Hallo, kamu baca cerita ini jam berapa?
Part ini cukup panjang, jadi aku mohon banget supaya kalian ninggalin jejak berupa vote dan komentarnya, ya.
Buat yang belum follow akun aku, aku anggap musuh. Oke!
Selamat membaca!
*****
Terimalah lagu ini dari orang biasa
Tapi cintaku padamu luar biasa
Aku tak punya bunga, aku tak punya harta
Yang ku punya hanyalah hati yang setia
Tulus padamu.
*****
Flashback on
Gardan berhenti di depan sebuah rumah kayu yang tidak terlalu besar. Rumah itu sudah hampir 4 tahun menjadi markas, tempat berkumpulnya anggota Partal. Gardan meludah, sehabis berdansa di sekolah, dengan masih memakai kemeja merah maroon dilapisi dengan jas hitam, Gardan segera menuju ke sini, dia tidak peduli jika dirinya akan babak belur, yang pasti dia harus memastikan bahwa Rio akan habis di tangannya malam ini. Amarah yang sejak kemarin malam ditahannya sudah berada di ujung kepala. Dia turun dari motornya, melepaskan jas dan meletakkannya pada kepala motor lalu segera beranjak ke tempat yang ia tuju .
Amarah Gardan kian meluap saat mendengar suara-suara tidak senonoh dari dalam sana. Suara perempuan yang menangis dan suara lelaki yang sangat jijik untuk didengar. Gardan mengepalkan tangannya. Tanpa basa-basi, cowok itu menendang pintu reyot di depannya dan terpampanglah sudah, banyak anak Partal yang sedang menunggu giliran untuk menikmati seorang perempuan yang sudah tergeletak tak berdaya di atas meja dengan posisi Rio yang memimpin.
"Bajingan!"
Rio tentu saja terkejut bukan main saat seorang yang sangat dia benci berada tepat di depannya. Perasaan Pemuda itu campur aduk, antara malu dan marah menjadi satu. Rio segera menaikkan celananya yang hampir molorot, menutupi perempuan yang sudah hampir telanjang itu dengan selimut tipis yang tergeletak di lantai.
Tatapan tajam penuh amarah Rio lemparkan ke arah Gardan. Gardan yang ditatap juga tidak kalah bringas melemparkan tatapan. Keduanya saling menatap. Anak Partal yang lain hanya diam, mereka mundur ketika merasakan aura yang sangat buruk dari Gardan.
"Perusuh, lo ngapain ke sini?" tanya Rio dengan dada naik turun.
Gardan tertawa. "Keganggu, ya? Kasihan," ejeknya. "Bejad, otak lo di mana, anjing?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Pacar Warna-Warni [END]
Jugendliteratur[Judul sebelumnya; Starlight] [Biar lebih halal, follow akun saya dulu, Bre, sebelum baca. Terimakasih pake banyak kalo kalian ninggalin Vote+komentar, ya.] "Gue kira kuota gue habis, ternyata nggak ada yang chat." Gardan memutar-mutar ponselnya. "...