EXTRA CHAPTER III

2.2K 500 219
                                    

Manusia yang halal untuk di santet:

Baca cerita tapi ga follow authornya.

Plis, don't call me Thor, author, Min, man, Mun, Men, Mon, Thir, Monthir, blablabla. Just call me Sia, just Sia. Siaaaaaa.

Do u understand??

Jangan lupa vote+comment di chapter ini, ya!

Happy reading and enjoy this chapter!

******

"Ya udah, peluk sekarang."

Ella berdiri. Gadis itu mengepalkan tangan, menunduk dengan tatapan penuh tanya pada pemuda yang kini juga tengah mendongak menatapnya. Girdan berdiri, memberikan senyum tipis pada Ella.

"Maksudnya apa? Jangan mentang-mentang kamu punya wajah yang mirip sama Kak Gardan, aku bisa nganggap kamu dan dia itu sama." Ella berucap tegas. "Kalian beda! Kalian itu dua orang yang berbeda!"

"Salah gue nggak jelasin semuanya dari awal sama lo," ujar Girdan. "Hubungan yang lo jalani selama ini itu palsu, La. Maaf."

"Apa, sih! Kamu nggak usah sok tau, ya! Kamu itu masih baru di sini. Jangan ikut campur urusan aku sama Kak Gardan, sekalipun kamu kembaran dia!" tukas gadis itu kemudian berbalik. Dia melangkah untuk menjauh.

"Lo bisa datang ke taman depan sekolah nanti malam. Gue bisa jelasin semuanya di sana," ucap Girdan membuat langkah Ella berhenti.

******

"Beneran, La. Gue terkejut banget liat Kak Gardan tiba-tiba sekolah. Ternyata, itu kembarannya." Clara menggosok kedua tangannya mencari kehangatan.

Api unggun yang menyala terang itu terlihat megah. Beberapa diantara mereka yang mengikuti camping sibuk bernyanyi, bercerita, bercanda tawa, atau bahkan menyantap makanan. Sedangkan Ella, gadis itu masih benar-benar dibuat pusing dengan keadaan yang sedang ia alami.

"Aku juga. Malah nyosor meluk dia lagi," kata Ella. "Tapi ... dia mirip banget, Cla, sama Kak Gardan."

"Ya mirip, lah. Namanya juga kembaran. Gimana, sih, La." Clara menggeleng-gelengkan kepala. "Lo kayak nggak punya semangat hidup, tau, nggak. Masa depan lo masih panjang. Lo pikir Gardan bakalan seneng liat lo down kayak gini?"

"Biar waktu yang bantu aku, Cla. Doain aja, seiring berjalannya waktu, perasaan aku sama dia ikut hilang." Ella menghela jengah. Dia berdiri, menepuk-nepuk bagian belakang celananya yang kotor.

"Lo mau kemana?" tanya Clara mendongak.

"Girdan."

*****

Ella menghentikan langkahnya saat melihat Girdan duduk di bangku bewarna putih di taman depan sekolah. Gadis itu meremas jarinya kuat, berusaha meyakinkan diri bahwa semuanya akan baik-baik saja.

"Akhirnya, lo dateng juga."

Perkataan itu berhasil membuat Ella tersentak. Ia berjalan perlahan mendekati Girdan yang nampak santai. Gadis berhodie coklat itu berdiri gugup di samping bangku, membuat Girdan menatapnya malas.

"Lo bisa duduk. Gue nggak gigit," kata Girdan. Ella meneguk ludah dengan susah payah. Duduk di samping Girdan, gadis itu melipat bibir. Perasaan ini, selalu datang saat ia bersama dengan Gardan dulu. Tapi, mengapa perasaan ini datang saat ia bersama Girdan juga?  Ella menggeleng, berusaha mengusir pikiran buruk mengenai pemuda di sampingnya.

Pacar Warna-Warni [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang