Pacar Warna-Warni 03

6.4K 1.1K 157
                                    

Kalau kalian suka sama ceritanya, jangan lupa bagikan dan anak temen buat baca, ya!:*

******

"Sangking beratnya beban hidup, gue curhat ke kipas angin aja kipasnya geleng-geleng." Gardan memangku dagu menggunakan tangan, meratapi nasibnya ceritanya.

"Emangnya seberat apa, sih, beban hidup lo? Boker aja masih di cebokin Tante," ujar Reno membuat Gardan menatapnya kesal.

"Susah nyari cewe yang setia, heran gue," ucap Gardan yang sontak mendapat lemparan jam beker dari Juan karena sekarang, mereka sedang berada di kamar Gardan.

"Lo yang ninggalin, bukan ceweknya. Di sini setannya elo, tulul."

"Ya, udah, sih. Biasa aja. Lagian cewek di planet bumi belum musnah semua," ucap Gardan membela diri.

"Emang, yang patut musnah itu tipikal cowok kaya elo. Iya, kan, Ju?" Tanya Reno pada Juan yang membuat Juan langsung mengangguk setuju.

"Entar gak ada yang belanjain kalian, kapok lu pada." Gardan kesal.

"Lagian bukannya lo tadi nganter adik kelas? Ga dapet wa nya?" Tanya Reno.

Gardan menggeleng. "Gak mau ngasih dianya."

"Dia tau lo itu makhluk halus yang harus dijauhi. HAHAHA," ejek Juan.

"Cantik juga enggak, ngapain lo kejar?" Tanya Reno.

"Dasar, mandang fisik," ketus Gardan pada Reno.

"Siapa, sih, di dunia ini yang gak mandang fisik. Sedangkan orang jelek aja juga milih-milih kali." Reno tak mau kalah.

"Gak jelek-jelek banget, sih. Manis, kok, si Ella." Gardan membela.

"Jadi namanya Ella. Orkay gak?" Tanya Juan.

"Tinggal dikontrakkan." Gardan menjawab.

"Nah! Udah jelek, miskin pula. Gak udah dideketin deh. Entar lo ikut-ikutan miskin," nasehat Reno.

Gardan menatapnya tak mengerti. "Hubungannya apa?"

"Ya, kalau misalnya kalian jalan, nih, kan. Pasti dia minta bayarin tuh. Mau lo?"

Gardan tertawa mendengarnya. "Kalau udah cinta, kenapa enggak?"

"Cih! Ngerti emangnya lo makna cinta?" Juan menatap Gardan remeh.

"Ngerti," jawab Gardan.

"Apa?" Reno dan Juan menatapnya serius.

"Kalau bosen, tinggalin. Cari yang baru, lah."

*****
"Aku mau jadi pilot, Bu! Biar bisa bawa Mama sama Papa naik kapal terbang."

"Aku mau jadi Dokter, Bu! Biar bisa obati Mama sama Papa. Gratis."

"Aku mau jadi Polisi, Bu. Biar bisa nangkap orang jahat banyak-banyak. Biar dapat uang banyak, Bu."

"Kalau Ella mau buat roket, Bu. Biar bisa terbang, jemput Mama ke Surga. Soalnya, Ella kangen Mama." Kelas yang tadinya riuh mendadak sunyi.

Bu Guru tersenyum penuh arti saat melihat seorang gadis kecil yang duduk di belakang mengangkat tangan tinggi-tinggi dengan sangat semangat.

Apa yang anak kecil ketahui tentang hal itu?

Ella mengerjap, membuat tumpukan air yang berada di kelopak matanya jatuh begitu saja. Matanya bergerak, memandang bingkai seorang wanita yang terpajang di dinding lapuk itu. Seulas senyum tipis terbit di wajahnya. Tangan Ella bergerak menghapus jejak air mata di pipinya. Hingga akhirnya dia terkekeh kecil.

Pacar Warna-Warni [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang