Extra chapter IV

1.2K 285 119
                                    

Maaf banget karena baru sempet update.

Selama ini aku beneran sibuk dan ... lupa password akun😭

Masih ada yang nungguin gak, ya?

Absen sini!

Selamat membaca!!

****

"Awalnya, gue main-main, tapi akhirnya lo dapet tahta tertinggi di hati gue, La." Girdan meletakkan sendok dan garpu di atas piringnya. Cowok itu menatap teduh gadis yang ada di depannya.

"Diujung jalan kematian, pun, yang gue inget itu cuma lo," ucapnya terdengar tulus.

Ella menunduk. Masih belum terbiasa dengan nama 'Girdan' yang baru saja memasuki kehidupannya. Jika boleh meminta, apakah cowok itu mau jika Ella memanggilnya dengan nama 'Gardan.'?

"Aku ..."

"Udah, makan aja," kata Girdan memotong kalimat Ella. "Gue tau, lo masih terkejut dengan semua permainan ini. But, it's okay."

Cowok itu meneguk air minum di depannya. "Lo harus terbiasa dengan sikap asli gue, La," ucapnya setelah menelan habis air tersebut.

Ella mengentikan kunyahannya dan menatap Girdan takut.

"Sifat yang gue tunjukkin selama ini, itu bukan sifat asli gue." Cowok itu mengetuk-ngetuk meja dengan jarinya. "Itu sifat Gardan, not Girdan."

Ella meneguk ludah.

"Kamu psikopat?"

Tawa Girdan langsung meledak. Cowok itu menutup seluruh mukanya yang memerah karena tawa. Ella yang melihat itu tentu bingung. Apakah ada yang salah dengan pertanyaannya?

"Gak gitu juga," kata Girdan. "Polos banget lo, gak polos, sih. Tolol kali, ya?" tanyanya seraya berusaha menghentikan tawa.

Tajam sekali mulut cowok ini.

"Setelah nge-prank aku dan satu sekolah, kamu mau nge-prank siapa lagi?" tanya Ella.

"Kemarin gua nge-prank malaikat Izrail," balas Girdan.

"Gak boleh bawa-bawa Malaikat kalau bercanda," nasihat Ella. Gadis itu menyeruput teh es di sampingnya.

"Baperan lo, bodoh!" tukas Girdan diiringi gelak tawa.

Ella mengernyit bingung. Sedikit pedih mendengar umpatan-umpatan yang dikeluarkan oleh lelaki di depannya. Gadis itu menarik nafas panjang. Tingkah Gardan sungguh berbeda dengan tingkah Girdan.

Bagaimana bisa sosok pemuda ini memiliki sifat yang berbeda?

Dari pintu kantin, Ella dapat melihat rombongan inti Hirocsva masuk dan mendekati mereka. Sam berjalan di depan, diikuti oleh Reno, Juan, Indra, dan Bastian di belakang. Kantin yang awalnya tenang kini terasa berisik oleh teriakan tertahan dari siswi-siswi di sana.

Ella menunduk, bahkan dia masih belum bisa menerima ini sepenuhnya.

"Bos!" Menyadari kehadiran rekannya, Girdan berdiri dan bertos ria dengan mereka.

Sedangkan Ella masih setia duduk di tempatnya semula.

"Udah selesai makan lo berdua?" tanya Indra mendudukkan diri di samping Girdan.

"Baru aja," jawab Girdan.

Sam dan yang lainnya mengambil tempat duduk bersisan. Sekelompok cowok itu mulai bercerita. Mengabaikan Ella yang berada di depannya.

Tidak.

Ella tidak keberatan jika Sam, Indra, Juan, Reno, dan Bastian mengabaikannya. Menatap nanar cowok di depannya, Ella menghela jengah. Girdan sama sekali tidak memedulikan keberadaannya di sini.

Berdiri, Ella menepuk bokongnya pelan. Menatap mereka yang juga tengah menatap ke arahnya.

"Aku duluan ke kelas, ya," pamit Ella.

"Cepet banget, La? Kita baru dateng, loh." Reno bertanya heran.

"Ada tugas yang belum selesai, Kak," jawab Ella.

"Kalau ada tugas dikerjakan. Jangan diajak ke kantin langsung mau. Udah, sana kerjain tugas lo." Girdan menatap tak ramah.

"I—iya, Kak." Ella berusaha menyembunyikan keterkejutannya. Gadis itu melangkah pergi meninggalkan sekelompok pemuda tersebut.

"Kasih waktu, Dan. Lo kalo langsung gini, Ella bakal gak nyaman." Reno berucap serius.

Sam yang tadinya sibuk dengan ponsel mengangkat kepala.

"Bersikap kaya Gardan," ujar Sam. "Cewek itu udah terbiasa sama sikap adek lo."

"Gak mungkin gue pura-pura terus jadi Gardan. Dia juga udah tau kalo gue ini Girdan. Sikap gue sama Gardan jelas jauh beda." Girdan menatap Sam lekit.

"Kembali lagi dengan Girdan yang selalu merasa benar," kesal Juan.

"Sekali-kali dengerin nasehat orang, Dan. Lo gak bisa nganggap apa yang lo buat itu selalu benar." Bastian berujar.

"Terserah kalian," balas Girdan kemudian berdiri dan berlalu pergi dari sana.

Girdan kesal.

*******

"Lo kenapa, La?"

Clara mendudukkan diri di samping Ella yang sepertinya sedang melamun.

"La?"

Clara Menyentuh pundak Ella lembut membuat gadis itu terkejut. "Kamu? Sejak kapan di sini, Cla?"

"Baru aja dateng dari kantin." Clara membenarkan poninya yang berantakan.

"Lo kenapa? Tumben bengong," tanya Clara membuat Ella menatapnya.

"Aku ngerasa aneh, Cla." Tanpa sungkan Ella langsung memberi tau sahabatnya.

"Aneh kenapa?" tanya Clara tak mengerti.

"Aku ngerasa gak nyaman sama sikap Kak Gar— Girdan," jelas Ella. "Aku ... gimana, ya. Sesak di sini." Ella menunjuk bagian ulu hatinya.

"Kenapa?"

Clara ngebug mulu.

"Kasar," kata Ella. "Girdan itu, kasar. Gardan ... Gardan itu lembut."

"Tapi, Gardan yang selama ini sama lo itu Girdan, La."

Ella mengusap wajahnya kasar. "Aku tau, aku tau banget, Cla. Cuma di sini itu aku gak terbiasa sama sikap dia. Dia suka ngumpat, Kak Gardan dulu bahkan gak pernah ngomong kasar ke aku, Cla."

"Tapi ..."

"Aku gak berani ngomong apa-apa kalo bareng dia." Ella berucap pelan. "Dia menyeramkan."

******

-LANJUT EXTRACHAPTER V, YA!-

SPAM Girdella di sini, yuk!

Salam sayang,

Alesia_smngklt

Pacar Warna-Warni [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang