Strange - Song by Celeste
Semua orang di dalam ruangan tampak cemas, fokus pada satu orang yang sedari tadi sibuk dengan handphone.
"Gimana Den?" Tanya seorang wanita dengan wajah teduh, tangan lembut mengusap bahu laki-laki yang lebih muda. Mencoba menyalurkan rasa tenang walaupun sebenarnya menyimpan khawatir begitu mendalam. Pasalnya ia pagi-pagi sekali mendapat panggilan telpon untuk segera menemui anak ke-duanya yang tinggal di sekitaran ibukota.
Tak disangka yang hadir bukan hanya mereka berdua saja, akan tetapi anak-anaknya yang lainnya pun ikut andil. Bahkan ada calon besan yang tak sedikit membuat ia terheran-heran.
"Masih gak diangkat Bu, kayaknya nomernya memang udah udah gak aktif."
"Ayo dicoba lagi saja.."
"Coba lewat instagramnya." Satu suara membuat Taehyung menganggukkan kepala setuju, beralih pada aplikasi yang jarang sekali ia buka. Menuju satu nama dan menekan gambar berbentuk telepon tersebut.
Menunggu sembari berdoa, Taehyung sejenak memejamkan mata yang tak tertutupi perban putih. Berharap dial tersebut berubah dengan suara lembut dari wanita yang beberapa hari lagi akan menjadi istrinya.
"Diangkat!" Bisik seseorang lagi.
Panggilannya memang diangkat tapi tak ada suara yang dapat didengar dari seberang sana. Hening seakan menunggu untuk ia bersuara terlebih dahulu.
Baiklah, Taehyung menyapa dengan tenggorokan keringnya. "Kinasih?"
Tak ada sahutan, tetapi Taehyung tak menyerah.
"Kinasih." Ucapnya dengan nada yang lebih tinggi dari yang tadi.
"Inas.." Ia menyerah, nada lembut seperti hari-hari biasa diperdengarkan oleh Taehyung.
Tak terduga suara tangis mulai sayup-sayup terdengar. Tersedu-sedu mencoba bersuara.
"Mas maaf.. maafin Inas."
Taehyung masih bergeming, menunggu hingga wanitanya bisa untuk berbicara dengan leluasa.
"Maaf Inas gak bisa memenuhi amanah Mas buat jadi istri Mas nanti." Kinasih masih berusaha untuk berbicara ditengah sedu-sedan tangis. "Inas udah gak kuat Mas, kalau boleh jujur Inas malu."
Taehyung tahu masih ada kata selanjutnya, oleh karenanya ia masih betah untuk diam mendengarkan.
"Oke mungkin sekali dua kali masih Inas bisa tolerir tapi entah kenapa semakin deket ke hari-H semakin banyak kata-kata yang nyakitin Inas."
Tangisnya semakin keras, "terutama tentang keadaan Mas Raden yang sekarang."
"Banyak teman dekat Inas yang ngasih masukan dan setelah Inas pikirkan matang-matang ada benarnya juga. Maaf Mas sekali lagi, Inas gak mau punya suami yang cacat."
Sudut mata Taehyung melihat ibunya memalingkan pandangan sembari menutupi wajah. Ia sangat tahu, ibunya itu diam-diam menangis.
Kakak perempuannya sudah akan membuka suara ketika ditahan oleh suaminya.
"Inas bersyukur... bersyukur banget Mas Raden selamat pas kecelakaan. Inas pikir masalahnya tuntas sampai di situ tapi ternyata Inas selalu kepikiran sampai sekarang. Inas takut luka bekas kecelakaan itu jadi permanen dan mempengaruhi kehidupan Inas nantinya."
"Jadi Inas mutusin buat membatalkan-"
Taehyung menyaksikan handphone miliknya melayang menuju sudut ruangan. Sang pelaku berdiri menatap marah entah pada Taehyung atau pada wanita di seberang panggilan tadi.