Pacar Warna-Warni 20

2.7K 608 141
                                    

Hallo, apa kabar?

Aku yakin, masih banyak yang belum follow akun aku, kan? Ngaku!
Yang belum follow, ayo, follow dulu, ya, sayang. 😚

Tinggalkan vote+komentarnya, ya!

Selamat membaca!

****

"Ku bukan superstar, Kakekku penggitar, Nenekku Avatar, giginya getar-getar."

Bernyanyi riang seraya memukuli meja sebagai dramnya, Gardan menggeleng-gelengkan kepala. Menikmati lantunan kalimat yang membuat Reno tersedak hebat.

"Gimana ceritanya gigi getar-getar?" Tanya Reno tak paham.

"Maklum, setress." Juan menjawab, meletakkan ponsel yang dimainkannya ke atas meja kemudian lanjut menyantap bakso yang dipesannya.

"Dua tiga anjing berlari, ya udah, sih, biarin aja, namanya juga anjing."

Reno yang sedang asik mengunyah bakso menatap Gardan garang. "Bisa ga, sih, sedetik aja bersikap normal?"

"Semprot nyamuk satu detik, bebas nyamuk 10 jam. Chat gebetan satu detik, balesnya 10 jam."

Juan mengusap wajahnya, frustasi. Reno menyatukan kedua tangannya di depan Gardan, memohon. "Plis, jangan bego-bego banget jadi orang, Dan. Plisss."

"Hidup perlu dinikmatin, Bro. Kalo ga dinikmatin, ngapain hidup?" Tanya Gardan.

"Gue bilangin Ella lo, ya. Otak lo gak bener-bener." Juan menyeruput teh esnya. Menatap Gardan dengan tatapan penuh ancaman.

"Bilang aja, gak takut gue, mah," balas Gardan cuek.

Mengedarkan pandangan ke sekeliling kantin, Gardan mengerutkan keningnya. Tumben sekali jam segini kantin masih ramai. Dia melihat jam tangan yang bertengger di pergelangan tangan kirinya, jam itu menunjukkan pukul 11.45 WIB membuat Gardan semakin bertanya-tanya.

"Ada rapat? Kok belum masuk?" Tanya Gardan.

Indra mengangguk. "Ada, gatau gue rapat apa, yang penting ada rapat." Dia mengangkat kepala, menatap Gardan. "Lo nggak makan?"

"Makan lah," jawab Gardan.

Hening sejenak. Hanya dentingan sendok yang terdengar, sebelum akhirnya terdengar sebuah pertanyaan.

"18 tahun hidup di bumi, gue belum pernah liat ikan tidur, woy." Juan memulai sesi curhat.

"Emang kalo rumah lo kebanjiran terus kerendam aer, lo bisa tidur?" Tanya Gardan, ngajak gelod.

"Ya ... Ga gitu juga, Paok!" Melemparkan tisu bekas mulutnya ke kepala Gardan, Reno berujar, "mata ikan kena aer terus, jadi seger, ga ngantuk."

"Ga ngerti lagi gue sama cara pikir ahli kubur." Indra geleng-geleng kepala.

Tak lama setelah itu, nasi goreng jumbo dengan tambahan ekstra mie dan ayam geprek tersaji dengan mantapnya di atas meja. Reno yang melihat itu melongo. Tanpa basa-basi, Gardan langsung menyantap makanan itu dengan lahap.

Pacar Warna-Warni [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang