya barunya.

Tiba-tiba Radeva menoleh was-was, sedikit terkejut mendengar percakapan yang agak keras dari arah barat. Ia jadi melirik, menatap jejeran ruangan di arah barat yang entah ruangan apa.

Tak lama kemudian muncul seorang gadis remaja dengan rambut yang agak berantakan. Cewek itu berlari kearahnya sambil tersenyum ceria tanpa beban.

Radeva yang memerhatikan itu jadi terkejut setengah mati. Agak aneh melihat pemandangan ini, dan tanpa disadarinya cowok itu sudah menggeserkan diri agak menyingkir ke arah ke kiri. Takut juga menyaksikan perilaku liar cewek ini.

Akhirnya cewek itu duduk tenang diatas sofa ruang keluarganya. Berbekal dessert box ditangannya, cewek itu dengan lahap menikmatinya tanpa menyadari kehadiran Radeva yang masih membelalak tak percaya dengan apa yang ada di hadapannya.

Suara langkah Citra seketika menjadi penyelamat bagi Radeva. Dengan segera cowok itu memperbaiki posisi duduknya sambil menaikkan garis bibirnya. Tetap berusaha ramah.

"Oh iya, ini uangnya ya. Sisanya buat kamu aja."

Radeva menerimanya lalu tersenyum hangat, "Makasih, Tante." Jawabnya agak gugup.

Cewek itu seketika terdiam, menghentikan pergerakan tangannya lalu melirik sedikit karena sadar bahwa suara laki-laki ini agak asing di telinganya. Tidak, itu bukan suara Kakaknya. Lagipula kalau itu adalah kakaknya, pasti ia sudah diledeki habis-habisan.

Jadi...

Apakah dia...

"Oh ini nomor kamu?" Tanya Citra ramah sambil menunjukan note yang tertempel di toples kue kering pesanannya.

Cowok itu mengangguk ramah, "Nomor bisnis, Tante, nanti kalau mau pesen bisa telpon atau whatsapp aja."

Ibu tiga anak ini tersenyum ramah kemudian membuka suaranya lagi, "Oh iya, nama kamu siapa?"

"Radeva, Tante."

Nah, kan.

Benar.

Bukan Kakaknya.

Cewek itu jadi memokuskan pandangan.

ASTAGA!!!!!!!!!!!!!!!


SUMPAH CEWEK ITU JADI PENGEN LENYAP DARI RUANG KELUARGANYA.

JADI IKAN AJA LAH KALAU GINI.

EH JANGAN, BATU AJA.




IBUNYA JUGA, NGAPAIN BAWA ORANG ASING KE RUANG KELUARGA PADAHAL ADA RUANG TAMU.

TAPI YAUDAH LAH, PURA-PURA GATAU AJA.

Cewek itu jadi menunduk.

YANG PENTING JANGAN DISINGGUNG AJA.

TOLONG PERGI DENGAN TENANG, YA...








"Oh iya, ini lho anak bungsu Tante yang tadi Tante ceritain. Padahal lagi ngambek, tapi pas tante bilang ada dessert box langsung ilang ngambeknya." Kata Citra sambil tertawa-tawa kecil.

"Gimana kalau kalian kenalan dulu?"


KAN!

NAH KAN!

MAMA!!!!

"Ara udah tahu kan nama dia Radeva?" Tanyanya sambil melihat putri bungsunya, lantas Citra menoleh, menatap Radeva yang masih tersenyum sopan padahal cowok itu sudah ingin lenyap juga.

"Namanya Ara, Cemara."







Inilah akhir dari kehidupan Cemara Nayera. Terima kasih Bunda. Bye.
























Bubble Gum (Lucas Yuqi) -hiatusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang