Manis

270 44 1
                                    

"Lo ngerokok?" Pertanyaan dengan nada santai menyambut Taehyung. Tak berhasil membuat langkahnya berhenti. Berakhir abai tanpa jawaban.

"Baunya nempel di sweater lo, Taehyung."

Berhasil, langkahnya kali ini terhenti. Matanya menelisik ke segala arah. Mencari-cari apakah penyataan Jeongguk itu benar atau hanya memancingnya untuk mengaku.

Taehyung mendengar langkah kaki mendekat dan bayangan seseorang berdiri di belakangnya terlihat di sudut mata. Degup jantungnya mulai meningkat. Haruskah ia lari?

Terlambat, tangan besar itu dengan enteng menarik lengan atas Taehyung, membalik tubuh yang lebih kecil untuk berdiri menghadapnya.

Taehyung langsung bersuara, menyela omelan apapun yang akan keluar dari mulut Jeongguk. "Gua gak ngerokok, kalopun bau rokok bukan dari gua." Sumpah, ia tak berani menatap balik mata jati yang terpaku pada keseluruhan wajahnya.

"Oh ya?"

Jemari yang masih mencekal lengan Taehyung, perlahan merambat turun. Menghantarkan sensasi menggelitik di abdomen bawahnya.

Shit.

Taehyung berjengit, mencoba melepaskan. Berpikir akan mudah begitu saja namun dengan cekatan Jeongguk malah semakin menariknya mendekat.

Jarak mereka terhapus, ujung sepatu Taehyung terasa menyentuh sandal rumahan yang dikenakan Jeongguk.

Tangan digenggamannya Jeongguk naikkan. Menuntun ke depan wajah. Hidung bangirnya mulai menghidu. Yang pertama kali tercium tentu jelas sekali bau dari tembakau kering.

Tak perlu orang jenius untuk menebak jenis benda apa yang mempunyai bau seperti itu. "Lo bohong.. Taehyung." gumam Jeongguk sembari menarik sudut bibir.

"Gua paling tau."

"Tau apa?! Kalo gua bilang gua gak ngerokok yang emang nggak." Sergah Taehyung dengan nada tinggi, merasa risih dengan senyum mengejek di wajah rupawan itu. "Apa perlu gua kasih foto temen-temen gua yang ngerokok di deket gua? Kalo itu yang bikin lo tenang, gua gak keberatan."

Entah kenapa Taehyung berubah panik, aura mengintimidasi bisa samar ia rasakan dari Jeongguk. Sedikit tersulut saat melihat sikap santai yang masih di pertahankan cowok di depannya ini. Tangan yang masih bebas, mencoba mengambil ponselnya di kantung celana.

"Ribet." Jawab Jeongguk singkat, menghentikan tangan yang akan merogoh kantung. Ia menyentuh dagu Taehyung, mendongakkan rahang itu sendikit. Mengunci tatapan yang sejak awal berusaha kabur darinya. "Kenapa gak lo buktiin sekarang aja?"

"Iya ini juga mau."

"Di depan mata gua."

"Maksud lo?" Tanya Taehyung tak mengerti. Hanya perasaannya atau bukan, tapi entah kenapa wajah Jeongguk terlihat semakin mendekat padanya.

Ibu jari Jeongguk menekan dagu Taehyung, membuat belah bibir itu terbuka. Lalu sebelum Taehyung sadar akan gelagatnya, ia mengecup bibir tipis yang ia duga akan terasa manis.

Ujung lidahnya menjilat bibir bawah Taehyung, manis. Jeongguk tak pernah salah, ia mengecap rasa manis dari jejak puntung benda sialan itu. Seringainya diam-diam mengembang di tengah-tengah kecupan. Semakin menekan dagu dan rahang Taehyung untuk menengadah.

Taehyung menelan umpatannya kembali. Tak berkutik disaat tangan besar itu menahan tengkuknya. Ia hanya bermodalkan jemari yang berusaha menarik kerah Jeongguk agar menjauh. Meremas kuat saat lidah hangat itu dengan kasar masuk ke dalam mulutnya.

Matanya melebar, terkejut atas rasa lembut yang dikecap lidahnya sendiri. Taehyung ingin mengelak namun entah bagaimana bibir di depannya seperti mengikuti.

Menyesapnya seakan ia adalah permen gula. Tak ada jalan untuk keluar. Perlahan matanya memejam, memutus tatapan yang membuat pasokan udara Taehyung menipis.

Jeongguk melumat kembali bibir Taehyung saat cowok itu mencoba menunduk. Telinganya samar mendengar lenguhan dari sana. Remasan di kerah kaus menambah Jeongguk untuk semakin menghabisi Taehyung.

Kepala Taehyung pening, tarikan napasnya terasa panas. Entah pada siapa ia harus meminta tolong. Berucap berhentipun terasa percuma, karena setiap ia akan berujar yang berhasil keluar hanya berupa desahan tertahan.

Kedua tangannya berakhir dileher Jeongguk. Dijadikan sebagian penopang disaat tubuhnya terasa gemetar.

"Ngh.."

Jeongguk berhenti. Perlahan membuka matanya, masih melihat dari jarak dekat rekahan bibir yang ia lumat habis barusan. Sedang menghela napas rakus, tak perduli dengan tatapan puas darinya.

Setelah napas Taehyung kembali normal barulah ia berani untuk membuka mata. Mau tak mau menyaksikan kemenangan cowok di depannya. "Lo gila kak." Lirihnya pelan. "Kalo Mama tau gimana?"

Jeongguk hanya mengedikkan bahu tak ambil pusing, mengulum lidahnya di pipi bagian dalam sembari tersenyum. Merasa gemas pada wajah panik adiknya ini.

-Tamat-


Brother complexnya kakak~

Hehe *kabur

NYELEWENG [KOOKV]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang