10. Teman Main

8.1K 479 23
                                    

Gavin dan ketiga teman sekompleknya yaitu Eshan, Orlen dan Sarang akan pergi bermain ke rumah Abrar. Sebelum kesana, Gavin sempat mengajak Elfron main bersama tapi Naomi bilang kalau anaknya nggak bisa ikut main karena lagi sakit. Akhirnya hanya mereka-mereka saja.

"Ablal! Kami datang!" teriak Eshan cempreng sembari tangannya mengetuk pintu dengan keras.

"Ablal, uka pintuna. Katana mau main?" timpal Orlen nggak sabaran.

Sedangkan Gavin hanya duduk-duduk santai di kursi sama Sarang. Tadi, pagi-pagi sekali Galen berangkat ke luar kota karena ada urusan bisnis, jadilah moodnya agak kurang baik.

Nggak lama pintu itu terbuka. Menampilkan wajah nggak bersemangat yang ditampilkan Abrar ke semua teman-temannya. Lantas Gavin maju diikuti yang lain seraya meneliti wajah Abrar yang begitu aneh.

"Abal nih pi napa?" tanya Gavin melihat wajah murung temannya.

"Endak apa-apa kok. Ablal cuma cape aja, " jawab Abrar lesu seperti kekurangan makan.

"Pasti amu nih agi pahasa ya?" tebak Eshan.

"Apa itu pahasa?" tanya Gavin mengerutkan dahi.

Abrar lagi-lagi hanya mengangguk lesu. Eshan dan Orlen sama-sama mengangguk paham terkecuali Gavin dan Sarang.

"Ya cudah macuk dulu, kita mainna di dam lumah Ablal aja."

Gavin dan kawan-kawan berjalan mengikuti Abrar memasuki rumah. Mereka berbelok arah menuju halaman belakang yang sudah ada beberapa mainan anak-anak.

Seketika mood Gavin menjadi sedikit lebih baik. Dia melihat satu mainan yang belum dimiliki di dalam rumahnya. Padahal sudah merengek pada orang tuanya tapi Bella nggak membolehkan membelinya.

"Abal, Apin ijam tampolna!"

Gavin meminta izin dengan sopan meski suaranya sangat cemprengnya.

"Iya, boyeh."

Maka Gavin cepat-cepat berlari menuju mainan trampolin itu. Bocah itu meloncat-loncat kegirangan, berbeda dengan Eshan yang bermain ayunan bersama Orlen dan Sarang. Sedangkan Abrar hanya terduduk lesu di perosotan seorang diri.

"Abal, cini main with Apin!"

"Endak mau, cana Apin aja."

Kemudian Gavin putuskan untuk mengakhiri main-mainnya lalu dia berjalan menghampiri Abrar di perosotan. Anak gembul mommy Bella ini sangat penasaran sekali dengan keadaan sekitar dan minimal Gavin harus tahu hal itu.

"Abal, kok dawi adi endak itut main? Apa Abal endak mo agi main with Apin?"

Lagi-lagi Abrar hanya balas dengan gelengan lesu. "Ukan bitu kok Apin. Ablal cuma endak ada cemangat aja, kalena Ablal nih agi pahasa."

"Oh, pasaha toh..." Gavin mengangguk seakan mengerti. "... tapina pasaha itu apa?"

"Pasaha itu endak boyeh mam cama mimik."

Gavin mendecak lalu menggeleng-gelengkan kepala. "Ckck, dadi pahasa itu seti lalang-lalang bitu. Ey, pahasa itu endak bawik kali yoh, kana lalang-lalang olang bat mam, mimik cama mo nen."

Sementara Abrar semakin lesu saja dan itu bikin Gavin terus mengoceh. "Talau Apin mo mam, mimik and nenen too, endak ada kok yang lalang-lalang. Daddy and Mommy juda biyang boweh-boweh ja."

"Tapi katana Ummi Ablal pahasa itu ukan lalang-lalang tapi pelintah dawi Allah, telus bial dapat pahaya," sanggah Abrar.

"Apin apat paya endak?"

Si Mbul ApinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang