Keesokan harinya, mata Zelvin terus tertuju pada 2 orang yang sedang berbincang di bangku mereka. Ia bahkan tak mempedulikan Royan yang sedari tadi berceloteh entah apa di sampingnya. Dalam hati ia bertekad untuk langsung menyeret Nur begitu bel istirahat berbunyi nanti. Dia sudah tidak sabar untuk mendengar cerita masa lalunya Revika dari Nur. Dengan perlahan ia menghembuskan nafasnya untuk meredam rasa penasarannya yang sudah bergejolak.
"Woi! Lo denger gak sih apa yang gue omongin?" tanya Royan kesal.
"Gak."
Dan sekali lagi Zelvin tak mempedulikan Royan yang sedang mencak-mencak di sebelahnya karena ia abaikan. Hari ini ada presentasi IPS, jadi lebih baik dia baca-baca materinya daripada mendengarkan celotehan Royan yang tidak berguna.
"Aaarggh!! Alzelviiinn!!" panggil Royan kesal sekesal-kesalnya.
"Hm?"
"Ck!"
***
'Teng!' 'Teng!' 'Teng!'
Zelvin langsung berdiri dari bangkunya lalu berjalan dengan buru-buru ke arah Nur dan langsung menariknya keluar. Tak ia pedulikan guru yang masih berada di dalam kelas tadi. Ia terus menarik Nur ke halaman belakang sekolah yang memang selalu sepi.
"Ck! Ih lo apaan sih narik-narik gue?!" seru Nur kesal. Ia langsung menghempaskan tangan Zelvin yang mencengkram pergelangan tangannya dengan erat tadi.
"Lo hutang cerita sama gue!" ujar Zelvin.
"Cerita apaan?"
"Tentang Revika."
Nur terdiam menatap Zelvin lalu mengalihkan tatapannya ke arah pergelangan tangannya yang sedang ia elus pelan karena memerah.
"Apaan sih? Gue nggak tau apa-apa kali, tanya aja ke orangnya langsung."
"Ih kalian berdua itu sama aja ya! Tinggal ngomong apa susahnya sih?!" seru Zelvin
"Ya susah lah! Lo ngga tau apa-apa Vin! Lo bukan siapa-siapanya dia, jadi lo gak berhak tau!"
"Gue cuma pengen tau Ra! Gue cuma pengen tau apa yang ngebuat dia bisa nangis. Gue cuma pengen tau dia lebih dalam. Gue cuma pengen bisa 'nyentuh' dia tanpa dihalangi sama tembok ngga kasat mata yang dia bangun dengan alasan yang gue sendiri ngga tau! Kalo lo ngira gue cowok yang sabar dan terus nunggu si cewek buat cerita sama dia kayak di novel-novel, lo salah. Gue pengen dia ngebagi beban dia sama gue. Gue pengen dia nyandar ke gue pas dia udah capek ngehadapin masalah dia. Gue pengen dia nganggep gue sebagai 'rumah'nya dia. Gue pengen dia bisa ngomong ke gue tanpa ada yang ditutup-tutupi. Jadi tolong gue Ra, tolong kasi tau gue." ujar Zelvin dengan nada memelan. Nur hanya tertegun mendengarnya.
"Lo beneran suka sama Revika ya?" tanyanya cepat.
"Hah? Gak kok, siapa yang bilang? Revika ya? Bohong gue mah, yang benarnya tuh gue cinta sama dia. Ciaelaaah.. Bahasa gue."
"iii Zelvin!! Seriuuus!" seru Nur kesal.
"Gue dari tadi serius kali Ra, gue memang udah jatuh cinta sama dia. Aduh! ngenes banget yah, kayaknya gue bertepuk sebelah tangan deh."
"Ngga Vin! Soalnya dari apa yang gue lihat, kayaknya dia mulai ada 'rasa-rasa' gimanaaaaa gitu ke elo."
"Hah? Beneran? Jangan bercanda dong Ra."
"Kagak lah! Coba lo perhatiin dia benar-benar."
Dan entah kenapa pembicaraan mereka beralih menjadi ngomongin 'Revika' bukan 'masa lalunya'. Mereka terus berbicara tentang itu hingga tak terasa bel tanda istirahat telah berakhir berbunyi.
KAMU SEDANG MEMBACA
His Smile ;)
RomanceRevika Gracelin Qiandra, seorang gadis berumur 15 tahun yang baru saja masuk ke SMA. Gadis yang entah kenapa kepribadiannya berubah drastis dari ceria dan ramah menjadi gadis yang dingin dan cuek. Dia hanya akan bersikap lembut pada sahabatnya, yait...