Chapter 3

60 0 0
                                    

Revika menatap Zelvin datar. Saat ini mereka sedang berada di rumah Zelvin untuk melakukan pembelajaran. Tatapan matanya beralih pada buku Undang-Undang yang tergeletak tak berdaya di atas meja, lalu kembali beralih menatap Zelvin.

"Jadi...selama 4 hari ini lo ngapain aja sampai-sampai lo ngga hafal 1 pun pasal dari buku yang gue kasi?" tanya Revika dingin. Zelvin mengalihkan pandangannya dari Revika. Melihat itu, dahi Revika sedikit berkerut menandakan kalau saat ini dia sedang kesal walaupun nada bicaranya tetap tenang.

"Gue sibuk." jawab Zelvin cepat. Nafas Revika sedikit memburu saat mendengarnya, namun ia segera menenangkan dirinya sendiri dengan cara menutup matanya dan mencoba untuk memadamkan api kemarahan kecil yang telah tersulut karena ulah Zelvin. Zelvin menatapnya dengan tatapan bersalah lalu menundukkan kepalanya.

"Maaf." lirihnya yang membuat Revika membuka matanya kembali.

"Gapapa. Buka buku fisika lo." perintah Revika dengan nada yang tak terbantahkan. Zelvin hanya mematuhinya dalam diam. Ia membuka buku fisikanya lalu menatap Revika lagi.

"Lo ngga ngerti yang bagian mana?" tanya Revika yang entah kenapa membuat Zelvin meringis saat mendengarnya.

"Err... Semuanya." ucap Zelvin pelan dengan sebuah senyum yang dipaksakan. Revika kembali diam dan menatap Zelvin datar. Bahkan tatapan ini jauh lebih datar dan dingin dari biasanya.

"Dasar saus tartar." umpat Revika lirih, namun masih bisa didengar oleh Zelvin.

"Apaan sih lo."

"Gak, lupain. Jadi kita mulai dari dasar."

***

Mobil yang membawa Revika melaju dengan tenang. Beruntungnya, hari ini entah kenapa Jakarta tidak macet. Revika hanya menatap ponselnya dalan diam. Kedua temannya yang lain, yaitu Marwa dan Dea mengajaknya untuk ketemuan karena belakangan ini mereka jarang bertegur sapa dikarenakan kelas mereka yang berbeda. Sebenarnya Nur juga di ajak, namun dia tidak bisa karena tidak ada yang mengantar dan dia sendiri tidak boleh berkendaraan sendirian. 'Belum ada SIM, jadi jangan coba-coba' begitu kata Orang tuanya. Revika menatap kosong ke arah layar ponselnya, lalu ia memutuskan untuk mengirim bbm ke Nur.

Revika G.Q. : PING!!

Revika G.Q. : lo ngga bisa pergi ya?

Setelah mengirimkan itu, Revika memutuskan untuk melihat ke arah luar jendela sembari bertopang dagu. Tak lama kemudian, terdengar bunyi 'Tring' dari ponselnya.

Nur Shafira S.P. : iya nih, sorry ya :(

Revika G.Q. : mau gue jemput?

Nur Shafira S.P. : beneran? Memangnya lo lagi di mana?

Revika G.Q. : di jalan gak jauh dari rumah lo.

Nur Shafira S.P. : err.. Oke deh, gue tunggu ya =))

Setelah membacanya, Revika langsung mengunci ponselnya lalu meminta supirnya untuk memutar arah dan pergi ke rumah Nur. Sang supir pun mematuhinya. Sepanjang perjalanan, mobil itu dilanda keheningan. Sesekali sang supir melirik Nona mudanya yang sedang melamun sembari bertopang dagu lewat kaca spion. Tak lama kemudian mereka pun sampai. Revika segera keluar. Di sana ternyata ada Nur dan Kakaknya, Kak Ranti.

"Udah?" tanya Revika. Nur mengangguk lalu pamitan dengan Kakaknya.

"Jangan lupa bawain aku KFC ya!" pesan Kakaknya yang hanya di balas dengan juluran lidah dari Nur.

Mereka pun masuk ke dalam mobil lalu segera pergi dari sana. Sepanjang perjalanan, mereka terus berbicara dan sesekali tertawa membuat sang supir yang melihatnya menjadi tersenyum tipis karena jarang melihat Nona mudanya tertawa sejak kejadian 'itu'.

Mereka pun sampai di mall, lalu segera masuk dan mencari kedua teman mereka yang lain.

"Shafira ! Revika!" panggil seseorang

"Oh? Marwa!" seru Nur. Revika hanya mengangguk sekilas sebagai sapaan. Entah kenapa jika sedang berkumpul seperti ini dia jadi sedikit minder dengan ketiga temannya ini karena di antara mereka berempat hanya dia saja yang tidak berkerudung. Menurutnya, dia tidak pantas untuk memakainya karena kerudung itu untuk orang yang bersih, tidak untuk orang kotor sepertinya.

"Nonton yuk!" ajak Marwa

"Nonton apaan?" tanya Nur

"CJR the movie." jawabnya sambil nyengir lima jari yang membuat Revika dan Nur mendengus bosan.

"Kalian aja, gue mau ke gramed." ujar Revika.

"ikut! Kalian berdua aja yang nonton." ujar Nur yang dianggukkan oleh Dea dan Marwa.

"Ea, kalo udah selesai bilang ya." ujar Revika pelan ke Dea.

"Iya, nanti gue telfon."

Mereka pun berpisah. Revika dan Nur masuk ke Gramedia.

"Kalo nyari komik, deretannya ada di ujung sana yang pojok kiri." ujar Revika. Nur mengangguk lalu dia pun pergi ke sana. Revika menyusuri rak buku yang berisi novel. Matanya yang tajam meneliti satu persatu novel di sana. Ia berhenti di satu novel, lalu menariknya keluar. Novel berjudul 'ABUSE' dengan cover seorang anak perempuan berlumuran darah dan sedang menangis. Revika mengambilnya lalu kembali mengambil novel lain secara acak. Kurang lebih ada 5 novel yang ia ambil dan ia pun pergi menyusul Nur.

"Udah?" tanya Revika. Nur mengangguk. Ia mengambil dua komik dan pergi ke kasir. Tiba-tiba Revika mengambil komik yang berada di tangan Nur.

"sekalian." ujar Revika dengan nada yang entah kenapa terdengar memerintah, membuat Nur hanya bisa diam.

"komik sama novelnya di pisahin Mbak." ujar Revika. Setelah selesai mereka langsung pergi ke luar. Mereka memutuskan untuk melihat-lihat aksesoris yang berada di toko-toko terdekat. Setelah puas, mereka memutuskan untuk membeli makanan ringan. Namun, tiba-tiba Revika berhenti saat melihat seseorang.

"Kenapa Vi?" tanya Nur. Revika tidak menjawab. Dia menarik lengan Nur menjauh dari sana. Nur kembali menoleh ke belakang, mencoba untuk mencari 'apa' yang membuat Revika berbalik dan dia menemukannya. Dia rasa, mereka bertiga harus menghibur Revika nanti.

Tbc~

His Smile ;)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang