Pacar Warna-Warni 31

2.5K 650 297
                                    

Hallo!

Ada yang nungguin cerita ini update, nggak?

Yang baca cerita ini, wajib banget follow akun Instagram:

@lelep_alesiaa
@gardan_stphns
@ella_clrst
@reno_garafa
@juan.dez
@calista_febriana

Semoga kalian suka part ini, ya!

*****

"Bagus. Dari mana aja kamu? Udah hampir jam 7 baru pulang." Hana menyambut Gardan yang baru saja membuka pintu rumah dengan tangan yang berkacak pinggang. Wanita berdaster bunga-bunga itu menatap anaknya marah.

"Gardan dari rumah Ella, Ma."

"Ha?" Hana membeo. "Gimana? Mantu Mama bek-baek ae, kan, Bro?" tanya Hana antusias.

"Mulai membaik, Bro," balas Gardan.

"Bagus, Bro." Hana menepuk pundak Gardan tiga kali. Ibu dan anak itu kemudian tertawa renyah.

"Tadi, temen-temen kamu nyariin kamu," ucap Hana memberitahu. Gardan segera menatapnya, meminta Hana untuk melanjutkan perkataannya. "Indra, Reno, Juan."

"Ngapain?" tanya Gardan.

"Mereka bilang, kamu seharian nggak ada di sekolah. Kamu ke mana?"

Gardan meneguk ludah. Pertanyaan yang sedari tadi dihindarinya telah keluar dengan mulus dari mulut ibunya. Cowok itu bergerak gelisah, sama sekali tidak tau harus menjelaskan bagaimana.

"Gardan Lionel Stephanus."

Mata bernetra hitam itu segera bergerak ke arah sumber suara. Ayahnya, Stephanus sudah berdiri tegak di anak tangga terakhir. Jantung Gardan berdetak tak karuan. Aish! Mengapa semuanya jadi serumit ini, sih?!

"A-ada apa, Pa?" tanya Gardan ragu.

"Kepala sekolah nelpon Papa. Katanya kamu dikeluarkan dari sekolah. Right?" tanya Stephanus dengan nada datar.

"Right, Papa," jawab Gardan.

Hana menutup mulutnya yang spontan menganga dengan kedua tangannya. Sangat terkejut.

"Tapi ... itu semua bukan salah Gardan, Pa." Gardan mencoba menjelaskan. "Emang Gardan salah nyelamatin Gadis yang harga dirinya hampir dirampas sama orang?"

"Tapi-"

"Lagian, Pak kepala sekolah terlalu dibutakan sama prestasi yang diraih sama Samudera. Dia nggak percaya sama Gardan yang penampilannya kayak berandalan."

"Memang kamu berandalan." Hana membenarkan.

"Ma!" tukas Gardan kesal membuat Hana terkekeh.

"Kamu tenang aja." Stephanus melangkah mendekat. Berdiri di depan Gardan dan tersenyum simpul. Pria itu meletakkan telapak tangannya di pundak Gardan lalu mengusapnya lembut. "Besok, Papa bakal ke sekolah kamu. Kita lihat seberapa kuat kemampuan dia buat melawan Stephanus."

Gardan yang mendengar itu menghembuskan nafas lega. Senyum di bibirnya kembali mengembang. Dia sangat bersyukur bahwa kedua orang tuanya sangat mengerti dan selalu mencoba mengerti atas apa yang dia lakukan.

Ya, mereka tau bahwa Gardan akan melakukan hal yang dianggapnya benar. Karena memang, hal yang dianggapnya benar itu adalah suatu kebenaran.

"Gardan," panggil Hana membuat Gardan menatapnya.

"Kamu kangen Abang, ya?" tanya Hana. Senyum di bibir Gardan perlahan menghilang. Dia mengalihkan pandangan ke sembarang arah. Mencoba untuk tidak melihat ke netra kedua orang tuanya.

Pacar Warna-Warni [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang