21

3.4K 308 7
                                    

Seperti buah simalakama, Gracia takut emosinya tak terkendali , kini Gracia sedikit berlari ke kamar mengambil handphone nya dan beberapa pakaian yang ada di lemari Shani, dan bergegas pergi meninggalkan rumah kediaman Shani.

Sepeninggal Gracia , Shani menangis sejadi - jadinya.

Gracia sengaja meninggalkan Shani, bukan gak mau menjelaskan namun Gracia lebih memilih menghindari pertengkaran, mengingat akan mental Al Gibran kalau sampai mendengar mereka bertengkar.

Sementara itu Shani masih saja menangis mengingat telpon dari Nino yang Shani duga sebagai pacar Gracia.

Ternyata Gracia gak mencintaiku, semua ini hanya pelarian dia saja. Gracia wanita normal , sedangkan aku ? Baru mau membuka hati atas kesakitan ku selama ini, dan kini aku kembali di kecewakan akan arti cinta. Apa yang harus kulakukan? Haruskah aku memupusnya kembali? Pertanyaan demi pertanyaan berputar memenuhi rongga kepalaku.

Kesakitan yang dulu pernah aku rasakan kini kembali menyeruak dalam hatiku, berputar dan terus berputar seperti sebuah film dalam ingatanku.

"Ge..., Kenapa kamu tega melakukan semua ini padaku, kenapa kamu melakukannya..?"

Aku gak habis pikir , kenapa dengan mudahknya aku jatuh cinta padamu, jatuh cinta dengan sesama jenisku.
Salah? Tentu saja salah, namun aku tak bisa menolaknya. Rasa ini begitu besar hingga aku tak dapat menolaknya.

Shani terus merutuki diri nya mengapa ia tidak mau mendengar penjelasan dari sang kekasih, hingga malam hari Shani pun masih mengurung diri di kamar nya sambil memegang foto gracia.
Sampai ia tersadar bahwa sedari tadi ia membiar kan Al anak semata wayangnya , sendirian di kamar nya.
Shani pun bangkit lalu membersihkan diri setelah itu dia menuju kamar anak nya.

Samar-samar terdengar suara isakan dari sang putra yang membuat hati Shani terasa sesak, ia tak menyangka akibat dari perbuatan nya bukan hanya kekasih nya saja yang terluka tapi anak semata wayang nya pun ikut terluka.

Didalam kamar Al Gibran menangis sesenggukan sambil memegang mainan yang di berikan oleh sang mama.

"Mama Al mau ikut mama aja, Al nggak mau ikut mami", ucap Al di sela-sela tangisan nya.

Shani yang mendengar ucapan sang putra pun kembali merasakan sesak di dada nya. Ia tak menyangka jika anaknya begitu menyayangi Gracia melebihi dia menyayangi diri nya.

Shani pun mencoba mengetok pintu kamar sang putra dan bermaksud untuk membujuk nya

"Al, sayang makan yuk, udah malem loh ini kamu nggak laper ya?". Tanya shani pada Al.

Namun sang putrapun tak menjawab pertanyaan sang mami jangankan menjawab membukakan pintu saja tidak, jadi lah Shani sekarang sedang membujuk buah hati nya untuk membukakan pintu dan menyuruh nya makan.

Namun Al tetap tak bergeming dan tak mau menjawab pertanyaan shani, Shani yang masih dalam keadaan kesal pun akhir nya semakin emosi dengan sikap anaknya ini.

Hingga tanpa sadar Shani pun memarahi Al Gibran dengan nada sedikit tinggi yang membuat siapa pun yang mendengar nya pasti takut, tak terkecuali Al Gibran.

"Al Gibran mami bilang buka pintu nya sekarang juga dan makan atau mami akan sita semua mainan kamu dan mami juga akan potong uang jajan kamu selama sebulan" ucap final Shani.

Al yang mendengar ucapan sang mami pun langsung membuka pintu kamar nya dengan mata yang sembab ia menatap tajam pada shani.

Tapi bukannya menuruti perkataan sang mami Al pun langsung membalas perkataan sang mami yang membuat Shani sangat kaget ketika mendengar ucapan anak nya.

G I G I H ( End )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang