Pacar Warna-warni 27

2.4K 496 114
                                    

Hallo!

Minal aidin walfaidzin

Kalo Ales ada salah, mohon maaf jangan di ghosting🙏

Jam berapa kamu baca cerita ini?

Asal mana, nih? Siapa tau satu provinsi. Hehe><

Selamat membaca!

*****

"Kak!"

Clara yang berada di samping Ella menatap gadis itu heran. Cukup terkejut melihat Ella yang sejak tadi nyenyak dengan tidurnya tiba-tiba bangun dan berteriak tidak jelas seperti ini. Untung saja Buk  Erna sudah keluar sejak 5 menit yang lalu. Jika tidak, maka Ella ...

"Lo kenapa, woy!" Clara menggoncang bahu Ella yang terlihat syok. Sepertinya gadis itu baru saja mengalami mimpi buruk.

"M—mana Kak Gardan? Mana?"

"Kok lo nanya gue?" tanya Clara tak paham. "Mana gue tau, bukan gue yang brojolin dia."

Ella mengerjap. Detik berikutnya, dia mengusap wajah kasar. Sangat bersyukur karena semua ketakutan yang dirasakannya tadi hanyalah bunga tidur semata.

"Kenapa? Lo mimpiin dia?" tanya Clara mulai kepo.

Mengangguk, Ella menyelipkan anak rambutnya ke belakang telinga. Dia menatap Clara takut.

"Lo nggak usah mikirin orang kayak dia, La. Modelan manusia kayak Gardan itu pantesnya mati," ujar Clara kesal ketika mengingat bagaimana cara Pemuda itu menghina sahabat kesayangannya.

"Aku juga maunya gitu, Cla." Bahu Ella merosot. "Tapi, nggak bisa. Susah."

"Lo bisa! Jangan mau dibego-begoin sama cinta. Laki-laki bukan cuma dia." Clara berceramah. "Gue udah ingetin Lo dari awal. Kak Gardan itu orang gila. Gatel, suka mainin cewek." Clara bergedik geli. "Jijik gue."

Ella hanya bisa menghela pelan. Dia tidak marah karena semua yang dikatakan Clara adalah sepenuhnya benar. Otaknya juga berpikir demikian, tapi mengapa hatinya tidak bisa sejalan?

"Lo dengerin gue, La." Clara tersenyum, mengelus bahu Ella lembut. "Jangan ladenin dia, jangan mau ngomong sama dia, plis, lo harus glow up. Buat dia menganga lihat perubahan lo." Clara memberi jeda kemudian kembali melanjutkan. "Lo harus bersikap tidak peduli. Cari kesibukan supaya lo bisa lupain si brengsek jahanam itu. Kalo lo ketemu, anggep aja yang lo liat itu setan nyantol di hangeran baju."

"Kamu mau ngasih saran atau ngelawak?" tanya Ella kesal.

"Pokoknya itu! Jangan mau diajak ngomong. Dia itu iblis, titisan roh jahat, bukan manusia," ucap Clara.

Tidak bisa berbuat apa-apa, Ella akhirnya mengangguk pasrah. Gadis itu menatap sekeliling, sudah sepi. Terkejut bukan main, Ella menatap Clara dengan serius. "Buk Erna mana?"

"Udah keluar," jawab Clara. "Lo molor dari sebelum ibu masuk sampai keluar."

"Sumpah?!"

Clara mengangguk. "Gue aja heran, nggak biasanya lo kayak gini."

"Gue banyak pikiran, Cla," adu Ella.

"Dikitin."

Menggeram kesal, Ella pun berdiri dari duduknya. Gadis itu meminta Clara untuk memajukan kursi, memberi jalan padanya supaya dia bisa keluar.

"Lo mau ke mana?" tanya Clara.

"Aku laper, pengen beli lotek," jawab Ella. "Kamu mau nitip?"

Clara menggeleng. "Gue bawa bekal. Lo aja sana, gue tunggu. Biar kita makan bareng."

Pacar Warna-Warni [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang