Extra chapter II

1.8K 509 251
                                    

Ada yang nunggu ini cerita update, nggak?

Yuk, bagikan cerita ini ke teman-teman kalian❤️❤️

Selamat membaca!

*****

"Lo berharap Gardan ada di samping lo?"

"Iya."

"Lo sayang dia?"

"Iya."

"Sama, gue juga sayang sama lo."

*****

Ella memasukkan beberapa peralatan dan kebutuhan yang mungkin saja diperlukan saat acara berkemah nanti ke dalam tas. Entah ada masalah apa dengan Samudera, si ketua Osis itu, yang tiba-tiba saja mengumumkan bahwa akan diadakan camping di sekolah. Sebenarnya, Ella tidak keberatan karena ia bisa menghilangkan Gardan sejenak dari pikirannya dan berkumpul bersama dengan teman-temannya.

Gerakan tangan Ella yang menarik resleting tas terhenti saat mengingat detik-detik Gardan dibawa menjauh untuk selamanya dari dirinya.

"La, Plis, tenangin diri lo!" Juan menahan Ella yang memberontak.

"Gimana aku bisa tenang? Kamu nggak liat temanmu, Kak! Dia mau ninggalin kita! Dia jahat!" Ella berusaha mendorong tubuh Juan untuk menjauh darinya. Namun, sayang, tenaganya yang lemah tak sanggup untuk membuat Juan terdorong bahkan hanya selangkah.

"Dia bahkan nggak bilang apa-apa sama aku. Dia pergi gitu aja. Di sini ..." Ella menepuk bahunya. "Kak Gardan tidur di sini. Tidurnya nyenyak banget, Kak. Nyenyak banget sampai aku bangunin dia nggak bangun-bangun."

Stephany yang mendengar itu menutup mulutnya, terisak tertahan. Indra yang berada di sampingnya terpejam erat. Sam yang bersandar pada dinding dengan kaki di tekuk satu menunduk dalam. Cowok itu terlihat tidak baik-baik saja. Reno dan Calista? Entah kemana, mereka tidak ada yang tau.

Ruang gawat darurat yang terbuka mengalihkan pandangan mereka. Dari dalamnya keluar seorang Dokter dan Stephanus bersama dengan Hana yang sudah tidak sadarkan diri digendongan suaminya. Stephanus menatap satu persatu diantara mereka dengan wajah kusut. Pria itu meneteskan sebulir air mata, tanpa mengatakan apapun, Stephanus memilih melangkah pergi, membawa Hana bersamanya.

"Dokter, gimana? K—kak Gardan gimana? Dia ... dia baik-baik aja, kan? Dia buka mata lagi, kan? Dia senyum lagi, kan? Dia ... dia masih bisa ketawa bareng kami lagi, kan?" tanya Ella mendesak Dokter yang menatapnya dengan tatapan penuh penyesalan.

"Pasien ingin bertemu dengan kalian," ucap Dokter yang baru saja keluar dari ruang di mana Gardan dirawat. Mereka yang duduk, menunggu dengan gelisah segera berdiri. Ella, gadis itu mengucapkan banyak terimakasih pada Tuhan, masih memberikan Gardan kesempatan untuk menghabiskan waktu bersamanya, keluarganya, dan teman-temannya. Tidak ada kebahagiaan yang lebih dari itu untuknya saat ini.

Mereka semua masuk, terlihat Gardan dengan selang oksigen yang terpasang di hidungnya tengah menatap kosong ke langit-langit kamar. Entah apa yang sedang dipikirkan oleh cowok itu, tidak ada yang tau. Ella yang melihat Gardannya sudah membuka mata tersenyum senang. Dia melangkah mendekat dengan perlahan, kakinya terasa bergetar untuk berjalan. Ada rasa sesak yang belum bisa ia terima. Hingga akhirnya, dia berdiri di samping brankar Gardan, disusul oleh Hana, Stephanus, Stephany, dan anggota inti Hirocsva.

Pacar Warna-Warni [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang