Alzelvin PoV
Aku hanya bisa terdiam menatap orang di depanku saat ini. Really? Ini benaran dia? Kenapa bisa? Kalo ngga salah kemarin dia udah jadi anak manis deh, tapi kok sekarang malah balik lagi kayak semula sih? Aargh!! Mana Revika gue yang kemariiiinn !! Kalian semua lihat sendiri kan kalo kemarin itu sifat dia udah lumayan jadi baik, tapi kenapa sekarang dia malah balik jadi dingin lagi sih?
"Vi... Jangan kacangin gue dong." ujarku dengan raut memelas, tapi dia hanya melirikku sekilas dan kembali pada bacaannya. Aih... Dia punya berapa banyak buku sih di rumahnya? Setiap hari bawa buku yang judulnya beda terus. Ngga pusing apa, ngebaca buku yang isinya tulisan semua? Mendingan baca komik deh.
"Vi..." panggilku sembari menarik-narik pelan lengan jaket abu-abunya. Yeah, hari ini dia pake jaket. Padahal di luar cerah banget, gaada tanda-tanda buat turun hujan. Suhu udara juga normal kok, ga dingin-dingin amat malah rasanya anget.
"Vika.. Vika.. Vika.. Revika... Vika..."
"Lo bisa diem nggak?" lirihnya dan sumpah, walopun suaranya lirih tapi nada suaranya nusuk banget. Aku hanya bisa menekuk wajahku. Kulirik jam dinding yang menunjukkan pukul 06:20 pagi. Tumben banget si Shafira belum datang jam segini. Biasanya ada aja tuh teriakan dari dia. Kualihkan tatapanku kembali ke arah Revika yang masih serius membaca dan ekspresinya datar banget sumpah -___-.
Huft... Udah berapa kali sih aku bilang kalo matanya cantik banget? Mana bulu matanya panjang plus lentik lagi. Ckckck. Kulitnya halus banget pas aku nyentuhnya kemarin, kayak bayi. Terus tangannya hangat. Buat aku betah pas ngegenggam tangan dia terus. Rambutnya juga wangi, aroma-aroma permen campur vanilla gitu. Kok bisa ya?
"Vin."
"hem?"
Langsung saja ku alihkan tatapanku dari Revika ke arah Shafira yang entah sejak kapan sudah ada di sini. Tumben banget sifatnya kalem gini.
"Gue mau duduk." ujarnya. Aku pun dengan berat hati beranjak dari bangkunya lalu pergi kembali ke bangku milikku. Kulirik Revika yang saat ini sedang berbicara pada Shafira dengan serius. Tuh kan, sama aku dikacangin giliran sama Shafira diajak ngobrol. Ngga adil banget sih.
"APAAAAA??!!!"
Yaelah Shafira, baru juga tadi aku bilang kalem eh ngga taunya malah bikin heboh kelas di pagi hari kayak biasa -__-. Kulirik mereka dengan kesal. Revika sendiri meletakkan telunjuknya di depan bibirnya untuk mengisyaratkan ke Shafira agar dia diam. Shafira sendiri malah mengguncang-guncangkan bahu Revika ke depan-belakang dengan cepat. Ekspresinya panik. Aku ngga tau mereka ngomongin apa karena Shafira yang biasanya toa itu ngomongnya pelan banget sekarang. Revika cuma senyum tipis lalu walaupun suara dia ngga sampe sini, aku tau dia bilang 'gapapa' ke Shafira. Ck! Mereka bikin kepo banget sih!
"Woi! Masih pagi udah liatin si Revika aja lo." kata Royan yang membuatku mendengus. Dia adalah teman sebangku ku. Orangnya ya... Gitu deh.
"Eh, katanya nanti Kesenian kita di suruh buat kelompok loh, terus di suruh nyanyi sama mainin alat musik." ujarnya.
"huh? Serius lo?"
"Serius lah, cuma kelas kita aja yang belum nih. Katanya di kasi waktu 3 minggu untuk 4 lagu. Lagunya bebas."
"Lagu barat gapapa?"
"Gapapa katanya."
Huh, kalo gini sih gampang -__-. Untung aja ngga di suruh drama, nari ato apapun itu. Males banget kalo udah yang begituan. Ngga lama kemudian, Bu Tutik masuk. Dia adalah guru kesenian kami. Orangnya ngga galak-galak amat tapi kalo udah marah wow banget. 1 kelas bisa kena semprot selama berjam-jam sama dia.
Sesuai dengan yang dikatakan sama Royan tadi, kami di suruh membuat kelompok. Maksimal 5 orang, minimal 3 orang dan kalian tau gak? Shafira sama Revika ngehampirin meja kami dan jadi deh kita sekelompok. Jadi, sekarang kami disuruh diskusi deh.
"Jadi? Maunya lagu apa nih?" tanya Shafira. Revika lagi sibuk nulisin nama kita-kita di kertas selembar. Aku ngelirik Royan, Royan ngelirik Shafira, Shafira ngelirik Revika dan Revika gak peduli. Aihh... Coba dia ngelirik ke sini.
"When i was your man."
Huh? Kami bertiga langsung menoleh ke arah Revika yang masih pasang poker-face di wajahnya. When i was your man? Ngga buruk.
"Boleh." jawab kami bertiga serempak. Setelah itu, Revika pun menulis judul lagu tadi di kertas yang udah ia tulis nama kita.
"Lalu?" tanyaku
"Unfaithful??" saran Shafira. Hm.... Boleh juga selera ni cewek. Aku mengangguk dan Revika menulisnya.
"Tapi sebelumnya, yang nyanyi siapa nih?" tanya Royan
"Revika dong. Suara dia bagus banget soalnya." jawab Nur semangat, lalu kami pun mulai berdiskusi tentang alat musik, jadwal latihan, dan yang lainnya. Setelah beres dan udah fix, Revika mengumpulkan kertas selembar tadi lalu kembali duduk diam. Apa dia ngga panas ya pake jaket di dalam kelas?
"Argh!" ringisku saat Royan tiba-tiba menyikut tulang rusukku keras. Sialan, ini sakit banget. Segera saja dia kutatap dengan tajam, tapi dia cuma nyengir GaJe. Ck! Dasar abnormal.
***
Aku berjalan menjauh dari kantin dengan malas. Royan juga ngga tau pergi ke mana. Tiba-tiba aja tu anak udah ilang. Di lorong koridor, dapat kulihat ada sebuah kerumunan dan karena terlanjur kepo, aku pun memutuskan untuk menerobos masuk. Revika, dihadang sama beberapa Kakak kelas. Mukanya masih aja datar gitu. Tiba-tiba, salah satu dari mereka menyiram Revika dengan air yang berasal dari ember yang mereka bawa. Ku kepalkan tanganku erat.
"Udah?"
Kudengar Revika bersuara dengan dingin. Dia menatap mereka datar lalu dengan sekali anggukan dari kepalanya, dia langsung berjalan pergi. Gila nih cewek, ngga takut dibully lagi apa?
Segera saja aku berjalan cepat ke arahnya lalu menahan lengannya. Dia terlihat sedikit terkejut, tapi tak ku pedulikan karena aku langsung menariknya ke UKS. Oh ayolah, bajunya basah dan di UKS biasanya nyediain baju ganti. Dia tidak berusaha untuk memberontak. Hanya diam dan menurut seperti kemarin. Sesampainya kami di UKS dan karena petugas yang jaga lagi ngga ada, maka aku langsung mencari di mana baju-baju itu disimpan. Setelah ketemu, aku pun langsung menyerahkannya padanya.
"Ganti sana. Jaketnya di buka dulu." ujarku. Wajahnya terlihat ingin protes, tapi tidak ia utarakan dan malah membiarkanku membuka jaket abu-abunya itu. Setelah itu, iapun pergi ke kamar mandi yang ada di UKS. Aku kembali mencari kantong plastik ukuran besar, siapa tau aja ada yang nyempil di sini buat ngantongin baju ama jaket si Revika. Karena ngga ketemu, akupun memutuskan untuk memintanya di kantin karena jaraknya ngga jauh. Setelah mendapatkannya aku langsung segera kembali.
Rupanya tak perlu waktu lama untuknya berganti baju. Cukup 10 menit. Cepet banget ya. Aku memberikan kantong yang tadi aku minta dari kantin. Diapun dengan ragu—yang aku ngga tau kenapa—mengambilnya. Saat ia sedang melipat bajunya yang basah, tanpa sengaja aku melihatnya. Sesuatu yang ditutupi oleh Revika sedari tadi pagi. Akupun menarik tangan kirinya lalu melihatnya. Luka sayatan. Masih memerah yang tandanya luka itu baru dibuat. Mungkin kira-kira ada 5 atau 6 sayatan memanjang. Entah itu vertikal ataupun horizontal. Jika dilihat baik-baik, di balik luka-luka itu juga ada bekas sayatan yang tidak terlalu kelihatan. Aku menatapnya untuk meminta penjelasan tapi dia hanya bungkam.
"Kenapa? Kenapa lo ngelukain diri lo sendiri, Ka?"
Tbc~
4 Maret 2015
KAMU SEDANG MEMBACA
His Smile ;)
RomanceRevika Gracelin Qiandra, seorang gadis berumur 15 tahun yang baru saja masuk ke SMA. Gadis yang entah kenapa kepribadiannya berubah drastis dari ceria dan ramah menjadi gadis yang dingin dan cuek. Dia hanya akan bersikap lembut pada sahabatnya, yait...