Taehyung melirik nama di handphonenya yang tertempel di dekat spidometer motornya. Tertera nama Jeongguk disana. Isi kepalanya dengan mudah membayangkan seperti apa rupa orang tersebut. Pasti bapak-bapak dengan perut buncit yang menenteng tas kantoran. Ia sudah hampir hapal dengan semya penumpangnya dijam-jam segini.
Titik penjemputan tak terlalu jauh dari tempat pusat perbelanjaan jadi memudahkan ia untuk menepi. Ia mengambil handphonenya dan membuka satu pesan dari si penumpang.
Saya yg pake celana pendek Nike garis merah
Oke kak
Saya juga udah sampai nihYa.
Ia melirik ke sekitar, memindai setiap orang dengan ciri-ciri yang ada dipesan obrolan. Namun tak lama ada satu pria yang menghampirinya. Membuka masker diwajahnya. Taehyung agaknya sedikit terpanah dengan wajah tampan itu. Rambut setengah basah diikat man bun asal namun terkesan seksi. Otot bisep dan paha tercetak amat jelas. Kali ini Taehyung benar-benar salah menebak calon penumpangnya itu.
Ini sangat jauh dari apa yang ia bayangkan, jiwa dalam dirinya meraung memuja satu sosok yang baru pertama kali ia temui.
"K-kak Jeongguk ya?" Saking gugup dan salah tingkahnya ia jadi terbata-bata begini.
"Iya."
Taehyung segera menyerahkan helm satunya lagi pada pria itu.
"Dek, bisa saya aja gak yang bawa motornya? Soalnya saya udah gak betah, keringetan banget."
Taehyung sejenak seperti orang idiot melamun dengan mulut terbuka. "Hah?"
Kekehan kecil terdengar dari bibir tipis itu, "saya yang bawa motornya, kamu saya bonceng."
"Oh! Boleh.. boleh.." Taehyung buru-buru turun dari motornya dan mempersilahkan untuk Jeongguk mengambil alih kemudi stangnya. Masih sempat menggaruk ujung alisnya– kebiasaan dia saat disituasi awkward.
Setelah pria itu melajukan motor Taehyung mereka berdua akhirnya menembus jalanan yang cukup lenggang.
Dan sebagai tukang ojol yang baik dan ramah sudah sepantasnya Taehyung membuat suasana menyenangkan selama perjalanan mereka.
"Kak Jeongguk abis pulang nge-gym ya?"
"Iya. Rutinitas setiap weekend."
"Oh.. emang ditempatnya gak ada kamar mandi buat bilas gitu kak? Setau saya dari temen-temen saya yang suka nge-gym gitu ada kamar mandi khususnya."
"Ada kok, cuma saya gak nyaman aja. Kita gak tau kan itu tempatnya abis dipake buat apa aja."
Emang dipake buat apa lagi kalo gak buat mandi? Main layangan?
Taehyung mengerutkan alis heran dengan pemikiran penumpangnya ini.
Tapi ia mengangguk-anggukkan kepalanya seakan-akan setuju.
Tiba-tiba Taehyung tersentak oleh getaran disaku jaket ojolnya. Ia segara merogoh handphonenya itu, dilihat satu nama penting dengan ikon merah dan hijau. Menunggu untuk ia angkat panggilan telepon itu.
"Kak maaf nih sebelumnya bisa berenti dulu gak kak? Soalnya ibu negara nelpon saya. Berabe urusannya kalo gak diangkat hehe." Taehyung melancarkan senyum formalnya dikaca spion motornya, menatap wajah yang tampak fokus ke depan itu.
"Ibu negara?"
"Eh, maksud saya ibu saya gitu kak. Boleh gak?"
"Yaudah gak papah." Setelah sepakat mereka menepi dipinggir jalan dan Taehyung langsung turun dari atas motornya. Berjalan sambil menempelkan handphonenya ke telinga.
"Halo assalamualaikum mah? Aya naon nelpon ujang? Nuju ngala cicis pan iye teh, lamun bisa mah hehe sabari ngala jodoh oge.."
"Gusti, pan kamari tos dikirim dikamanakeun dieui cicisna? Kana doma keun ku si Abah? Astagfirullahaladzim nya atuh ken bae, ujang bisa ngala deui lamun bisa mah jeng sugar dedi ameh tong cape teuing."
"Nya kin ujang kirim poe isuk–" perkataannya terpotong oleh suara mesin motor dinyalakan, ia menoleh dan seketika itu motornya telah hilang melaju menjauh dari tempatnya berdiri.
"Woi bangsat! Motor aingggg dibegal!!!"
"TOLONGGGGG ITU MOTOR SAYA! PADAHAL TADI KAKAKNYA GANTENG TAPI MALING ADUH GOBLOG!"
"Mak.."
"Abah tulungan ujang.."
-tbc-
Hikmah dalam cerita kali ini: "ternyata tampang/penampilan cakep gak selalu menjamin attitudenya baik"