Jeongguk menatap pigura usang itu dengan tatapan sendu. Sesekali tangannya mengusap wajah yang terlihat didalam foto. Manis dan menawan.
Kim Taehyung. Entah sudah berapa lama sejak kepergiannya.
Jeongguk enggan menghitung, karena baginya setiap hari adalah sama menyakitkan seperti hari dimana Taehyung pergi. Suram.
Biasanya Jeongguk akan selalu menyempatkan dirinya untuk singgah ke tempat peristirahatan terakhir Taehyung. Memberikan bunga Lily putih dan sekotak stoberi kesukaan sang kekasih. Tetapi hari ini dia masih asik dengan lamunannya dimeja kantor. Sambil sesekali memutar memori dimana awal pertemuannya dengan pemuda manis itu.
Tak terasa air mata menetes di ujung mata Jeongguk. Logikanya berkata untuk ikhlas namun hatinya masih sepenuhnya milik Kim Taehyung. Tidak akan tergantikan. Rasanya berat, apa ini perasaan tak rela?
Jeongguk masih menantikan senyum kotak disetiap paginya.
Jeongguk masih menantikan kekehan ringan disetiap leluconnya yang garing.
Jeongguk masih menantikan pelukan hangat dari tubuh kecil itu.
Jeongguk masih menantikan tatapan teduh dari binar mata itu.
Sungguh Jeongguk masih menantikan Taehyung berada disisinya.
Kini terdengar isakan pelan dari belah bibir Jeongguk, dirinya tak kuat.
Selama hampir 4 tahun dirinya selalu memaksa untuk terlihat kuat. Tidak ada air mata yang boleh keluar. Tapi untuk kali ini saja biarkan Jeongguk menjadi cengeng.
Taehyungie..
Lirih Jeongguk pelan. Tapi tiba-tiba dia berdiri dari duduknya. Berjalan cepat ke arah pintu keluar.
BRAKKK
Pintu tertutup kasar. Lalu Jeongguk akhirnya memutuskan untuk menggoreng pisang.
-Tamat-
😃😃😃😃😃😃😃😃😃😃😃😃😃