Ngidam

525 60 5
                                    

Warning !MPREG!

"Mas.."

"Dalem dek?" Sahutan dari seberang ruangan membuat Taehyung melangkah mendekat. Membenarkan long shirt dibagian bahunya yang tersingkap.

Melihat pria itu masih asyik didepan laptopnya, ia berujar "Mas tau kan kalo aku kebangun malem-malem pengen apa?"

"Pengen ditemenin tidur? Iya sebentar Mas kerjain bagian akhir abis itu kita pergi kelonan, oke?"

"Bukan yang itu.."

"Hmm? Pengen ditemenin ke kamar mandi?"

"Bukan juga."

Tak tahan lama berdiri, Taehyung mendekat dan duduk dilipatan paha kiri suaminya, sedang Jeongguk dengan hati menerima tubuh itu menyandar pada dada bidangnya. Tangan kirinyapun merambat, memeluk pinggang dan berakhir pada perut buncit itu. Mengelus pelan permukaannya bagai sebuah kebiasaan baru.

"Utun mau apa?"

Taehyung tersenyum, bangga pada kepekaan suaminya atas keadaannya sekarang ini. "Aku mau gedang."

"Tadi dimimpi aku ketemu mbah kamu, dia mau ngasih aku gedang tapi keburu aku kebangun.."

"Besok pulang kerja aku beliin atau kita belanja  bareng biar kamu bisa milih sendiri, gimana?"

"Aku mimpinya juga barusan jadi makan gedangnya juga harus sekarang Mas." Nada suaranya terdengar sendu ditelinga Jeongguk. Menunduk memainkan jemarinya. Bibir tipis itu terpaut lucu.

Merasa tak tega, Jeongguk memutuskan untuk mencari ke luar ditengah malam buta begini. Harap-harap semoga masih ada tukang buah dipinggir jalan atau swalayan yang masih buka 24jam.

Saking lamanya menunggu makanan idamannya datang, ia sampai jatuh tertidur disofa tempat tadi suaminya berkutat dengan pekerjaannya. Menyibak gorden tebal dan melihat keluar jendela bahwa langin kini mulai terang.

Yang itu artinya Jeongguk sudah lama meninggalkan rumah untuk mencari buah tersebut.

Setelah menelepon menanyakan keberadaan suaminya itu, Taehyung kembali menunggu. Dan yang membuatnya terkejut dan sedikit lucu adalah bahwa suaminya itu mencari buah yang diinginkan Taehyung hingga ke daerah Bogor. Itulah sebabnya mengapa ia lama seperti ini.

"Maaf Mas agak lama." Setelah mengganti setelan piamanya dan mencuci tangan, Jeongguk mengecup sekilas samping kepala Taehyung. "Tadi kata bapak-bapak jualan nasi goreng katanya di daerah sana masih banyak yang buka."

"Gak papah, aku juga ketiduran." Taehyung menarik kursi makan dan duduk disana. "Mana pesenan aku?"

"Ini.." Jeongguk menyadorkan plastik putih ke hadapan Taehyung. "Aku milih yang itu karena wanginya harum."

Mendengar penuturan suaminya alis Taehyung sedikit mengerut? Wangi? Wangi apanya?

Membuka plastik itu dan menemukan satu sisir buah berwarna kuning cerah.

"Mas, kok pisang? Mana gedangnya?"

"Ya itu lho dek, mas beli pisang ambon. Kebetulan itu juga katanya bagus buat orang hamil."

"Bukan itu Mas, aku kan mintanya gedang kenapa Mas malah beli pisang."

Jeongguk menggaruk keningnya tak gatal, merasa bingung sekaligus aneh atas perkataan suaminya yang sedang hamil itu. Perasaan ia sudah tepat membeli apa yang tadi Taehyung bilang.

"Kan tadi kamu bilang pengen gedang, ya wis aku beliin ini.. gedang berarti pisang kan."

Taehyung rasanya ingin menangis, ia sudah lama menunggu tetapi makanan yang datang berbeda dengan keinginannya. Duh Tuhan..

"Gedang tuh pepaya Mas. Kok bisa ke pisang sih?"

"Di aku gedang ya pisang dek, coba kamu tanya ibu pasti jawabannya pisang." Jeongguk membela dirinya. Merasa kalau ia memang sudah benar.

"Dari aku kecil sampe mau punya si kecil kayak gini, bahasa indonesianya gedang ya pepaya. Kamu tadi ke Bogor kan? Kalo kamu bilang ke mamang-mamang buahnya pasti dikasih pepaya."

"Loh loh dek, di aku gedang ya pisang. Kenapa juga kamu tadi bilangnya gedang kalo beda kayak gini akhirnya."

"Jadi salah aku?"

Jeongguk menoleh panik, sinyal bahaya bergaung dikepalanya. Gawat jika Taehyung menangis dikeadaan sekarang. Bisa-bisa ia nanti tak bisa berangkat bekerja lagi.

"Bukan gitu dek, Mas tadi‐"

"Udah deh lupain aja."

"Hah? Kok gitu?"

Taehyung beranjak dari duduknya, "lagian dimimpi aku liatnya buah nangka kok. Jadi kamu tetep salah." Melangkah kembali ke kamar mereka dan meninggalkan Jeongguk yang tampak terbengong diruang makan.

Jadi perjuangan Jeongguk malam-malam mencari buah pisang dengan hanya memakai pakaian tidur berakhir seperti ini?

Sekarang rasanya ia sendiri yang ingin menangis keras.

"Sabar Jeongguk sabar.." ia mengusap dadanya beberapa kali.

-Tamat-



Potret prahara rumah tangga pasangan bersuku Jawa dan Sunda. Wkwkwkwkwkwkwkwkwkkwwk

NYELEWENG [KOOKV]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang