"Kenapa? Kenapa lo ngelukain diri lo sendiri, Ka?"
Revika hanya diam dan menatap Zelvin datar. Ruang UKS itu hening seketika. Cukup lama mereka saling diam dan hanya menatap satu sama lain hingga akhirnya Revika jengah sendiri dan ia langsung menghembuskan nafasnya gusar. Ia segera melepaskan tangan Zelvin yang menggenggam tangan kirinya tadi.
"Lo... Bukan siapa-siapa gue, jadi lo gak berhak tau." ujarnya datar dengan pelan, lalu berbalik dan kembali melanjutkan acara melipatnya. Zelvin yang mendengar perkataan Revika tadi mengepalkan tangannya kesal. Ia yang awalnya duduk, kini mulai berdiri dan berjalan mendekati Revika lalu memerangkapnya di antara dua lengan kokoh miliknya. Revika hanya bisa terdiam dan menegang.
"Memangnya apa salahnya kalo gue khawatir sama lo? Lo udah denger sendiri kemarin, gue suka sama lo. Gue sayang sama lo, jadi gue harus tau apa sebabnya." bisik Zelvin tepat di telinga perempuan itu, membuat orang yang dibisiki merinding seketika.
"Alzelvin... Minggir."
Revika mengeratkan cengkramannya pada seragam miliknya. Seharusnya tadi dia tidak perlu menghiraukan kakak-kakak kelas GaJe itu. Seharusnya tadi dia menolak untuk dibawa ke sini. Seharusnya tadi dia tidak mengganti bajunya. Seharusnya tadi Zelvin tidak melihatnya. Tapi kenapa semuanya jadi seperti ini? Kenapa harus Zelvin padahal masih ada ratusan orang lain di sekolah ini? Kenapa harus dia?
Revika melirik lengan yang memerangkapnya tersebut, lalu dengan sedikit kasar dia mencoba untuk menyingkirkannya.
"Vin!"
"Gue gak bakalan ngelepasin lo sebelum lo ngasi tau gue."
Perkataan Zelvin sukses membuat Revika bungkam. Mereka kembali terdiam dengan Zelvin yang menatap meja di hadapan mereka dengan kosong dan Revika yang sedikit menunduk.
"Lo... Nggak boleh tau." bisik Revika. Tangannya mengepal erat hingga membuat buku-buku jarinya memutih. Pandangannya yang tertuju ke arah bawah dan poni rambutnya yang panjang membuat Zelvin tidak bisa melihat ekspresinya. Menghela nafas sebentar lalu iapun menggenggam kepalan tangan kiri Revika dengan lembut.
"Kenapa?" tanyanya. Ia menumpukan dagunya di atas bahu milik Revika dengan mata yang menatap ke arah tangannya yang mulai membuka kepalan tangan milik Revika, lalu menautkan jari-jari mereka.
"Karena itu aib. Aib milik keluarga gue...plus Nul." jawabnya
"Kenapa Shafira boleh tau sementara gue enggak?"
Pertanyaan itu sukses membuat Revika mendelik kesal ke arah Zelvin. Ni orang kepo banget sih! Pikirnya. Zelvin terkekeh kecil melihatnya.
"Oh ayolah, lo cantik deh kasi tau gue dong."
Bujukan Zelvin malah membuat Revika mendengus kesal. Ia menggelengkan kepalanya yang berhasil membuat Zelvin cemberut. Dengan nada merajuk, Zelvin meneruskan bujukannya.
"Kalo lo gak mau, gue cium nih."
"Gila lo!"
'BRAK!'
"Revika!!"
Dea, Marwa dan Nur—sang pelaku pendobrakan—mematung di tempat saat melihat posisi Zelvin dan Revika. Dengan canggung mereka memaksakan tawa mereka.
"haha.. K-kami ganggu ya? S-sorry!"
Dan pintu itupun kembali tertutup dengan Zelvin dan Revika yang sekarang balik mematung. Mereka berdua saling tatap sejenak, lalu setelah sadar dengan posisinya Revika langsung mendorong Zelvin hingga ia terjatuh.
"Aduh!"
"N-nul!! Ea!! Awa!!"
Tanpa menghiraukan Zelvin, Revika langsung berlari keluar UKS untuk mengejar sahabat-sahabatnya itu. Melihat hal tersebut membuat Zelvin sontak mengumpatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
His Smile ;)
RomanceRevika Gracelin Qiandra, seorang gadis berumur 15 tahun yang baru saja masuk ke SMA. Gadis yang entah kenapa kepribadiannya berubah drastis dari ceria dan ramah menjadi gadis yang dingin dan cuek. Dia hanya akan bersikap lembut pada sahabatnya, yait...