Chapter 14

69 2 1
                                    

Zelvin langsung menghempaskan tubuhnya di ranjang king-size miliknya. Mata hitamnya menatap kosong ke arah langit-langit kamarnya. Ia menghela nafas gusar saat mengingat cerita panjang dari Nur tadi. Tangannya terulur ke atas seolah ingin menggapai langit-langit kamarnya tersebut dan...

'BRAK!'

...dengan tidak berperikepintuan, Papanya langsung mendobrak pintu kamarnya yang tak berdosa.

"Vin, cepat siap-siap!" perintah Arzha yang dibalas dengan desahan malas oleh Zelvin.

"Ngapain Pa? Aku capek tau." ujarnya malas

"Nggak! Pokoknya siap-siap! Kamu harus ikut Papa rapat nanti malam." ujar Arzha

"Rapat yang lain aja ya Pa. Capek tau."

"Papa juga capek Zelvin, udah ah jangan kayak anak kecil. Kamu udah harus turun sebelum jam setengah 7."

Arzha pun langsung pergi meninggalkan putranya tersebut, membuat Zelvin merengut kesal. Ia segera beranjak dari ranjangnya dan pergi ke kamar mandi.

***

Zelvin hanya bisa mengikuti Papanya dalam diam. Tubuhnya telah terbalutkan pakaian formal, membuatnya jengah karena tidak terbiasa. Saat ini mereka sedang berada di perusahaan sahabat Papanya tersebut. Mereka menuju ruang rapat yang berada di lantai 15 menggunakan lift, hingga saat berada di lantai 10 lift itu berhenti dan terbuka.

Zelvin hanya bisa sedikit membuka mulutnya saat melihat Revika masuk ke dalam. Gadisnya itu hanya menganggukkan kepalanya singkat sebagai salam kepada Arzha lalu membalikkan tubuhnya untuk menatap pintu lift tersebut. Tubuhnya juga terbalutkan pakaian formal membuatnya tampak lebih dewasa. Zelvin menyeringai kecil melihatnya. Matanya melirik ke arah sekretaris Revika yang berdiri sejajar dengannya, lalu ia mendekat ke arah gadisnya tersebut.

"Lo cantik banget malam ini." bisiknya tepat di telinga Revika. Ia tertawa kecil saat Revika menatapnya kesal.

"Apaan sih lo?" gumamnya sinis. Zelvin cuma nyengir sebagai jawaban.

"Lo ngapain ke sini?" tanya Zelvin kepo.

"Mau rapat." jawab Revika singkat lalu ia segera mendorong tubuh Zelvin agar menjauh darinya.

"Ih Revika, kalo mau pegang-pegang gue bilang aja. Jangan modus dong,"

"Najis!"

Zelvin tertawa mendengarnya sementara Arzha dan sekretaris Revika hanya tersenyum kecil. Revika menggerutu kesal dan pintu lift itu pun terbuka. Ia langsung berjalan mendahului Zelvin dan Arzha. Tanpa mempedulikan Papanya tersebut, Zelvin berlari kecil mendekat ke Revika.

"Jangan marah dong Vi, gue kan cuma bercanda."

"Hm."

"Yaelah..."

Zelvin langsung merangkul bahu Revika, membuat yang dirangkul tersentak kecil. Dengan kasar Revika mencoba untuk melepaskan rangkulan tersebut, namun bukannya terlepas rangkulan tersebut malah semakin mengerat.

"Ck! Vin, lepasin dong. Ngga enak dipandangin orang." ujar Revika kesal.

"Anggap aja nggak ada orang," kata Zelvin sembari tersenyum tipis ke arah Revika.

"Lagian masih mending gue cuma ngerangkul bahu lo, bukan ngerangkul pinggang lo." lanjutnya yang berhasil membuat Revika melotot kesal ke arahnya. Zelvin kembali tertawa melihat ekspresi menggemaskan milik Revika. Dengan kesal ia mencubit pinggang Zelvin.

"Aduh! Sakit Vi!"

"Makanya diam."

Tak terasa, mereka telah tiba di depan pintu ruang rapat. Revika membuka pintu tersebut membuat semua orang yang berada di dalam sana menoleh menatap mereka.

"Maaf kami terlambat." ujarnya dengan gaya khas miliknya. Dingin dan datar. Dengan cuek ia berjalan masuk. Zelvin kembali mendekatkan wajahnya ke telinga Revika lalu berbisik.

"Lo sadar gak kenapa mereka natapin kita?"

Revika terdiam sejenak lalu matanya sedikit terbelalak saat ingat kalau Zelvin masih merangkulnya. Dengan cepat ia menyingkirkan tangan Zelvin dari bahunya lalu berdehem pelan dan kembali berjalan ke arah kursi yang telah disediakan untuknya. Ruangan itu masih hening, hingga tiba-tiba semuanya tertawa termasuk Zelvin kecuali Revika dan Arzha yang baru masuk.

"Anak muda jaman sekarang udah main rangkul-rangkulan." ejek Rama pada putri sematawayangnya tersebut. Revika hanya mengalihkan tatapannya ke samping lalu mencibir kesal. Zelvin melangkahkan kakinya mendekat ke Revika lalu duduk di sampingnya dan nyengir ke arah Revika.

"Lo kok duduknya di sini sih?!" gerutunya kesal. Ia menekuk wajahnya yang membuat ruangan itu kembali dipenuhi dengan gelak tawa.

"Ngga usah malu-malu kucing gitu ah Vi, kan kasihan pacarnya." goda Rama lagi.

"Aku ngga pacaran sama dia Yah! Ck, terserah deh. Rapatnya ngga mau di mulai?"

"Cieee yang ngalihin pembicaraan"

Dan lagi-lagi semuanya kembali tertawa dengan Revika yang merengut. Zelvin menatap Revika hangat yang dibalas dengan tatapan galak.

"Jadi makin cinta deh sama lo." bisiknya sembari mengedipkan sebelah matanya, membuat Revika terdiam karena pengakuannya tersebut.

'Cinta?' batin Revika

Tbc~

18 Maret 2015

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 18, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

His Smile ;)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang